Berita Pangkalpinang
Ini Pandangan Sosiolog Soal Prostitusi, Dibenci Tapi Digemari, Bukan sekedar PSK Tapi Invisible Hand
Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung, Luna Febriani mengatakan prostitusi dan pertambangan merupakan dua hal yang memiliki hubungan erat.
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM,BANGKA--Sosiolog sekaligus Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung, Luna Febriani mengatakan prostitusi dan pertambangan merupakan dua hal yang memiliki hubungan erat, dengan kata lain prostitusi acapkali muncul pada lingkup di daerah pertambangan.
"Ini pula yang terjadi di Bangka Belitung, daerah yang dikenal sebagai produsen pertambangan timah besar dunia ini memiliki beragam tempat prostitusi, sebut saja lokalisasi Parit Enam, Teluk Bayur dan lainnya," ujar Luna, Kamis (1/10/2020).
Persoalan prostitusi menjadi dilema dalam masyarakat, karena disatu sisi prostitusi dibenci banyak orang, namun di sisi lain prostitusi justru ‘digemari’ orang-orang.
"Prostitusi dibenci karena dianggap sebagai penyakit masyarakat, tidak sesuai norma dan melahirkan masalah-masalah baru dalam masayrakat, namun digemari pula hal ini dapat dilihat keberadaan prostitusi selalu ada yang mengunjungi," sebut Luna.
Hal ini kemudian menjadikan prostitusi sulit untuk dihilangkan atau dihapuskan dalam masyarkat, terlebih persoalan prostitusi bukan persoalan ‘transaksi seksual’ semata namun dalam prostitusi biasanya terdapat bisnis-bisnis yang dianggap menguntungkan lainnya, seperti narkoba, premanisme, dan trafficking.
Di balik dilema prostitusi tersebut, perlu penanganan-penanganan yang sifatnya menangani akar dan sumber dari masalah tersebut.
Dengan kata lain, tidak bisa menangani persoalan prostitusi hanya sekedar menutup dari lokalisasi tersebut, namun perlu penelusuran ke sumber atau akar permasalahnya.
"Karena dengan sekedar menutup lokalisasi tanpa mengatasi sumber masalahnya, ini berpotensi menghadirkan kembali prostitusi itu sendiri, atau mengubah jenis prostitusi dari yang awalnya prostitusi langsung di lokalisasi menjadi prostitusi dengan menggunakan aplikasi online (daring)," jelas Luna.

Prostitusi acapkali disebabkan oleh persoalan ekonomi, keadaan sosial individu serta persoalan trafficing atau perdagangan manusia.
Maka dari itu, mengatasi persoalan ekonomi, keadaan sosial individu serta persoalan perdagangan manusia menjadi opsi penting lainnya disamping alternative dari memulangkan para PSK ke daerah asal mereka.
Mengatasi persoalan ekonomi misalnya dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada PSK bekal dan kesempatan untuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari.
"Selain itu, perlu memberikan motivasi dan keterampilan bagi individu guna meningkatkan kemampuan dan sumberdaya PSK tersebut sehingga mampu dan percaya diri untuk kembali ke tengah masyarakat tersebut," kata Luna.
Untuk pencegahan trafficing tentu butuh penanganan dan sinergi serta peran yang kuat, baik dari keluarga, tokoh masyarakat, pemerintah hingga penegak hukum.
Prostitusi juga merupakan suatu sistem, yang mana aktor yang terlibat di dalammnya bukan hanya PSK saja, melainkan ada aktor-aktor lainnya, seperti pengguna jasa, penyuplai jasa, aktor pengaman, yang memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dalam prostitusi.
"Oleh karena itu, menangani prostitusi bukan sekedar menangani PSK saja, melainkan harus menangani pula ‘invisible hand’ yang ada dalam praktik prostitusi," tutur Luna.
(Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)