Imlek 2019 - Enam Mitos dan Legenda saat Merayakan Tahun Baru Imlek
enam mitos dan kepercayaan masyarakat Tionghoa saat merayakan tahun baru imlek
BANGKAPOS.COM -- Tahun baru imlek yang sebentar lagi akan dirayakan ternyata mempunyai mitos dan legenda yang dipercaya sampai saat ini oleh orang-orang Tionghoa.
Kepercayaan itu pun menjadi sebuah tradisi yang dijaga dan dilestarikan selama ratusan tahun.
Berikut enam mitos dan legenda saat merayakan tahun baru imlek menerjemahkan dari chinesenewyear.net
Monster dan Malam Tahun Baru
Di zaman kuno, ada monster bernama Nián (年) berwujud binatang bertanduk, campuran antara naga dan kirin. Ia hidup di dasar laut dan muncul setahun sekali untuk memakan binatang dan manusia. Pada hari itu, semua penduduk desa akan melarikan diri ke pegunungan.
Suatu tahun, seorang pengemis datang mencari perlindungan tetapi semua orang pergi. Hanya seorang wanita tua yang membawanya dan berjanji mengusir Nian dengan mendekorasi rumah.
Pada tengah malam, Nian berjalan tertatih-tatih tetapi berhenti melihat kertas merah di pintu. Saat meraung marah, petasan tiba-tiba terdengar dan ia bergetar ketakutan. Ketika melihat pengemis berpakaian merah, ia hanya bisa melarikan diri.
Esoknya, penduduk desa kembali dan terkejut melihat rumahnya masih berdiri kokoh. Mereka menyadari suara keras dan warna merah adalah kryptonite Nian.
Inilah sebabnya, pada Malam Tahun Baru keluarga akan berkumpul di rumah dan dibentengi dekorasi merah. Lalu, menyalakan petasan. Kemudian, orang akan mengenakan pakaian merah yang meriah untuk mengusir monster Nian
Roh Jahat dan Puisi
Ada beragam pernak-pernik imlek, satu diantaranya adalah puisi bait Festival Musim Semi (春联 — chuan lián). Biasanya, ditaruh di kedua sisi bingkai pintu untuk melindungi dari monster.
Untuk melindungi rumah, orang-orang mengukir nama para dewa menjadi papan kayu persik. Dengan menempatkan di luar pintu rumah untuk menakuti setan.
Pangsit dan Telinga
Pangsit berbentuk telinga berdasarkan mitos dewi Nǚ wā (女娲) yang menciptakan manusia dari tanah liat kuning. Namun, ia menyadari telinga akan membeku dan pecah saat musim dingin. Sehingga, dia menjahit telinga dan menempatkan ujung benang ke mulut manusia.
Sebagai ucapan berterima kasih kepada Nǚ wā, orang-orang membentuk adonan menjadi bentuk telinga yang di isi dengan daging dan sayuran.
Keberuntungan ‘Fu’
Kaligrafi fú (福) berarti kebahagiaan atau kekayaan.
Sejak dinasti Ming, Kaisar memerintahkan setiap rumah menempelkan kaligrafi fu ke pintu. Pada Hari Tahun Baru, dia mengirim tentara untuk memeriksa.
Saat itu, mereka mendapati satu keluarga buta huruf menempelkan kata terbalik. Kaisar memerintahkan keluarga untuk dihukum mati. Untungnya, Permaisuri ada di sana dan muncul dengan sebuah penjelasan: "Terbalik".
Penjelasan itu masuk akal bagi Kaisar dan dia membebaskan keluarganya. Sejak saat itu, orang-orang akan menggantungkan kata itu secara terbalik sebagai harapan mendapat keberuntungan sekaligus mengingat Permaisuri yang baik hati.
Asal Kantong Merah
Menurut legenda, dulu ada roh jahat bernama Sui (祟) yang muncul pada Malam Tahun Baru dan menepuk kepala anak-anak yang sedang tidur tiga kali. Anak-anak akan berakhir dengan demam. Bahkan jika mereka pulih dari demam, mereka tidak akan pernah sama lagi.
Satu pasangan menghibur anak mereka dengan koin di malam hari. Ketika dia tertidur, mereka meletakkan koin-koin itu di atas kertas merah dan meninggalkannya di bantal. Ketika Sui datang, koin-koin itu terlintas dan membuatnya takut.
Sejak saat itu, orang tua akan memberikan uang kepada anak-anak yang dibungkus kertas merah setiap Malam Tahun Baru.
Dewa Kompor dan Permen
Dewa Kompor (灶神 —zào shén) bertanggung jawab atas makanan dan mata pencaharian masyarakat. Dia adalah salah satu dewa yang paling berinteraksi dengan manusia.
Pada tahun baru yang kecil (小 年 —xiao nián) sebelum Tahun Baru “besar” resmi (大年 - dà nián) , ia kembali ke surga. Dewa Kompor melapor kepada Kaisar Langit (玉帝 —yù dì) , menceritakan kepadanya bagaimana setiap keluarga selama tahun itu. Dia kemudian kembali ke Bumi untuk memberkati atau menghukum keluarga, seperti yang diperintahkan oleh Kaisar Giok.
Inilah sebabnya mengapa keluarga akan membuat labu permen malt dan meninggalkannya di malam hari.
Permen akan mempermanis mulut kompor sehingga dia hanya akan memuji keluarga. Itu juga bisa menyatukan giginya, menghentikannya mengatakan hal-hal buruk. Dengan cara ini, keluarga akan menikmati makanan berlimpah sepanjang tahun.
(Bangkapos.com/jovanka)
Subscribe canel youtube Bangka Pos