'Hantu Putih' Kopassus Bikin Pemberontak Kocar-kacir, Ada yang Ketakutan hingga Tewas di Tempat
Kopassus untuk Indonesia" karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, mengisahkan Mayor Umar yang ditugaskan di Sudan.
Mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia yang pada 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan.
Tapi di bawah bendera PBB, sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.
Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.
Bukan hanya soal perang, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan, seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.
Serangan mendadak
Suatu hari terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan oleh para pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2.000 orang. Markas Konga III dikepung para pemberontak.
Tembak menembak terjadi dari jam 24.00 hingga dinihari. Tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis.
Sementara itu, para pemberontak setelah melakukan serangan itu langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.
Pasukan Kopassus Garuda 3 sebelum berangkat menuju misi mustahil mengejar pemberontak di Kongo.
Tak mau berdiam diri saja, seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran. Hasilnya dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD / Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.
Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran itu.
Tiga puluh prajurit itu akan berada di wilayah yang disebut "no man’s land" alias wilayah tak bertuan. Itu merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB. Di sana, pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.
Pasukan RPKAD itu menyusup ke sarang pemberontak dipimpin seorang kapten dan 5 orang letnan.
Mereka menyamar layaknya penduduk setempat. Badan dan wajah digosok arang sehingga hitam menyerupai kulit penduduk setempat, ada juga personel yang berpakaian layaknya wanita membawa bakul sayuran.
Menurut informasi, pemberontak berkekuatan 3.000 orang bersenjata lengkap termasuk kendaraan lapis baja.