Sehebat ini Kanjeng Dimas Hingga Penangkapannya Libatkan 600 Personel, Langsung Dipimpin Wakapolda
Untuk menangkap tersangka yang pandai menggandakan uang, Polda Jatim harus mengerahkan 600 personel. Unsur yang dilibatkan yakni 6 SSK Sat Brimobda
BANGKAPOS.COM--Abdul Gani yang dibunuh oleh sultan bentukan tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi, ternyata saksi kunci seorang profesor yang lapor ke Mabes Polri atas dugaan penipuan penggandaan uang.
Abdul Gani yang juga juragan batu mulia itu adalah pengepul uang yang akan digandakan ke tersangka.
Diduga uang milik sang profesor saat penyerahan berlangsung melalui korban sehingga dipanggil sebagai saksi oleh penyidik Bareskrim Mabes Polri.
Namun sehari sebelum berangkat ke Mabes Polri untuk memenuhi panggilan atas laporan itu, Abdul Gani asal Probolinggo dipanggil Kanjeng Dimas melalui kaki tangannya untuk datang ke padepokan tersangka.
Lokasinya di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Begitu korban datang langsung disambut dan dibawa ke padepokan.
Ia mau datang karena dijanjikan uang Rp 20 miliar. Setelah sampai di padepokan, korban langsung dibantai oleh beberapa sultan yang dikomando tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Korban Abdul Gani juga dikeroyok dan lehernya dijerat dengan tali. Ia tewas di area padepokan.
Mayat korban lantas dinaikkan mobil dan dibawa ke Wonogiri, Jateng pada malam hari untuk dibuang. Korban dibuang di bawah jembatan daerah Wonogiri dan nyaris tak terlihat oleh warga.
Setelah pihak kepolisian setempat mendapat laporan ada penemuan mayat, Polda Jateng ikut turun tangan.
Setelah diidentifikasi, mayat dengan kondisi leher dijerat dan luka di beberapa bagian tubuh, sama dengan yang ditemukan di Situbondo, Jatim. Dari koordinasi yang dilakukan diduga ada kesamaan pelakunya.
"Abdul Gani datang ke padepokan setelah dijanjikan uang oleh tersangka. Tapi setelah datang justru dibunuh oleh para sultan," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Argo Yuwono, Sabtu (24/9/2016).
Begitu pula, Ismail Hidayah asal Situbondo sebelum dihabisi para sultan (pengepul uang) tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi, ternyata diculik dari rumahnya pada tengah malam.
Ia dihajar habis-habisan oleh delapan orang di sebuah jalan areal persawahan hingga tewas dijerat dengan tali.
Ketika penganiayaan berlangsung, Ismail yang juga menguasai ilmu bela diri berusaha melawan.
Namun upaya yang dilakukan korban sia-sia karena saat korban diserang dari depan oleh beberapa orang, dari belakang lehernya langsung dijerat dengan tali.
Dalam kondisi terjatuh, korban Ismail langsung diinjak-injak dan jeratan di leher ditekan makin kuat. Korban yang sudah tewas di TKP, dibawa pelaku menggunakan mobil.
Mayat korban dikubur di sekitar hutan di Tegalsrono, Probolinggo dan setelah beberapa hari baru ditemukan warga setelah makamnya dieker-eker anjing.
"Yang jelas Ditreskrimum Polda Jatim terus bekerja untuk menguak pembunuhan dua korban ini," kata Kombes Argo.
Dalam penanganan perkara pembunuhan uang diotaki Kanjeng Dimas Taat Pribadi, Polda Jatim membentuk dua tim.
Tim pertama khusus menangani pembunuhan yakni Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim dan tim kedua, dari Subdit Uang Palsu (Upal) dan TPPU Ditreskrimsus Polda Jatim.
"Dalam tim ini, Bidang Propam Polda Jatim juga dilibatkan dan tim ini di bawah naungan Ditreskrimum" tandas Argo Yuwono.
Perwira tiga melati di pundak, menegaskan tim Upal dan TPPU akan mencari uang palsu yang ada di padepokan. Karena jumlah uang sangat banyak sehingga harus dipilah untuk menentukannya.
"Alat yang ada semuanya siap dan Selasa (27/9/2016) dilakukan rekonstruksi pembunuhan," jelasnya.
Libatkan 600 Personel
Sebelumnya dikabarkan Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang diduga sebagai otak pembunuhan dua pengikutnya, Abdul Gani dan Ismail ditangkap anggota Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Kamis (22/9/2016).
Tersangka yang juga bisa menggandakan uang dan videonya tersebar di YouTube itu ditangkap di padepokannya, Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Untuk menangkap tersangka yang pandai menggandakan uang, Polda Jatim harus mengerahkan 600 personel.
Unsur yang dilibatkan yakni 6 SSK Sat Brimobda Polda Jatim, 9 SSK Polres Sabara (Polres Jember, Polres Madiun, Polres Sidoarjo, Polres Malang, Polres Bojonegoro, Polres Probolinggo), 300 personel pendukung termasuk pengamanan tertutup.
Tak tanggung-tanggung yang memimpin penangkapan tersangka adalah Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Gatot Subroto.
Disaksikan pula Kasat Brimobda Jatim Kombes Pol Rudi Kristianto; Kapolres Probolinggo, AKBP Arman Asmara Syarifuddin; Dandim 0820 Probolinggo, Letkol Inf Hendhi Yustian Danang Suta; Dan Sub POM Probolinggo, Kapten CPM Maulan.
Proses penangkapannya pun berbeda karena tersangka dikenal memiliki pengikut yang tersebar di mana-mana. Tak pelak, untuk menuju padepokan tersangka yang memiliki lahan dua kali lapangan sepak bola itu harus berjalan rapi.
Pasukan berkumpul sejak Kamis dini hari pukul 01.00 WIB dil apangan Desa Wangkal Kecamatan Gading. Pukul 05.30 WIB pasukan bergerak menuju padepopokan Kanjeng Dimas.
Sekitar pukul 05.55 WIB pasukan tiba di padepokan untuk menggeledah dan menangkap tersangka.
Sekitar pukul 06.10 WIB tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribad ditangkap di Fitnes Center beraama Sapi'i (pengikut).
Keduanya lantas dibawa keluar padepokan menggunakan kendaraan Rantis milik Satbrimobda Polda Jatim menuju Mapolda Jatim.
Penangkapan Kanjeng Dimas Taat Pribadi atas dasar laporan polisi pada 6 Juli 2016.
Tersangka disinyalir terlibat pembunuhan berencana terhadap korban Abdul Gani dan Ismal.
Kedua korban adalah pengikut yang ingin membongkar rahasia padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, terutama terkait praktik penggandaan uang.
Bahkan uang yang ada begitu banyak di tempat tinggalnya (padepokan).Dari situ, tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi memerintahkan Wahyu dan anak buahnya membunuh Abdul Gani dan Ismail.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol RP Argo Yuwono, menjelaskan penangkapan Kanjeng Dimas menjadi atensi Wakapolda Jatim.
"Pak Wakapolda yang langsung memberikan pengarahan agar penangkapan dilakukan sesuai SOP," tutur Kombes Argo.
Pengamanan ekstra yang dilakukan saat penangkapan, kata Argo, bukan karena terjadi perlawanan dari Kanjeng Dimas dan anak buahnya. Namun rumah plus padepokan itu sangat luas.
"Rumah dan padepokannya kira-kira dua kali lapangan bola. Tidak ada perlawanan. Dia berdiri saja saat didatangi dan langsung mau dibawa ke Polda," jelasnya.
Kanjeng Dimas berusia 47 tahun ini, sudah ditetapkan sebagai tersangka dugaan pembunuhan terhadap dua pengikutnya setelah memeriksa 10 tersangka yang lebih dulu ditangkap.
Cara kematian dua korban pembunuhan yang diduga diotaki Kanjeng Dimas Taat Pribadi sangat mengerikan. Leher korban Ismail dan Abdul Gani dijerat tali, kedua tangan terikat ke belakang dan kepalanya dibungkus plastik kresek.
Terungkapnya cara kematian itu setelah penyidik memeriksa 10 tersangka (anak buah Kanjeng Dimas) yang ditangkap lebih dulu oleh Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim.
"Untuk membuktikan itu, kami juga membongkar makam kedua korban dan melakukan tes DNA. Ternyata benar di leher bekas ada jeratan," ujar Kapolda Jatim Kombes Pol Anton Setiadji usai salat Jumat di Masjid Polda Jatim, Jumat (23/9/2016).
Lebih tragis lagi kata orang nomor satu di kepolisian Jatim, korban yang dibuang di daerah hutan di Situbondo hanya ditanam pelaku tidak sampai 1 meter.
Akhirnya lokasi pembuangan mayat itu dieker-eker anjing kemudian warga sekitar berdatangan.
Hingga polisi berusaha mencari informasi karena tak ada identitas sama sekali.
"Pelaku kami anggap tidak berkemanusiaan. Masak orang dibunuh dan dibuang begitu saja," tandas Kapolda.
Untuk menguak siapa pembunuhnya, kapolda mengakui cukup sulit utuk menguaknya. Karena dari lokasi penemuan mayat tidak ditemukan bukti sama sekali alias Mr X.
Bersamaan dengan itu, juga ditemukan Mr X di wonogiri Jateng dengan ciri yang sama. Leher bekas ada jeratan taLi, tangan diikat ke belakang. Dari ciri-ciri yang ada, penemuan mayat pada Juli 2015 akhirnya ditarik Polda Jatim.
"Kan biasa orang-orang tapal kuda (Probolinggo dan Situbondo) kalau ditanya bilang 'tak oneng'," jelasnya.
Menurut kapolda, tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi, sudah mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan terhadap Ismail dan Abdul Gani.
"Waktu dikendaraan sudah mengakui kalau dia (tersangka) yang menyuruh 10 anak buanya. Sekarang tinggal pengembangannya," tuturnya.
Motif dalam pembunuhan ini, dilatari ketakutan tersangka terhadap kedua korban.
Karena korban Ismail dan Abdul Gani adalah mantan koordinator pengepul uang yang akan digandakan oleh tersangka.Sebagai pengepul, mereka bertanggung jawab terhadap uang orang lain yang dibawa untuk digandakan.
"Setelah korban tahu jika uangnya tidak cair, korban yang diangkat sebagai sultan akan mengungkap dan dilaporkan ke polisi. Tapi korban ditawari uang Rp 20 miliar oleh tersangka. Nyatanya kedua korban dibunuh," ujar kapolda.
Tersangka yang dicurigai sebagai otak pembunuhan, bakal dijerat pasal 340 KUHP dengan ancaman paling ringan 15 tahun dan paling berat seumur hidup.
"Tersangka terlibat pembunuhan direncanakan dan terbukti turut serta menghilangkan nyawa, karena dia swbagai leader," jelasnya.
Apakah ada indikasi korban lain yang dibunuh selain kedua korban? "Itu masih dikembangkan. Di Jatim kan banyak mayat Mr X yang ditemukan," paparnya.
Apakah penyidik juga akan menggali lokasi di sekitar Padepokan Kanjeng Dimas untuk mencari korban lain yang dimungkinkan di kubur disitu?
"Segala kemungkinan yang ada akan kami lakukan. Termasuk menggali di sekitar padepokan. Kan masih banyak barang bukti yang belum diambil. Termasuk bunker-bunker yang ada di padepokan.Lokasi di sekitar padepokan, jelas kapolda sudah di police line dan dijaga oleh petugas," jelasnya.
Dalam pemeriksaan terungkap, ada indikasi uang yang notabene digandakan disimpan tersangka ke salah seorang di Jakarta. Jumlah uang yang ada itu diakui Irjen anton cukup fatastis yakni Rp 1 triliun.
"Pokoknya segala kemungkinan yang ada kami selidiki," paparnya.
Penyidik saat menggerebek juga menemukan uang palsu yang ada di padepokan tersangka.
Penemuan uang palsu itu sekarang menjadi atensi khusus untuk dikembangkan. "Yang menangani nanti Ditreskrimsus Polda Jatim. Tapi sekarang kami fokus soal pembunuhannya dulu," tandas Kapolda.
Kapolda megungkapkan, penyidik sebenarnya sudah mengirim surat panggilan pemeriksaan terkait keterlibatan Kanjeng Dimas. Namun panggilan beberapa kali yang dilakukan penyidik tak digubris tersangka.
"Ya akhirnya tersangka didatangi dan dijemput paksa di padepokannya," paparnya.Pasca penahanan, tersangka di Ditreskrimum Polda Jatim, kapolda berinisiatif duduk bersama dengan Pemerintah Probolinggo untuk membicarakan masyarakat yang dirugikan.
Karena ada informasi yang masuk ke polisi, seorang suami dan istri serta anak-anaknya tidak pulang selama 3 tahun. Kemana mereka, itu yang terus dilacak oleh polisi.
Tersangka yang sudah ditahan, kata kapolda tidak ada perlakukan khusus. Ia ditahan bersama tersangka lain.
"Nggak ada perlakuan khusus," paparnya.
Ketika disinggung terkait ilmu penggandaan uang yang dimiliki Kanjeng Dimas Taat Pribadi, kapolda hanya menjawab enteng.
"Saya nggak tahu soal itu dan saya tidak pernah mempelajari ilmu seperti itu. Yang saya tahu, uang kalau disimpan di bank itu baru ada bunganya," terangnya. (*)