BangkaPosiana
Mengenal Tokoh Dunia: Ruth Handler, Pencipta Boneka Barbie
Barbara Millicent Roberts, nama yang tampak asing bagi sebagian besar orang. Namun, sebenarnya itu merupakan nama lengkap boneka Barbie.
Pada 1942, Handler bergabung dengan seorang desainer bernama Harold "Matt" Matson untuk membuat bingkai foto.
Bisnis berkembang dengan sejumlah produk baru seperti furnitur rumah boneka yang dibuat dari sisa-sisa pembuatan bingkai foto.
Dengan menggabungkan nama Elliot dan Matt, lahirlah perusahaan yang dikenal sebagai Mattel.
Pada 1945, perusahaan mencetak keuntungan. Handler dan suaminya juga terus memperbanyak produk, termasuk mainan.
Secara bersama-sama, pasangan berbakat itu berhasil membuat serangkaian inovasi yang membuat Mattel sebagai perusahaan diperhitungkan keberadaanya.
Barbie
Pada 1950-an, Handler mengetahui putrinya tertarik dengan boneka kertas yang dapat bajunya dapat diganti-ganti.
Terinspirasi dari situ, dia mengajukan gagasan tentang pembuatan boneka dewasa ke perusahaannya. Namun, ide itu mendapat perlawanan dari tenaga penjualan dan eksekutif Mattel yang didominasi oleh pria.
"Setiap gadis kecil membutuhkan boneka untuk memproyeksikan diri ke dalam mimpinya di masa depan," kata Handler dalam wawancara New York Times pada 1977.

Kemudian pada 1956, dia menemukan boneka perempuan dewasa Jerman yang menarik di Swiss. Tanpa sepengetahuan Handler, boneka itu sebenarnya ditujukan untuk pelanggan pria dewasa.
Namun, dia memikirkan hal lainnya. Dengan menggunakan boneka Jerman sebagai model, desainer Mattel menghabiskan waktu tiga tahun menciptakan boneka impian Handler.
Lalu lahirlah boneka dengan rambut pirang berukuran 11,5 inci dengan sepatu hak tinggi.
Barbie memulai debutnya di American Toy Fair di Kota New York pada 1959.
Sebanyak 351.000 boneka Barbie berhasil terjual di tahun pertama, menjadi rekor penjualan tertinggi Mattel.
Keberhasilan Barbie mendorong perusahaan menciptakan boneka kekasihnya, Ken.
Harapan tak realistis
Meski digemari anak-anak, bahkan orang dewasa, boneka itu mendapat kritikan dari para feminis, termasuk dari National Organization for Women.