Terungkap, Inilah Pemuda Jenius Si 'Pembunuh Virus WannaCry' Ternyata Pernah Diskor di Sekolah
Serangan virus ransomwire bernama WannaCry telah membuat panik ratusan negara. Virus itu tiba-tiba masuk ke dalam sistem komputer dan mengunci ...
"Lalu begitulah, saya diskors untuk sesuatu yang tidak pernah saya lakukan," kata Hutchins yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Kryptos, sebuah perusahaan intelijen ancaman berbasis komputer di Los Angeles.
Hutchins juga dilarang menggunakan komputer yang tersambung ke internet, yang berarti dia harus menyelesaikan seluruh tugas-tugas sekolah dengan kertas.
Baca: Kumpul Kebo Tabu di Indonesia, Nikita Mirzani Siap ke Italia, Ingin Punya Bayi Tanpa Nikah
Alhasil, dia pun gagal dalam ujian.
Namun, pakar cybersecurity otodidak ini kini jadi pahlawan.
Ia diminta membantu Pusat Keamanan Cyber Nasional pemerintah Inggris untuk mencegah penyebaran virus di negara itu, tempat pertama kali WannaCry menyerang NHS Hospital.
Hutchins juga banjir tawaran pekerjaan, namun menolaknya.
Baca: Jadi Viral, Polisi Ini Hendak Dicium dan Ditawari Pijat Pengendara Motor yang Ditilangnya

“Saya senang melakukan ini karena banyak hal membuat saya merasa berguna,” katanya.
Serangan cyber yang mulai menyebar sejak Jumat pekan lalu itu menyerang perbankan Rusia, kemudian rumah sakit di Inggris, hingga pabrik mobil Renault di Prancis.
Baca: 5 Negara ini Disebut-sebut Teraman di Dunia Seandainya Perang Dunia 3 Terjadi
Dengan cepat WannaCry yang awalnya dianggap sebagai malware biasa itu kemudian seperti bom atom yang menyebar ke 200 negara hanya dalam waktu dua hari.
Baca: Tarif Seikhlasnya, Servis Bercinta dan Lain-Lain, Inilah Pacar Sewaan untuk Cewek Jomblo Kesepian
Virus itu langsung masuk ke sistem komputer jenis Windows (kecuali Windows 10) yang terhubung dengan internet sehingga komputer apapun tak luput dari serangan.
Serangan tersebut baru berhenti menyebar setelah Hutchins, dibantu oleh Darien Huss dari firma keamanan Proofpoint, mengungkap nama domain yang digunakan oleh malware tersebut.