Tak Banyak yang Tahu Begini Kisah Cinta Soeharto dan Ibu Tien, Manis Bak Sinetron

Kisah Percintaan Sepasang Sejoli memnag selalu indah untuk diceritakan, begitu juga kisah percintaan Soeharto dan Sri Hartinah dikenal dengan Ibu Tien

Editor: M Zulkodri
Yoyok Prima Maulana
(Foto Bombastis) 

Selepas sekolah, keduanya berpisah. Soeharto melanjutkan ke PETA dan terjun ke dunia ketentaraan. Sementara Hartinah  aktif di Laswi dan PMI.

KETIKA NYALI SOEHARTO CIUT

 Yogyakarta,  1947. Suatu hari, Soeharto yang sudah menginjak 27 tahun, bertandang ke kediaman keluarga Prawirowiardjo yang lama mengasuhnya.

Keluarga bibi dan pamannya itu belum lama pindah ke Yogyakarta dari Wuryantoro, Wonogiri.

"Harto," kata Bu Prawiro, adik Pak Karto, ayahanda Soeharto.

"Sekarang umurmu sudah 27 tahun," lanjutnya, "Sekalipun engkau bukan anakku sendiri, aku sudah mengasuhmu sejak ayahmu mempercayakan engkau pada kami.  Aku pikir, sebaiknya segera mencarikan istri untukmu."

O.G. Roeder dalam Soeharto--Dari Pradjurit Sampai Presiden, buku  biografi pertama presiden kedua RI, mengisahkan, bahwa Soeharto sempat ngeles menyikapi tawaran bibinya.

Dia beralasan masih ingin berkonsentrasi di dunia militer. Tapi setelah dibujuk terus menerus, akhirnya Soeharto luruh juga.

Dia pun berkata, siapa kiranya yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Bu Prawiro tersenyum. Dia berkata pelan bahwa Soeharto sebenarnya sudah kenal dengan gadis tersebut.

“Masih ingatkah kamu dengan Sri Hartinah,” kata Bu Prawiro Seperti dikisahkan di buku Falsafah Cinta Sejati Ibu Tien dan Pak Harto.

Soeharto mana mungkin lupa. Adik kelas manis yang suka mengolok-olok sepupunya sebagai adik ipar.

Mendadak nyali Soeharto menciut.  Hartinah adalah keluarga ningrat. Putri RM Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmati Hatmohoedojo, wedana dari Kraton Mangkunegaran, Surakarta.

Baca: Ditanya Pilih Nagita Atau Ayu Ting Ting Begini Jawaban Raffi Ahmad yang Bikin Boy William penasaran

Mana mungkin pria dari kelas bawah macam dirinya, bisa bersanding dengan putri  ningrat. Begitu pikir Soeharto. "Tapi bu, apakah orangtuanya akan setuju? Saya orang kampung biasa. Dia orang ningrat…"

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved