Pendaki Bukit Maras Hilang
Kisah Dukun, Paranormal Gunung Maras Bangka Membantu Soekarno Perang Melawan Irian Barat
Kisah Dukun, Paranormal Gunung Maras Bangka Membantu Soekarno Perang Melawan Irian Barat
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--BUKIT MARAS atau biasa disebut warga setempat Gunung Maras merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Maras yang telah ditetapkan pemerintah sejak tahun 2016 lalu
Terletak di Kampung Buhir Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang memiliki ciri khas dan panoramna pemandangan tersendiri.
Jarak tempuh juga terbilang dekat dekat Kota Sungailiat hanya sekitar 70 Km sedangkan dari Belinyu hanya berjarak sekitar 35 Km.
Tinggi Gunung Maras sekitar 600 mdpl.
Sejak zaman dulu, Bukit Maras memang banyak misteri. Sejumlah mitos dan cerita beraroma mistis mewarnai bukit tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini.
Keberadaan Gunung Maras atau Bukit Maras juga memiliki kisah tersendiri dengan sang Proklamator Indonesia Ir Soerkarno.
Hal ini diceritakan Haji Suwandi Bin Wahab Tokoh Masyarakat Warga Kampung Baru kini bernama Kampung Pangkal Niur Kabupaten Bangka yang dikutip dari Chanel YouTube Begagit Official, Senin (7/9/2020).
Diceritakan kakek yang sudah sepuh berumur 83 tahun ini, Kisah Soekarno meminta bantuan paranormal Bangka ini terjadi saat dirinya masih kecil.
Saat itu, Suwadi yang juga generasi ketiga warga Mampur ini, menceritakan dirinya hendak menginap di rumah Akek (panggilan kepada orang tua seperti kakek-red) Sinyu.
Saat itu dia hendak menginap selama satu minggu ke rumah Akek Sinyu di Kampung Air Asem dan diminta membawa beras setengah karung, gula 5 Kg hingga uang Rp 20-30 untuk membeli ikan.
Di Hari kedua setelah dirinya menginap.
Pada keesokan hari, Akek Sinyu ternyata kedatangan tamu ada tiga orang, yakni Akek Kelewer, Akek Rahmat, satunya lagi dari Pangkalbalam.
Suwandi yang masih kecil tersebut hanya mendengar dan duduk di pojokan rumah, karena adat orang Bangka anak kecil tidak boleh ikut campur dan menyambung cerita dari orangtua, sebab tidak sopan.
Mereka berempar ngobrol dan berkelakar.
" Kata mereka, Soekarno butuhnya perlunya besok Jam tujuh pagi, sembari keempatnya mengupas pinang. saat itu masih siang. saya mendengar langsung dan melihat," ujarnya.