Kuliner Khas Bangka

Mengulik Kue Pangchiam Buatan Aho Sampai ke Jogja, Bertabur Kenangan dan Nostalgia

Aho adalah generasi kedua penjual kue pangchiam atau biasa juga disebut pangpang yang masih bertahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penulis: Alza Munzi | Editor: khamelia
Bangka Pos/Alza Munzi
Aho saat melayani pembeli di depan gedung Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta saat acara halal bihalal masyarakat Babel, Sabtu (29/6/2019). 

BANGKAPOS.COM--"Ni lah kue kami agik kecil duluk, maen guncang-guncang luk. Men beruntung dapet kue pang ne. (Ini kue kami masih kecil dulu, digoncang dulu. Kalau beruntung dapat kue pang ini)," ungkap Indri (45) membuka pertemuan bersama Aho (37) di depan Gedung Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Sabtu (29/6/2019).

Aho adalah generasi kedua penjual kue pangchiam atau biasa juga disebut pangpang yang masih bertahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bisa jadi, dia adalah satu-satunya penjual kue pangchiam di Babel, yang mengingatkan sejuta kenangan dan nostalgia warga pada puluhan tahun silam.

"Karena ciri khasnya ketika ketika mencabut stik dari dalam kaleng. Di badan stik berukuran sapu lidi itu ada garis-garis yang berbeda jumlahnya. Nah, bila sampai pada batas yang ditentukan, maka dapat lima kue pangpang," jelas Sarbini (38) yang mencoba mengingat-ingat kenangan masa kecilnya ketika membeli kue pangchiam.

Kue pangchiam buatan Aho menjadi sorotan saat acara halal bihalal masyarakat Babel di Yogyakarta pada akhir pekan lalu.

Bahkan Gubernur Babel Erzaldi Rosman meminta Aho dibawa ke Yogyakarta untuk menyajikan kue khas Babel itu lengkap dengan stik yang digoncang-goncang.

Erzaldi menilai Aho yang mewarisi kemampuan membuat kue pangchiam patut mendapat apresiasi.

Keberadaannya perlu diperhatikan karena ternyata cocok sebagai wisata kuliner dan sejarah.

"Saya diminta Pak Gubernur untuk membawa Aho ke Yogyakarta. Kami siapkan segala sesuatunya dan Aho bersedia. Pak Gubernur merasa Aho dan kue pangchiam menjadi inspirasi yang banyak orang tak terpikirkan," kata Kepala Badan Penghubung Babel di Jakarta, Ari Primajaya.

Asal mula jualan pangchiam

Wajah Aho semringah. Mengenakan kemeja yang dimasukkan ke dalam celana, penampilan Aho cukup rapi.

Tangannya begitu cekatan membuat kue pangchiam yang dipesan tamu.

Wajar saja, sudah 16 tahun dia melakoni pekerjaan warisan ayahnya itu.

Aho tak menyangka, kue sederhana buatan dirinya bisa membawa ayah empat orang anak itu ke Yogyakarta dan berkumpul bersama ribuan masyarakat Babel lainnya.

"Dulu papa saya yang jualan. Saya baru ikut jualan setelah tamat STM 2003, bantu-bantu papa. Kami naik sepeda dari Kampung Benteng, Pangkalanbaru ke Jalan Trem Pangkalpinang," ungkap Aho.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved