Nggak Nyangka, Benda Ini Mulai Dijauhi Kartika Putri, Alasannya Bikin Lalai Dengan Tuhan
Dunia nyata pun dilupakan. Mereka lebih senang memiliki banyak teman di media sosial ketimbang menjalin silaturahmi di dunia nyata. Kita biasanya ...
BANGKAPOS.COM -- Keberadan gawai di era global ini memang menjadi penting. Hampir setiap orang memiliki gawai.
Namun bukannya untuk menunjang pekerjaan, fungsi gawai sekarang ini sudah bergeser menjadi gaya hidup.
Baca: Curhat Dewi Sandra Bikin Merinding, Ungkap Karakter Asli Ustaz Abdul Somad Usai Ceramah
Akibatnya, manusia tergantung dengan gawai. Ini tentu tidak bagus. Dimana-mana orang saat ini sibuk dengan gawainya.
Mereka sibuk berselancar di dunia maya. Entah itu browsing informasi, berita atau sekadar eksis di media sosial.
Baca: Selamatkan Alam, Para Aktivis Wanita Ini Menikah dengan Pohon Pilihan, Alasannya Mengejutkan
Dunia nyata pun dilupakan. Mereka lebih senang memiliki banyak teman di media sosial ketimbang menjalin silaturahmi di dunia nyata.
Kita biasanya lebih memetingkan bermain HP dibanding mendekatkan diri pada Tuhan.
Baca: Kisahnya Bikin Pilu, 2 Tahun Sang Abang Rela Tak Sarapan Demi Kumpulkan Uang untuk Adik
Itulah yang dialami oleh Kartika Putri. Kartika Putri pernah menjadi budak teknologi.
Ia mengatakan, HP membuatnya jauh dari Tuhan.
Kartika mengaku kini telah meninggalkan kebiasaan buruknya itu.
Itu diceritakan Kartika Putri di akun Instagramnya.
Baca: Terkuak, Inilah Biang Keladi di Balik Hujan Uang di Kuningan, Ternyata. . .
Baca: Dua Penyanyi Legendaris Ini Foto Bersama, Sophia Latjuba Natural, Krisdayanti Malah Kebanting
"Sadar ga sih kita itu kadang lebih sibuk sm hp drpd sibuk membenahi diri.. aku banget itu dulu.. mau sholat buka IG dan bales WA dlu.. denger Adzan malah muter Ig story atau YouTube dr magrib kelewat smp isya.. trs punya aplikasi adzan klo bunyi bukan lsg sholat tp lsg disilent trs lanjut Main hp lagi.. hehehehe malu maluin ya aku dulu.. hehe nah skrg jd mulai jarang buka hp krn mulai sadar dan malu Jadi mohon maaf klo telat bales tp klo tlp insyaallah lsg diangkat krn takut ada yang penting yuk pelan pelan jangan Biarin hp posesif in kita dan buat kita lalai , males bahkan lupa sm kewajiban kita sebagai muslim. Bahkan hp juga buat kita ada jarak sm Temen , sahabat, Keluarga , anak , Pasangan bahkan Orang tua
Yuk tulis Di comment apa pengaruh buruk HP kmu di hidup kmu yang kmu sesali aku kepo ya hehe ga sih sbg share aja hehehehe" tulis Kartika Putri.
Netizen mendukung pernyataan Kartika mengenai kebiasaan kita dengan HP.
Baca: Nggak Nyangka, Beginilah Jawaban Mati-matian Nusron Wahid Saat Ditanya Soal Prestasi Jokowi
khotimahrumeon "Buruk bgt kak @kartikaputriworld kalau udh pegeng hp nih sya lupa sama segalanya. Bahkan kerjaan rumah lupa, suami panggil ja pura2 GA Denger.. Makannya dibeliin hp salah n ga dibeliin hp apa lg.."
rienadoank "Klw naek krl hampir smwa sibuk dg hp masing2..tak ada tegur sapa...klw dlu jln2 kmnapun pst dijln dpt kenalan...skrg mah tak ada pun"
Baca: Blak-blakan, Ibu 2 Anak Ini Mengaku Selingkuh dengan 80 Pria Beristri, Hanya 1 Hal Ini yang Dicari
adxsetiana "Pernah jalan2 naik motor_nah lihatlah sekumpulan anak muda pd nongki2 syahdu gelar tikar sembari wedangan kL org bilang. Yg bikin miris_ini anak2 nongkrong bkn'nya saling cerita satu sama lain, bkn'nya asik ngobrol sm tmn2nya, mereka malah asik sm dunianya sndiri_masyaallah ada sekitar 5-6 org smua pd pegang hp, smua pd asik sm hp'nya masing2. Nah kL mw spt itu, knapa jg mstii kumpul2 bareng, kL endingnya cma hp yg mrk ajak ngobrol. Hak asasi masing2 jg sich. Cma kL dilihat kayaknya hp mmg sdh mengalihkan smuanya."
Dilansir dari National Geographic Indonesia, sekitar 60 persen pengguna ponsel mengalami nomophobia.
Nomophobia kombinasi dari kata "no", "mobile" dan, "phobia".
Baca: Jadi Gelandangan, Jutawan Ini Terima Perlakuan Tak Terduga, Saat Koper-Mobil Tiba Ini yang Terjadi
Jika digabungkan, nomophobia berarti ketakutan berpisah dengan telepon seluler (ponsel) yang dimiliki.
Terlepas dari kenyataan bahwa hampir semua orang di dunia ini menggunakan ponsel, ada dua alasan mengapa kita sangat melekat dengan gadget ini.
Pertama, ponsel memungkinkan kita untuk melakukan kontak dengan orang lain melalui pesan singkat dan media sosial.
Di sini, ponsel memiliki fungsi "memfasilitasi hubungan". Ia menyediakan saluran untuk berhubungan dengan figur ketergantungan seperti teman dan keluarga.
Baca: Edan! Petani Ini Gunakan Poster Mantan Artis Porno untuk Lindungi Tanaman, Hasilnya Mengejutkan
Baca: Wanita Ini Rela Habiskan 285 Juta Demi Besarkan Punggungnya, Tahu Hasilnya Malah Ingin Seperti Ini
Baca: Gadis Berjilbab ini Subuh-subuh Datangi Hotman Paris di Kopi Johny Adukan Perilaku Buruk Sang Ayah
Kedua, ponsel bisa menyimpan foto, link situs dan informasi pribadi lainnya. Bahkan, bisa menggambarkan kepribadian melaui ringtone dan wallpaper yang dipilih sesuai keinginan kita.
Cara ponsel dapat dipersonalisasi ini meningkatkan nilainya sebagai objek keterikatan dan berperan sebagai "pengganti manusia".
Veronika Konok dan timnya menginvestigasi beberapa aspek dari ketergantungan ponsel. Lebih spesifik, ingin melihat apakah kita bergantung kepada ponsel karena fungsi "memfasilitasi hubungan" atau "pengganti manusia" tadi.
Mereka mengumpulkan 142 partisipan berusia 19 hingga 25 tahun -- yang merupakan bagian dari generasi yang tumbuh dengan peningkatan penggunaan ponsel.
Baca: Ketatnya Penjagaan Abu Bakar Baasyir, dari Sakit Hingga Salat Jumat
Baca: Ahok Tambah Kaya Meski Dipenjara, Kok Bisa? Ini Penjelasannya
Baca: Kasihan Muka Anaknya! Begini Detik-detik Ely Sugigi Permalukan Ulfi Damayanti di Hadapan Wartawan
Penelitian tersebut menunjukkan fakta bahwa anak-anak muda memang sudah sangat bergantung pada ponsel mereka.
Para partisipan dilaporkan sering menjaga ponselnya agar tetap dekat dengan mereka dan merasa sedih apabila berjauhan.
Jenis ketergantungan ini menunjukkan bahwa ponsel bertindak sebagai "pengganti manusia".
Baca: Jadi Viral, Gara-gara Mertua Cium Paksa Mempelai Wanita, Pesta Pernikahan Berakhir Ricuh
Baca: Ternyata Ada Silat Harimau di Film Black Panther, Ini Vidoenya
Sementara, bagi partisipan yang memiliki rasa cemas akan perpisahan, bergantung pada ponsel karena fungsi "memfasilitasi hubungan".
Mereka menjaga ponselnya tetap dekat, agar selalu bisa berhubungan dengan orang lain. Terutama untuk media sosial. (*)