Sengaja Dirahasiakan, Soekarno Ternyata Punya Anak Bernama Gempar, Cuma Digendong Sekali

Amanat sang ayahlah yang akhirnya membuat Gempar kemudian turut aktif berpolitik. Semua diawalinya dari langkah kecil hingga akhirnya...

KOLASE/SERAMBINEWS.COM
Kolase foto Gempar Soekarno Putra dan ayahanya Presiden RI Ir Soekarno 

Ia sering diperlakukan kasar sehingga harus terusir dan berpindah-pindah rumah. Bahkan pernah ikut di rumah seorang pedagang buah di daerah Gandaria, Jakarta Selatan.

Hidup Gempar baru benar-benar mapan setelah bekerja sebagai tukang ketik di kantor notaris Frederik Alexander Tumbuan, masih di sekitar daerah Gandaria.

Tahun 1985 ia malah bisa berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Baca: Mengejutkan, Netter Takut Saat Lihat Dandanan Amy Qanita di Nikahan Syahnaz-Jeje, Kok Serem?

Berbekal dari pekerjaan dan kuliahnya, pekerjaan yang digelutinya kemudian lebih banyak terkait dengan hukum atau di perusahaan biasa disebut bagian legal.

Ia juga menjadi konsultan hukum di beberapa perusahaan elektronik seperti Hitachi, Toshiba, ITT, Grundig, serta beberapa bank.

Baca: Indahnya, Ada Festival Tulip Istimewa Istanbul Ceria Sepanjang April di Truki

Dari pekerjaan itu perlahanlahan kehidupannya mulai mapan, setelah memiliki beberapa bidang tanah dan kendaraan di Jakarta.

Gendongan pertama dan terakhir
Awalnya Gempar mengenal Soekarno tak lebih sebagai mantan Presiden RI. Ia ingat, sewaktu SMP, pernah nekat membuka sebuah koper besi yang sengaja disembunyikan ibunya di atas plafon rumah.

Tapi selanjutnya isi koper yang kelak dipakai untuk membuka jati dirinya itu, tidak terlalu dihiraukannya.

Baca: Hits Abis, Beginilah Gaya Nia Ramadhani Liburan ke Luar Negeri, Tampil dengan Fashion Style Simpel

"Malah ada tongkat komando yang pernah saya pakai untuk menggali-gali tanah," tutur Gempar tentang kenakalannya di masa kecil terhadap benda-benda peninggalan Soekarno itu.

Cerita tentang sang ayah didapat dari Jetje sebelum akhirnya meninggal pada November 2004.

Dalam ingatan Jetje, Soekarno mulai mengenalnya ketika berkunjung ke Manado tahun 1953.

Baca: Nunggu KWnya Aja, Kecil-kecil Cabe Rawit, Tas Mini Nagita Slavina Ini Bikin Netter Bengong!

Sejak itu keduanya menjalin hubungan melalui surat atau telegram, serta sesekali bertemu jika kebetulan Presiden berkunjung ke Manado.

Tapi orangtua Jetje tidak merestui niat Soekarno untuk menikahi putri mereka.

Maka begitu lulus dari sekolah SGA Roma Katolik Manado, Jetje dinikahkan dengan Leo Nico Christofel, anggota TNI berpangkat Letnan Satu.

Baca: Mbah Mijan Ungkap Nikita Mirzani Dapat Kiriman Gaib!

Meski sudah dikarunia dua anak, akhir 1955, Jetje dan Leo bercerai. Hubungan dengan Soekarno berlanjut kembali hingga akhirnya keduanya menikah secara Islam tahun 1957 di Manado.

Perkawinan itu sempat dipestakan juga di Jakarta, namun Jetje yang dipanggil "Ice" oleh Soekarno, kemudian kembali lagi ke Manado.

Baru setelah menjelang kelahiran Gempar, Jetje berniat menyusul suaminya, tapi batal karena ada pemberontakan Permesta.

Baca: Identitas Lucinta Luna Terungkap Usai Unggah Tiket Pesawat, Sama dengan Nama Baru Muhammad Fatah?

Soekarno baru dapat menggendong anaknya untuk pertama (dan terakhir kali) tahun 1960.

Menurut Gempar, ada beberapa pejabat dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini.

Seperti Mayor Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur Jakarta), Ibnu Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), dan Ali Sadikin.

Dalam ingatannya, ia pernah beberapa kali menemani ibunya menemui beberapa pejabat itu di Jakarta.

Baca: 13 Fakta Raden Ajeng Kartini, Pahlawan Nasional Ini Ternyata Gemar Memasak

Belakangan setelah jati dirinya dibuka, Gempar juga sempat bertemu Ali Sadikin. "Pak Ali masih ingat dan menanyakan kabar ibu saya," katanya.

Ketika Soekarno masih berkuasa, Jetje sempat menikmati kehidupan yang layak dengan diberi rumah di Jln. Tikala, sebuah kawasan elite khusus pejabat di Manado.

Gempar di usia balita juga mendapat kiriman mainan yang bagus dan mahal dari Jakarta.

Baca: Beginilah Bidadari Kader Perempuan PAN, Cantiknya Kebangetan, Netizen Kepo!

"Waktu sekolah saya juga sering dibilang teman, 'Siap, Bung Karno', karena katanya mirip Bung Karno kalau memakai peci," kata Gempar yang awalnya menganggap itu sebagai sekadar olok-olok, tapi belakangan diterimanya sebagai semacam petunjuk bahwa dirinya anak Soekarno.

Diminta tes DNA
Keberadaan "satu lagi anak Soekarno" ini terkuak ke publik setelah Majalah Kartini memuat serial kehidupan Gempar, pada terbitan awal tahun 2000.

Tulisan bersambung ber- bentuk features itu memuat kisah kehidupan Gempar di masa lalu, terutama menekankan masa-masa penderitaannya.

Sepintas terbaca seperti dongeng. Namun kepada Intisari, Gempar tegas menyatakan kisah itu sejati.

Baca: Kisah Asmara Berujung Sel, Remaja Ini Hamili Dua Wanita, Satu Minta Dinikahi, Satunya Lapor ke Sini

Tidak ada yang dibuat-buat atau ditambah-tambahi.

Justru pihak keluarga, terutama putranya yang saat itu masih usia anak-anak, sempat keberatan pada kisah-kisah pilu yang diekspos.

Karena itu Gempar merasa perlu memberi pengertian bahwa kisah masa lalu tidak perlu ditutup-tutupi. Justru kalau direkayasa, harusnya merasa malu.

Baca: Teganya, Di Depan Tamu Resepsi Pernikahan, Pengantin Pria Ngamuk Ceraikan Istri, Penyebabnya Sepele

Baru kemudian putranya bisa mengerti dan justru merasa bangga pada kegigihan ayahnya menjalani hidup.

Ramainya publikasi media rupanya mengusik keluarga besar Soekarno.

Berdasarkan cerita Gempar, tahun 2003, ia dihubungi pengacara dari Guruh Soekarno Putra untuk menjajaki kemungkinan tes DNA.

Baca: Menggiurkan, Ternyata Segini Penghasilan SPG Cantik di IIMS 2018 Selama 10 Hari, Wow!  

Ia tidak menolak, tapi mengajukan syarat yaitu, tes bukan atas permintaan dirinya, dilakukan secara terbuka, dan sampel darah yang diambil harus dikawal oleh tim kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Permintaan itu tidak ada kabarnya sampai sekarang.

Gempar menduga, lantaran dalam uji DNA, tim dokter harus mengambil sampel darah pembanding. Artinya sampel darah anak-anak Soekarno lain harus juga ikut diambil.

Baca: Tragedi Dada Akibat Goyangan Heboh Lucinta Luna, Rekan Duetnya Kesakitan Saat Latihan Vokal, Aduh!

Tentu bisa dibayangkan sulitnya mengumpulkan orang-orang yang sebagian besar merupakan tokoh-tokoh politik nasional.

Namun kalau pun itu suatu kali harus terjadi, Gempar akan bersikukuh dengan syarat yang diajukannya.

"Biar jelas kalau bukan saya yang mencari popularitas. Kalau pun hasilnya benar, ya alhamdulillah. Kalau tidak, berarti ibu saya pembohong," tuturnya tanpa beban.

Baca: Warga Lewoleba Ini Mendadak Kaya Setelah Didatangi Pria Timur Tengah, Ternyata Gara-gara Ikan Paus

Saat ini Gempar bersyukur terhadap satu warisan yakni kemiripan fisik, terutama wajah.

Apalagi kalau ia memakai peci, yang kini jadi seragam wajibnya saat hadir di acara-acara resmi.

Dalam acara kampanye menjelang Pemilu, ia malah sengaja memakai baju mirip baju kebesaran Soekarno, komplet dengan kacamata hitam model jadul.

Baca: Canggihnya, Ini Dia Gelang Pelindung Diri untuk Perempuan, Ada Cahaya Merah dan Alarm

Wajah mirip, ditambah publikasi media, menjadikan Gempar seperti selebritas. Efek positifnya, banyak orang merasa segan.

Misalnya ketika Gempar berhubungan dengan birokrasi, orang akan menolak pemberian amplop sekadar sebagai tanda terima kasih.

"Katanya mereka merasa tidak enak menerima uang dari anak Proklamator," tutur Gempar menirukan orang-orang itu.

Baca: Millendaru Pamer Wajah Cantik dengan Gincu Cetar, Netizen Ini Ingatkan untuk Salat Jumat!

Gempar Soekarno Putra
Gempar Soekarno Putra (Tribunstyle.com)

Satrio piningit?
Dalam koper besi yang disimpan Jetje, sebenarnya Soekarno juga mewarisi Gempar tongkat komando dan dua bilah keris.

Namun atas saran seorang kiai, sebilah keris dibuangnya ke sungai. Sebuah tindakan yang ternyata kini disesalinya, karena menurutnya menyimpan keris bukan berarti menyembahnya.

Sedangkan tongkat komando sudah diberikan kepada kelompok spiritual.

Baca: Raffi Ahmad Blak-blakan Soal Kondisi Rumahnya yang Seram, Ada Makhluk Lain di Sudut Rumahnya

"Saya jadi proaktif, suaranya juga jadi keras, kalau memegang tongkat itu," katanya terus terang.

Amanat sang ayahlah yang akhirnya membuat Gempar kemudian turut aktif berpolitik.

Semua diawalinya dari langkah kecil hingga akhirnya menjabat Wakil Ketua Umum Partai Barisan Nasional (Barnas). Dalam Pemilu 2009 lalu, Barnas hanya menempati urutan 16 besar.

Baca: Ayo Cantikan Siapa, Selebgram Imut Ini Disebut-sebut Mirip Lucinta Luna, Intip Foto-fotonya di Sini

Gempar yang calon legislator di urutan 1 daerah pemilihan Jawa Timur VIII juga gagal jadi anggota DPR.

Meski banyak orang menyebutnya sebagai satrio piningit, suatu mitos calon pemimpin masa depan dalam ramalan Jayabaya, tapi Gempar mengaku setidaknya saat ini belum berambisi menjadi presiden.

Ketika Pemilu 2004, sikapnya sempat disalahartikan para wartawan, hingga ditulis di media siap menjadi calon presiden.

Baca: Terkenal Sebagai Keluarga Tajir Mlintir, Banyak yang Tak Tahu Inilah Sumber Kekayaan Gen Halilintar

Fotonya juga dijejerkan dengan anak-anak Soekarno lain yang mencalonkan diri.

"Waktu itu saya ditanya wartawan, saya jawab, 'Insya Allah'," katanya menjelaskan peristiwa yang sempat membuat dirinya merasa tidak enak itu.

Padahal berniat saja belum. Syukurlah hubungannya dengan kakak-kakaknya tidak terganggu. Setiap lebaran, ia sempatkan bersilaturahmi ke rumah mereka.

Baca: Bertambah Cantiknya, Tak Pamer Tubuh Seksi, Begini 7 Gaya DJ Butterfly Saat Berpakaian Sopan

Tentang mitos satrio piningit, Gempar mencoba menyikapinya secara lebih bijaksana.

Satrio piningit menurutnya adalah bentuk kepemimpinan yang mampu mendatangkan pembaruan dan kemakmuran kepada rakyat. Bisa saja mulai dari Hayam Wuruk, Amangkurat I, Soekarno, termasuk Soeharto.

Baca: Pegang Alquran dan Ucapan Syahadat yang Terputus, Inilah Detik-detik Saddam Hussein Digantung

"Kalau saya disebut begitu, 'amin' sajalah. 'Kan tidak rugi disebut satrio piningit." Gempar menjawab santai.

Artikel ini sudah tayang di Tribunstyle.com dengan judul “Tak Banyak yang Tahu, Bung Karno Punya Anak Bernama Gempar yang Jadi Kondektur & Jualan Es di Manado”

(*)

Baca: 10 Maret 2018, Mekkah Dilanda Hujan Es Setelah Madinah, Tanda Akhir Zamankah? Ini Videonya

Baca: Tak Disangka, Ternyata Ada Sosok Ini Disamping Trump di Balik Pindahnya Kedutaan AS ke Baitul Maqdis

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved