Menko Rizal: Bangka Belitung Jaya Tanpa Tambang yang Sudah Dikuasai Mafia

"Kita berusaha untuk mengembalikan kejayaan lada, dengan menyediakan bibit unggul yang lebih produktif dan tahan terhadap penyakit kuning.''

Bangkapos.com/Deddy Marjaya
Menko Maritim, Rizal Ramli. 

BANDUNG, BANGKA POS - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya RI, Rizal Ramli meminta masyarakat Bangka Belitung segera melepaskan diri dari ketergantungan sektor pertambangan timah. Memiliki bumi yang kaya raya, Rizal yakin masyarakat bisa makmur tanpa tambang.

BACA: Kata-kata Ahok Ini Benar-benar Menohok, Istrinya Pun Langsung Keluar Ruangan Tanpa Sepatah Kata

Hal itu disampaikan Rizal saat menjawab pertanyaan Pratiwi, mahasiswa asal Bangka Belitung yang menjadi peserta Jambore HIPMI Perguruan Tinggi di Universitas Telkom, Bandung, Selasa (24/5).

BACA: Jaksa Tak Berniat Kembalikan Berkas Cepat-cepat, Sabtu Ini Jessica Bakal Bebas

Sesi tanya jawab digelar usai Rizal memberikan materi di acara yang sama.

"Bangka Belitung negeri kaya raya anugrah timah dan lautan penuh dengan potensi sayangnya dikuasai oleh mafia pertimahan," kata Rizal.

BACA: Kepsek SD di Babel Ini 'Matian-matian' Membantah, Siswanya Malah Ngaku Bisa Nyontek Asal Tak Ribut

"Bangka Belitung mau makmur tinggalkanlah pertambangan," lanjutnya.

Rizal tak menampik ketergantungan masyarakat Babel terhadap pertimahan sangat besar. Sehingga saat terjadi permasalahan di sektor itu, perekonomian langsung limbung.

BACA: Inilah Pizza Terpanjang di Dunia, Capai 1,8 Kilometer

Tidak hanya itu, masyarakat Babel harus menanggung biaya kebutuhan hidup yang tinggi karena semua bahan kebutuhan pokok didatangkan dari Jawa dan Palembang, Sumatera Selatan. Padahal Babel memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan.

BACA: Waspada, Inilah 4 Penyakit Menular Seksual yang Mungkin Belum Pernah Anda Dengar

Menurut Rizal, Babel harus mulai membangun sektor pertanian dan perkebunan untuk pelan-pelan mengurangi ketergantungannya dengan daerah lain. Terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan kosong.

"Bagaimana masyarakat tidak mengeluh harga kebutuhan di Bangka belitung tinggi karena didatangkan dari luar maka haruslah memulai membangun sektor pertanian dan perkebunan," tegas Rizal.

80 persen
Terpisah, Gubernur Babel, Rustam Effendi sangat yakin masyarakat bisa makmur tanpa tambang. Karena itu, secara perlahan tapi pasti pemerintah berusaha meninggalkan ketergantungan di bidang pertambangan dengan mengembangkan sektor-sektor unggulan pascatambang yakni pariwisata, pertanian dan perkebunan, perikanan, industri dan perdagangan.

"Saya yakin 80 persen masyarakat Bangka Belitung bisa makmur tanpa tambang. Dan untuk bisa meninggalkan ketergantungan kita dengan pertambangan perlu kerja sama seluruh elemen masyarakat. Semua harus yakin bahwa kita bisa makmur dengan tidak bergantung sepenuhnya pada pertambangan," kata Rustam saat berdiskusi di ruang redaksi Bangka Pos, Selasa (24/5) malam.

Dia merinci sektor pariwisata sangat potensial dikembangkan pasca tambang karena obyek pariwisata Bangka Belitung yang sangat menjanjikan.

"Pengembangan sektor pariwisata akan sangat berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat lainnya dan berdampak langsung pada peningkatan perekonomian masyarakat Bangka Belitung. Tahapan dan rencanan pengembangan sektor pariwisata makin terus digalakan. Keterlibatan pusat dalam rencana pengembangan memberikan angin segar kemajuan sektor pariwisata di Bangka Belitung," ujarnya.

Selain itu, terkait bidang pertanian dan perkebunan, menurut Rustam, pemerintah fokus pada upaya untuk mengembalikan kejayaan lada.

"Kita berusaha untuk mengembalikan kejayaan lada, dengan menyediakan bibit unggul yang lebih produktif dan tahan terhadap penyakit kuning. Kita juga berusaha untuk mendapatkan sertifikasi secara internasional," jelas Rustam.

Lebih lanjut menurut Rustam, bidang industri dan perdagangan, pemerintah berusaha untuk menarik semakin banyak investor yang mengembangkan investasinya di Bangka Belitung.

"Sekali lagi saya yakin kita bisa makmur tanpa bergantung sepenuhnya pada pertambangan. Tetapi ini perlu kerja sama seluruh komponen masyarakat. Kita juga akan mengurangi alokasi untuk wilayah pertambangan yang dalam RTRW tersedia 30 persen menjadi lebih kecil," tegasnya.

Sudah dimulai
Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bangka Belitung, Redi Zedira Tama mengatakan banyak pengusaha, termasuk anggota HIPMI Babel, yang sudah meninggalkan bisnis pertimahan.

Dia mengklaim sudah tidak ada anggota HIPMI Babel yang menggeluti bisnis pertimahan.

"(bisnis pertimahan) Sudah ditinggalkan akibat ketidakjelasan pertimahan kalau dulunya bisnis timah mulai beralih usaha lain," kata Redi, Selasa (24/5).

Menurutnya, bisnis yang dijalankan anggota HIPMI saat ini antara lain dibidang pariwisata yang kedepannya menjanjikan. Selain itu ada juga yang bisnis di bidang properti atau kontraktor proyek pemerintah.

"Intinya mending berusaha di jalur yang bisa berjalan terus kalau timahkan terbatas jangankan timahnya habis belum habis kayak gini saja sudah sulit berusaha," ujarnya. (die/j2)

Beri Kontribusi 20 Persen

Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan pertama 2016 melambat. Dibanding kwartal ke IV tahun 2015, yang mencapai 4,28 persen, kali ini hanya 3,30 persen.

Demikian berita resmi statistik yang disampaikan Kepala BPS Bangka Belitung, Darwis Sitorus pada awal Mei.

Dijabarkan jika Pertumbuhan terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha, kecuali pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan.

"Lapangan usaha Industri Pengolahan yang kontribusinya hampir 20 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kinerjanya terkontraksi sebesar -2,12 persen," kata Darwis.

Menurunnya kinerja industri logam timah ini sejalan dengan menurunnya produksi bijih timah pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

BACA: Beginilah Perbandingan Antara Nasib Pendidik yang Cubit Murid dan Zaskia Gotik

Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I-2016 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (20,25 persen), Industri Pengolahan (19,99 persen), dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (14,63 persen).

BACA: Khusus Perempuan, 5 Hal Seksi Ini Ternyata Sangat Menyebalkan di Mata Pria Lho

Ketiga lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 54,87 persen dari total PDRB ADHB yang ada. Terlihat bahwa pertumbuhan yang tinggi terjadi bukan pada sektor-sektor yang kontribusinya besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

BACA: Terungkap, Beginilah Curhat Susno Duadji Terkait Masalahnya Mulai dari Sawah hingga Pasar Loak

"Hal tersebut menjelaskan mengapa laju pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan I-2016," katanya.
Sementara itu perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan I-2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp15,55 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan 2010 besarnya mencapai Rp11,57 triliun. (tea)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved