Kisah Sedih Bocah Pemulung Asal Pangkalpinang, Rahmat Putus Sekolah dan Bantu Kakeknya yang Stroke
Kisah Sedih Bocah Pemulung Asal Pangkalpinang, Rahmat Putus Sekolah dan Bantu Kakeknya yang Stroke
Kisah Sedih Bocah Pemulung Asal Pangkalpinang, Rahmat Putus Sekolah dan Bantu Kakeknya yang Stroke
BANGKAPOS.COM, BANGKA – Minggu (3/2/2019), selepas Magrib, Rahmat mengambil gerobak dan karung berwarna putih, di samping kediamannya, Pintu Air, Pangkalpinang, Di usia belianya, Rahmat harus memulung sampah dan barang bekas untuk membantu ekonomi keluarganya,
Bocah berusia 12 tahun ini mendorong gerobak kecilnya menyisir gang sempit dan jalan raya untuk mengumpul barang bekas.
Ia hanya mengenakan kaos oblong, celana pendek dan beralaskan sandal jepit.
Pekerjaan ini ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama kakeknya Arpani (58) yang sakit stroke sejak setahun lalu.
Mereka berdua tinggal di sebuah kontrakan, bersebelahan dengan anak kakek, tante Rahmat.
"Ayahnya sudah meninggal dunia dan ibunya tinggal di Prabumulih," jelas Arpani yang mengungkapkan kalau Rahmat adalah cucunya.
Rahmat tak kenal lelah setiap malam menjadi pemulung.
Nasibnya pun tak seberuntung anak seusianya yang masih bisa bermain.
Bahkan ia sudah tidak lagi sekolah sejak kelas 1 SD.
"Malam ini barang bekas yang paling banyak yaitu botol bekas," ujar Rahmat saat diwawancara bangkapos.com, Minggu malam (3/2/2019).
Barang-barang bekas yang didapatnya, dikumpulkan selama seminggu di rumahnya, kemudian ia jual kepada pengepul.
"Pembeli datang ke rumah, satu kilo Rp 4.000 sampai dengan Rp 5.000",katanya.
" Kadang seminggu hasilnya tidak mencapai Rp 100.000,"tambahnya
Kebutuhan makan sehari-hari ia dapatkan dari bantuan warga, para donatur dan tantenya.