Tempat Pengasingan Soekarno yang Eksotik
Berada di puncak Bukit Menumbing yang berketinggian 445 meter di atas permukaan laut (Masyarakat Muntok Menganggapnya Gunung Menumbing),
MUNTOK, BANGKA POS - Hawa dingin menyelimuti Pesanggrahan Menumbing. Suasana di sekitar bangunan berarsitektur kuno yang terletak di Muntok, ibukota Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini terasa asri dan tenang.
Berada di puncak Bukit Menumbing yang berketinggian 445 meter di atas permukaan laut (Masyarakat Muntok Menganggapnya Gunung Menumbing), membuat Pesanggrahan Menumbing jauh dari kesibukan Kota Muntok di bawahnya. Selasa (4/8/2015) siang, tak banyak pengunjung bertandang ke bangunan tua peninggalan zaman kolonial ini.
Pesanggrahan Menumbing berwujud bangunan kokoh bercat putih. Seluruh areanya asri berkat naungan pepohonan. Dari pesanggrahan ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Selat Bangka yang membentang antara Pulau Bangka dan daratan Sumatera.
Masuk ke dalam ruangan pesanggrahan, terdapat ruang tamu berukuran cukup besar. Tepat di sebelah kanan ruang tamu, jejeran meja dan kursi berbahan kayu masih tersusun rapi dan terawat.
Ruangan ini pada masa pemerintahan Belanda, pernah digunakan sebagai tempat berkumpul para pejabat dan pemuka masyarakat untuk mengadakan syukuran peresmian gedung tersebut, sekitar tahun 1930.
Pesanggrahan Menumbing merupakan bangunan untuk kalangan elite pada zamannya. Bangunan yang mulai didirikan tahun 1929 ini awalnya ditempati para pejabat Banka Tin Winning (BTW), perusahaan pertambangan timah Belanda.
Gedung ini kemudian menjadi bagian dari ikon sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, karena Belanda pernah menjadikannya sebagai tempat pengasingan bagi para pemimpin RI.
Ada sebuah kamar di Pesanggrahan Menumbing yang disebut sebagai tempat Soekarno dan Hatta pernah tinggal. Dari pintu kamar, terdapat ruang berukuran sekitar 4x5 meter. Di dinding tembok putih menghadap ke pintu kamar, terdapat meja dan kursi yang semakin usang termakan usia.
Sebelah kiri ruangan pertama, terdapat pintu yang menghubungkan ruangan yang disebut sebagai kamar Soekarno. Dua ranjang masing-masing berukuran 1x2 meter terbuat dari kayu, disusun berdekatan satu sama lain.
Lukisan bergambar Soekarno menempel di dinding sebelah kiri ranjang. Lemari kayu tiga pintu dan sebuah meja kayu ditempatkan di bawahnya. Kamar bernuasa putih dan beralas karpet coklat tampak nyaman untuk tempat beristirahat.
"Kalau ranjang sebelah kiri itu tempat Bung Hatta tidur, sedangkan Bung Karno istirahat di ranjang sebelah kanan. Meski keduanya tidak pernah bersama di tempat ini, tetapi tempat tidurnya beda," kata koordinator lapangan Pesanggrahan Menumbing, Sutedjo (43).
Sutedjo mengatakan, ranjang, lemari kayu, kursi dan meja kayu di dalam kamar masih asli, seperti pada masa para petinggi RI menjalani pengasingan di Pesanggrahan Menumbing. Hanya toilet di dalam kamar yang pernah dirombak.
Di pojok ruangan depan Pesanggrahan Menumbing terdapat mobil Ford Deluxe 8 silinder. Mobil sedan kuno ini menjadi salah satu benda kenang-kenangan jejak proklamator yang paling sering diabadikan kamera para pengunjung Pesanggrahan Menumbing.
Mobil berwarna hitam yang mesinnya hilang entah kemana itu, dipajang tepat di depan sebuah kamar yang pernah ditempati oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Mobil berpelat nomor BN 10 ini konon pernah digunakan Bung Hatta dari Menumbing ke kota Muntok. Mobil Ford BN 10 ini juga pernah digunakan untuk membawa Soekarno dari Pangkalpinang menuju Muntok. Ketika itu, orang yang dipercaya mengemudikan BN 10 adalah warga keturunan Tionghoa bernama Tjong Lian Soen.
Selain mobil BN 10, terdapat juga beberapa mobil lain yang digunakan para pemimpin Indonesia selama diasingkan di Bangka.