Film Martabak Bangka
Pemeran Asal Bangka dan Filosofi Martabak Membuat Ramon Y. Tungka Terkesan
Pemeran utama Martabak Bangka, Ramon Y. Tungka menikmati proses syuting Martabak Bangka bersama pemeran-pemeran asal Bangka
Penulis: Dedy Qurniawan | Editor: khamelia
BANGKAPOS.COM- Pemeran utama Martabak Bangka, Ramon Y. Tungka menikmati proses syuting Martabak Bangka bersama pemeran-pemeran asal Bangka. Dua hal yang membuat ia berkesan adalah pemeran asal Bangka dan filosofi dan sejarah Martabak.
Ramon menyebut, 95 persen aktor pada film besutan sutradara Eman Pradipta itu berasal dari Bangka.
"Itu yang membuat saya berkesan," ucap Ramon seusai Gala Premiere Martabak Bangka di BES Cinema, Rabu (18/9/2019) malam.
Ramon juga mengatakan ia adalah pecinta martabak. Pada beberapa scene film ia terlihat memakan kuliner khas Bangka Belitung yang kerap dijual di provinsi lain dengan merek "Martabak Bangka".
"Bermain di flim ini, saya mempelajari filosofi-nya martabak. Ini bukan perkara saya jago bikin martabaknya, enggak. Ini lebih kepada filosofi dan sejarahnya. Ini juga yang membuat saya berkesan," ucap dia.
Ditanyai, apakah berminat bisnis Martabak? "Saya enggak jago buka usaha. Saya enggak mau belajar bikin martabak di Jakarta, saya sengaja belajar Martabak di Bangka," katanya.
Sejarah Martabak di Babel
Film "Martabak Bangka" mulai tayang di biskop Kamis (19/9/2019). Film besutan sutradara Eman Pradipta itu mengangkat kuliner Martabak sebagai bagian dari cerita.
‘Martabak Bangka’ mengemas kisah tentang kearifan lokal Bangka Belitung. Kuliner khas ini dianggap sebagai bentuk m akulturasi budaya etnis Tionghoa dan Melayu yang harmonis di Babel.
Film yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Jaya (diperankan Ramon Y. Tungka) yang sedang mengalami dilema saat menjual kedai Martabak Bangka Acun. Jaya yang mendatangi Pulau Bangka dan bertemu dengan warga etnis Tionghoa untuk mengantarkan abu jenazah Acun dan menyampaikan amanat ke keluarga Acun, menjadi bagian dari cerita film.
Sejarahwan Pangkalpinang Akhmad Elvian pernah mengupas serjarah Martabak di Bangka pada 2015 lalu. Kepada Bangka Pos, Elvian menceritakan kembali bagaimana kemudian Martabak, Timah, Melayu, dan Tionghoa memiliki kesatuan cerita tersendiri di Babel.
Dia menuturkan, setelah timah ditemukan dalam deposit yang besar di Pulau Bangka, terutama di daerah sungai Olin, pesisir Barat Bangka Selatan, serta di daerah Tjengal Merawang sekitar tahun 1709/1710 Masehi. Timah ditemukan dengan tidak sengaja oleh pribumi Bangka, orang Darat, ketika membakar hutan untuk ladang yang akan ditanam padi).
Karena orang-orang pribumi Bangka (Bangkanese), orang Darat (orang Gunung) dan orang Laut (orang Sekak) memiliki mata pencaharian hidup sendiri seperti kehidupan berume (berladang padi darat) dan mencari hasil-hasil laut seperti ikan, teripang dan rumput laut, maka Sultan Kesultanan Palembang Darussalam (sejak masa Sultan Muhammad Mansyur Jayo Inglago, masa pemerintahan 1704-1716 Masehi) mulai mendatangkan orang-orang Cina terutama dari Cina bagian selatan ke pulau Bangka untuk menambang timah.
"Sejak masa itu datanglah orang-orang Cina ke pulau Bangka yang kemudian membentuk kongsi-kongsi penambangan timah dengan kewajiban menjual timah kepada sultan Palembang," tutur Elvian.
Timah kemudian dijual sultan Palembang ke VOC di Batavia. Sultan Palembang memiliki hak monopoli dalam perdagangan timah dan sultan memiliki kontrak perdagangan timah dengan VOC di Batavia yang ditandatangani pada tahun 1710 Masehi.
Kebanyakan pekerja tambang dari daratan Cina yang didatangkan sultan ke Pulau Bangka pada masa itu adalah masyarakat pertukangan (Gilda). Mereka terutama berasal dari suku Hakka atau Khek dan suku Hokkian atau Hoklo.
Di samping ulet dalam bekerja, mereka juga memiliki berbagai kepandaian dan keahlian yang mereka bawa ke Pulau Bangka, seperti kepandaian membuat peralatan pertambangan seperti sakan, tanur Cina, kepandaian membuat peralatan pertanian dan pertambangan terbuat dari besi. Sehingga di Pulau Bangka ada Kampung Besi (Thiatfu), kepandaian dalam berkebun sehingga dikenal hasil pertanian dan perkebunan seperti Terung Cin, Timun Cin, Sahang Cin, Teh Tayu Jebus, Durian Cumasi,