Gerhana Matahari Cincin

Gerhana Matahari Cincin - Ini yang Dilakukan Rasulullah SAW Saat Terjadi Gerhana Matahari

Kemudian beliau menemui kaum Muslimin dan menegaskan terjadinya gerhana matahari bukan karena kematian Ibrahim.

Editor: Teddy Malaka
Twitter.com/@infoBMKG
Gerhana Matahari Cincin 

BANGKAPOS.COM - Gerhana Matahari sudah muncul sejak zaman dahulu kala, tak terkecuali pada zaman Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu tercatat sebagai hari monumental dalam sejarah Islam.

Seperti dikutip dari situs khazanah, peristiwa gerhana Matahari terjadi pada 27 Januari 632, hari itu bertepatan dengan meninggalnya putra Rasulullah, Ibrahim. Peristiwa gerhana sontak dikaitkan dengan kematian tersebut.

Kaum Muslimin menganggap peristiwa itu suatu mukjizat. Mereka menganggap gerhana matahari terjadi karena kematian Ibrahim. Hal ini terdengar oleh Nabi.

Kemudian beliau menemui kaum Muslimin dan menegaskan terjadinya gerhana matahari bukan karena kematian Ibrahim.

"Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah, yang tidak ada hubungannya dengan kematian atau hidup seseorang. Kalau kalian melihat hal itu, maka berlindunglah kepada Allah dengan dzikir dan doa," sabda beliau.

Rasulullah menjelaskan bahwa peristiwa gerhana matahari dan Bulan bukan pertanda buruk, melainkan fenomena kosmik yang menunjukkan kebesaran Allah.

Setiap muslim melakukan salat lima waktu setiap hari, namun selama fenomena gerhana, umat muslim dapat melakukan salat sunah khusus gerhana. Ini dilakukan untuk mengingat Allah Sang Maha Pencipta.

Sungguh suatu kebesaran jiwa yang tiada taranya. Rasulullah SAW tidak melupakan risalahnya dalam suatu situasi yang demikian gawat dan kondisi jiwa yang dilanda keharuan dan kesedihan nan amat dalam atas kehilangan putra tercintanya.

Tuntutan Islam tentang gerhana

Direktur Urais dan Binsyar Kemenag RI, Dr. H. Muchtar Ali, M. Hum seperti dikutip dari bimaislam.kemenag.go.id menjelaskan bahwa Matahari dan Bulan merupakan dua makhluk Allah SWT yang sangat akrab dalam pandangan.

Peredaran dan silih bergantinya yang sangat teratur merupakan ketetapan aturan Penguasa Jagad Semesta ini.

Allah SWT berfirman (yang artinya): ”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Ar-Rahman : 5)

Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Oleh karena itu, Allah SWT membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan bulan.

Allah SWT berfirman:

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kaliann sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.”(Fushshilat: 37)

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved