Bujang Senang, Buaya Raksasa Sebesar Bus yang Berhasil Ditaklukkan dengan Paku, Begini Kisahnya
Bujang Senang di masa lalu pernah digosipkan sebesar bus, bisa makan pria dewasa dalam satu gigitan. Orang-orang Iban percaya bahwa Bujang Senang
Bujang Senang, Buaya Raksasa yang Berhasil Ditaklukkan dengan Paku, Begini Kisah Keganasannya
BANGKAPOS.COM - Dari tahun 2007 hingga 2013, Kementerian Perempuan, Keluarga dan Pengembangan Masyarakat telah menyatakan bahwa dari 42 laporan serangan buaya di Malaysia, 40 di antaranya berasal dari Sarawak.
Serangan ini mengingatkan kita pada kisah Bujang Senang, seekor buaya yang pernah meneror wilayah sungai Batang Lupar pada tahun 1940-an.
Bujang Senang di masa lalu pernah digosipkan sebesar bus, bisa makan pria dewasa dalam satu gigitan.
Orang-orang Iban percaya bahwa Bujang Senang dulunya adalah seorang manusia.
Beberapa orang Iban di Sarawak percaya bahwa buaya raksasa Bujang Senang sebenarnya adalah manusia yang mayatnya dikutuk menjadi buaya.
Menurut legenda, Bujang Senang dulunya adalah seorang pendekar Iban bernama Simalungun.
Dikatakan bahwa Simalungun adalah pejuang yang terkenal ketika orang berlatih 'mengayau' ( memotong dan mengumpulkan kepala musuh ), dan mereka yang berdiri di hadapannya tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkannya dalam pertempuran.
Ini mungkin karena Simalungun mempraktekkan seni mistik yang menyebabkan tubuhnya kebal senjata, dan musuh-musuhnya tahu tentang itu.
Mereka juga tahu bahwa praktisi seni harus mematuhi suatu tabu tertentu, dan jika Simalungun melanggar tabu itu, dia akan menjadi rentan lagi.
Tabu Simalungun adalah rahasia yang dijaga ketat, jadi musuh-musuhnya memutuskan untuk menculik istrinya dan membuatnya memberi tahu mereka apa yang tabu itu.
Simalungun yang menyadari istrinya telah diculik oleh musuh-musuhnya, pergi menghadang mereka di sungai Batang Lupar.
Seperti ceritanya, musuh-musuhnya melepaskan istrinya, tetapi sebelum Simalungun bisa mendapatkannya, mereka menusuknya dengan lembing, membunuhnya di tempat.
Hal ini menyebabkan Simalungun menjadi marah, dan pertempuran yang mengerikan pun terjadi.
Namun, musuh-musuhnya segera menyadari senjata mereka bekerja di Simalungun begitu dia melangkah ke sungai.