Soal Oknum Polisi yang Diduga Aniaya Murid TPA, Begini Kesaksian Ustazah dan Bocah yang Masih Trauma
Soal Oknum Polisi yang Diduga Aniaya Murid TPA di Basel, Begini Kesaksian Ustazah dan Bocah yang Trauma
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Kapolres Bangka Selatan, AKBP Aris Sulistyono, Senin (22/7) telah mengambil tindakan tegas dengan menonaktivkan Bripka Jam dari jabatannya sebagai Ps Kanit Binmas Polsek Airgegas. Bripka Jam diduga telah melakukan penganiayaan terhadap Di (9), murid TPA Al Istiqomah Toboali.
Hal ini diungkapkan Kapolres Bangka Selatan, AKBP Aris Sulistyono dalam jumpa pers terkait kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Bripka Jam di Gedung Rajawali, Mapolres Basel, Senin (22/7/2019) sore.
AKBP Aris menegaskan, penonaktifkan Bripka Jam sebagai Ps Kanit Binmas Polsek Airgegas, berlaku sejak, Senin (22/7/2019).
Lanjut AKBP Aris, tindakan tegas ini diambil sebagai langkah untuk menindaklanjuti kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan Bripka Jam, Rabu (17/7/2019) lalu.
"Mulai sejak hari ini, Senin 22 Juli 2019, yang bersangkutan (Bripka Jam) saya non aktifkan dari jabatannya sebagai Ps Kanit Binmas Polsek Airgegas.
Ini merupakan tindak lanjut dari kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan bersangkutan," tandas AKBP Aris.
Lapor ke Polda
Sementara itu pada hari yang sama Chandra (31) bersama anaknya Dn (9) korban penganiayaan melaporkan Bripka Jam ke Polda Kepulauan Bangka Belitung.
Sebelumnya Chandra juga mendatangi Komisi Perlinduangan Anak Daerah (KPAD) Bangka Belitung untuk mengadukan kasus yang menimpa anaknya, Senin (22/7/2019).
Mereka didampingi oleh Ketua P2H2P Ketua Basel Filda Indarti, Ketua BKPRMI Basel Haridinata dan para ustazah pengajar di TPA Al Istiqomah Toboali tempat Dn belajar mengaji.
Tampak juga mendampingi pengacara Ibrahim dan rekan rekannya.
Rombongan diterima oleh Ketua KPAD Babel Sapta Qodria dan anggotanya.
"Kita prihatin kejadian ini tidak sepatutnya anak-anak menjadi korban karena emosi sesaat," kata Sapta Qodria.
Sapta berharap hal ini kedepannya tidak terjadi lagi.
Apalagi perbuatan oknum anggota Polri tersebut tidak pantas dilakukan oleh abdi negara yang harusnya menjadi contoh.
Selain itu peristiwa tersebut membuat trauma korban dan teman-temannya di TPA.
"Kita dapat info dari pengajar TPA bahwa trauma tak hanya dialami oleh korban, tapi rekan- rekan korban yang tak mau berangkat ke TPA karena takut," beber Sapta Qodria.
Cerita Kronologis
Dalam pertemuan tersebut diceritakan kronologis kejadian yang menimpa Dn yang dilakukan oleh Bripka Jam.
Bermula saat Dn layaknya anak kecil ribut dengan rekannya anak perempuan satu TPA yang merupakan anak dari Bripka Jam.
Namun keributan tersebut sempat ditengahi oleh para ustazah di TPA.
Keduanya pun sudah bermaaf- maafan dan bersalaman.
Ternyata Bripka Jam sempat ditelepon anaknya menggunakan jam HP sehingga naik pitam.
Brigadir Jam pun mendatangi TPA dan tanpa basa basi langsung menyeret Dn keluar ruangan.
Hal tersebut membuat kaget para pengajar.
"Nggak pakai salam nyelonong masuk kemudian langsung mengambil Dn dengan cara mencengkeram dibawa keluar ruangan," kata Fitri Anjar Ustazah yang mengajar saat itu dan dibenarkan rekannya Ustazah Helni.
Selanjutnya Bripka Jam menyeret Dn ke tempat parkir dan berusaha memaksa Dn naik ke motor dinas miliknya.
Ini disaksikan oleh Sukardi penjual es yang biasa nongkrong di TPA berjualan.
"Tiga kali orang itu ngangkat anak TPA di motor, anak itu berontak sambil nangis terus para ustazah nyusul mengambil anak itu," beber Sukardi.
Cerita diatas juga sama dengan diceritakan dari mulut Dn yang bercita-cita jadi dokter ini.
Menurut Dn memang dirinya tidak dipukul hanya dicengkeram bagian dagu kemudian diseret tangannya oleh Bripka Jam.
Saat ditanya apakah dia tahu itu adalah polisi Dn mengaku tahu karena rumah mereka juga tidak berjauhan.
"Cuma dicengkeram dan diseret. Tangan om tu ngepal tapi cuma didorongkan ke pipi dak dipukul.
Diakan polisi rumahnya dak jauh dari rumah kami," ujar Dn polos.
Awalnya Dn (9) bocah kelas 4 SD ini seperti kebingungan dan takut.
Namun setelah diberitahu oleh ustazah dan orangtua agar tidak takut, dia pun menceritakan kejadian sejak awal.
Dn mengaku tidak takut sama polisi tapi takut sama oknum yang memukulnya.
"Dak Takut sama polisi tapi sama om (Bripka Jam) yang kemarin takut aku," beber Dn.
Dn mengakui dirinya sempat ribut sama rekannya anak perempuan Bripkar Jam.
Dn mengatakan ribut tersebut sudah didamaikan oleh ustazah dan dirinya sudah minta maaf.
"Dak tahu dia (anak Jam) nelepon pake HP jam, kasih tahu bapaknya," cerita Dn
Dn mengatakan dirinya sedang mengaji saat Bripka Jam datang ke TPA kemudian mencengkeram dagunya.
Selanjutnya ia diseret keluar ruangan dan dibawa ke parkiran.
Dn diseret dengan tangan ditarik oleh Bripka Jam.
"Aku takut jadi nangis nak dibawa pakai motor ku berontak," sebut Dn.
Para Ustazah yang melihat kejadian kemudian mengambil Dn dan dibawa masuk kembali ke TPA.
Anak anak lain yang mengaji di TPA tersebut juga ketakutan.
Candra ayah Dn yang terlihat masih menyimpan kekesalan dengan berapi-api mengatakan sebagai orangtua dirinya tidak bisa menerima.
Dirinya juga berharap pimpinan di kepolisian dapat mengambil tindakan tegas tehadap kejadian tersebut sehinga tidak terjadi lagi kepada anak-anak.
"Kami orang kecil minta keadilan jangan perlakukan kami seperti ini tegakkan keadilan dan hukum," ucap Candra menahan emosi dan tangis.
Harus Ditindak
Setelah mendatangi KPAD Babel meminta pendampingan, Candra (31) warga Toboali Bangka Selatan dengan mendatangi SPKT Polda Kepulauan Bangka Belitung, melaporkan kejadian kekerasan terhadap anaknya Dn (9).
Kedatangan mereka didampingi oleh pihak KPAD Babel, P2H2P Basel dan Ibrahim selaku pengacara korban.
"Saya rasa tidak ada alasan untuk tidak menindak oknum tersebut karena kita membawa korban, para saksi dan hasil visum," kata Ibrahim.
Sapta Qodria Ketua KPAD Babel, mengatakan pihaknya melakukan pendampingan kepada korban untuk melaporkan ke Polda Babel.
Namun jika memang dengan berbagai pertimbangan kasusnya ditangani di Polres Bangka Selatan, tidak menjadi masalah.
Terpenting harus ditangani serius kerena peristiwa ini memiliki banyak dampak kepada korban.
"Sama saja ditangani oleh Polda atau Polres.
Intinya akan kita kawal agar kasus ini benar-benar ditangani serius.
KPAD juga akan memberikan bimbingan konseling terkait dampak psikis korban dan anak-anak lain di TPA," ungkap Sapta.
Ditangani Polres Basel
Kapolda Kepulauan Bangka Belitung, Brigjen Pol Istiono dikonfirmasi mengatakan kasus tersebut sudah ditangani oleh Polres Bangka Selatan.
Termasuk anggota tersebut juga diperiksa oleh Propam.
"Kasusnya sudah diproses di polres nanti tinggal polda memback up saja," kata Brigjen Pol Istiono.
Brigjen Pol Istiono juga meminta, kepada para kepala wilayah (kapolres dan kapolsek) harus mampu menekankan anggotanya untuk tidak melakukan tindak arogan kepada masyarakat.
"Ingat polisi adalah pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat jangan sakiti hati masyarakat, layani dengan penuh ke iklasan, tebar senyuman, ciptakan suasana kekeluargaan dengan masyarakat," imbuh Brigjen Pol Istiono. (ara/die)