Mancing Maniak

Yuk Berburu Ikan Darat, Dua Sungai Ini Spot Mancing Paling Aduhai

Pulau Bangka dipenuhi berbagai habitat hewan air, di antaranya ikan. Populasi ikan ini hidup di berbagai sungai dan rawa di berbagai penjuru desa

Bangkapos
Naik perahu menyusuri sungai upang 

BANGKA POS.COM , BANGKA --  Pulau Bangka dipenuhi berbagai habitat hewan air, di antaranya ikan. Populasi ikan ini hidup di berbagai sungai dan rawa di berbagai penjuru desa di kecamatan yang ada. Sebagian Orang Bangka biasanya menyebut ikan yang hidup di air tawar menggunakan istilah "Ikan Darat". Jenisnya bermacam-macam, mulai Ikan Pepuyu atau Betok, Ikan Kelik, Ikan Baung, Ikan Belido, Ikan Toman hingga Ikan Tapah pun ada.

Namun tidak semua rawa atau sungai dihuni beragam jenis ikan ini. Hanya rawa atau sungai tertentu saja yang banyak ditemui populasi yang dimaksud. Biasanya, habitat yang disukai poplasi "Ikan Darat", adalah kawasan yang masih perawan, asri atau banyak makanannya. 

Bagi mancing mania atau yang hobi memancing, tentu spot seperti ini yang sangat dicari. Para pemacing "Ikan Darat" rela menempuh perjalanan jauh hingga menembus belantara, menyeberangi aliran sungai, demi mendapatkan buruan. Mau tau dimana spot paling cocok bagi mancing maniak Ikan Darat ? Simak awal kisah berikut ini.

Mungkin tidak semua orang mengenal atau tahu pada Ikan Tapah. Hewan jenis ikan duri air tawar family siluridae itu hanya dapat ditemui pada sungai tertentu saja, termasuk Sungai Jeruk Kecamatan Puding Besar (Pubes) Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel).

Ikan ini sering dikonsumsi oleh warga lokal karena dagingnya tergolong gurih.

Memiliki kumis pada bagian moncong, seperti ikan duri kebanyakan. Sedangkan tubuhnya berkulit agak licin seperti sepeti ikan lele.

Bentuk tubuh menipis mulai ujung perut hingga ke bagian ekor, menyerupai pisau, seperti Ikan Belida. Bobot ikan dewasa beratnya bisa mencapai belasan hingga puluhan kilogram.

Bahkan pada sungai-sungai besar di daerah tertentu di Indonesia, ikan ini bisa sepanjang hampir tiga meter atau boleh dibilang seukuran perahu kole. Ikan itu biasanya berwarna gelap, hitam, coklat dan kadang bercorak putih atau kekuningan.

Sedangkan di Sungai Jeruk (antara Desa Tanah Bawah, Nibung dan Labu) Kecamatan Pubes Bangka, ikan ini paling hanya berukuran bobot belasan kilogram saja.

Tapi sayang, kini populasi ikan lokal yang dimaksud sudah sulit ditemui. Para pemancing ikan di Sungai Jeruk mulai susah mendapatkan spesies yang kadang disebut sebagai 'Ikan Purba' itu.

Keberadaan Ikan Tapah di sungai ini nyaris langka, tak seperti dulu lagi. "Ikan Tapah Sungai Jeruk mulai langka (khusus Kecamatan Pubes).

Padahal Ikan Tapah cuma ada (dominan) di Sungai Jeruk. Di sungai lain tidak ada (jarang ditemukan)," kata Ismir R, yang ketika itu menjabat Camat Puding Besar kepada Bangka Pos, Selasa (30/7/2019) malam.

Penyebab langkanya ikan ini menurut Ismir, karena berbagai faktor. Satu di antara penyebabnya karena di sungai yang sama hidup ikan lain, yang menjadi predator utama.

"Banyak faktor (penyebab langka), salah satu karena Ikan Tapah kalah sama Ikan Toman (predator utama di sungai ini). Jadi dak kudek besak Tapah e (sebelum besar ikan Tapah mati dimakan Ikan Toman)," kata Ismir.

Padahal Ikan Tapah katanya, merupakan sumber protein bagi warga lokal di Desa Tanah Bawah, Desa Nibung, Desa Labu dan warga lainnya. "Sering dikonsumsi masyarakat. Paling enak kalau ukuran 3 kg ke atas, dimasak lempah (kuning)," kata Ismir.

Beberapa tahun silam, para pemancing ikan atau nelayan lokal masih sering mendapatkan Ikan Tapah ukuran jumbo, hingga belasan kilogram atau lebih. Tapi saat ini para pemancing paling hanya mendapatkan ikan itu ukuran kecil saja.

"Dulu pernah sekitar Tahun 2012 pemancing dapat ukuran Ikan Tapah 17 Kg, langsung laku terjual di sungai itu, tidak sempat dijual ke luar kampung. Tapi sekarang paling cuma dapat ukuran di bawah sekilo (bobot tak sampai 1 Kg)," keluh Ismir.

Ikan Tapah selain untuk konsumsi, juga kadang dijadikan sebagai ikan hias. Namun khusus untuk ikan hias, Ikan Tapah yang dipilih ukuran atau bobot kecil, sekitar tiga jari. Ismir mengaku belum ada upaya secara nyata untuk pelestarian ikan ini agar tak punah.

"Saat ini secara nyata belum ada upaya pelestariannya. Dulu pernah terdengar ada warga mencoba membesarkan (budidaya), cuma tidak tahu berhasil atau tidak.

Saya menyarankan agar apabila masyarakat dapat (memancing/jaring) Ikan Tapah ukuran kecil, sebaiknya dlepaskan kembali ke sungai supaya bisa besar dan beranak-pinak," kata Ismir seraya berharap pihak terkait melakukan penelitian pada Ikan Tapah agar spesies itu gampang dibudidayakan.

Sementara itu tak hanya di Sungai Jeruk, tapi masih ada spot mancing yang aduhai, di antaranya di Sungai Upang. Sungai ini sebagian masuk Wilayah Desa Tanah Bawah Kecamatan Puding Besar. Aliran sungai cukup panjang hingga menembus beberapa desa di sekitarnya. Di sungai ini bahkan tak hanya "Ikan Darat" yang ada, namun hewan yang biasa hidup di lautan pun bisa masuk ke sungai ini, di antaranya, lumba-lumba atau pesut.

Terbukti, tahun lalu, Selasa (24/9/2019) seekor lumba-lumba atau pesut (Oracaella Brevirostris) berukuran panjang sekitar 2 meter lebih, berat berkisar 80-90 Kg ditemukan mati di kawasan Perairan Wisata Sungai Upang Desa Tanah Bawah Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka.

Pesut atau lumba-lumba air tawar ini ditemukan oleh tiga orang masing-masing, Ardiansyah (Josh),Ari popin dan Wawan Jelandud yang kala itu hendak memancing Ikan Toman.

Hasil pemeriksaan, dari bangkai satwa yang dilindungi dan terancam punah ini ditemukan sejumlah luka pada bagian kepala, yang diduga kuat menjadi penyebab matinya.

Ardiansyah atau kerap disapa Josh ketika itu kepada Bangkapos.com, Rabu (25/9/2019) dini hari mengatakan mereka menemukan bangkai Pesut sudah mengambang di Perairan Sungai Upang.

Diceritakan anggota dari Komunitas Anggler Babel ini informasi adanya lumba-lumba air tawar ini awalnya diketahuinya dari nelayan setempat pada Minggu (23/9/2019). 

"Pas hari minggu kita mau mancing, saya dapat informasi dari nelayan, ada ikan lumba-lumba air tawar. Ternyata benar memang ada dan saya video, awalnya ada tiga pesut. Namun pas kembali memancing di Hari Senin (24/9/2019) kita menemukan satu pesut sudah mati," katanya.

Dikatakan Ardiansyah sebelumnya  tiga pesut itu terlihat di hilir Sungai Kota Waringin Kecamatan Puding Besar Bangja, kemudian masuk ke kawasan Sungai Upang.

" Masuk ke Sungai Upang karena di hilir (Sungai Kota Waringin) karena kemarau air ikan makin asin makanya ke hulu ke Sungai Upang," katanya.

Sebelumnya  Ardiansyah juga menyebut, pada Oktober 2018 lalu puluhan pesut sempat terlihat di Pesisir Pantai Tanjung Tedung tidak jauh dari muara Kota Waringin.

" Kita berharap kalau ada nelayan ketemu pesut jangan diburu karena hewan ini sangat dilindungi dan itu sudah ada undang-undangnya," harap Ardiansyah ketika itu.

Harus Selalu Waspada

Tapi pemancing atau mancing maniak "Ikan Darat" jangan senang dulu, walau di kedua sungai ini banyak Ikan Darat. Keselamatan harus tetap diutamakan saat mencari ikan. Sebab di kawasan ini bahaya selalu mengintai. Serangan hewan buas adalah paling utama. Sebab di aliran sungai ini, selain Ikan Darat, juga hidup sang predator gigi gergaji bernama buaya.

Terbukti keberadaan buaya di sungai ini. Seekor buaya ditaklukan warga menggunakan perangkap kayu dan tali.

Buaya ini ditangkap saat naik ke daratan, tepi sungai setempat, Senin (17/8/2020).

"Buaya dijerat pakai perangkap kayu, pakai tali bukan dipancing. Dijerat pakai tali setelah buaya masuk ke dalam perangkap kayu. Di dalam perangkap di taruh umpan ular mati (bangkai ular sabak atau piton -red) yang sudah busuk sehingga buaya masuk perangkap," kata Holidi, Senin (17/8/2020) lalu.

Setelah buaya masuk, pintu perangkap otomatis tertutup. Saat itulah buaya terkurung lalu ditjerat oleh warga.

"Buaya ini ditangkap karena meresahkan warga. Memang belum ada korban yang diterkam tapi warga kami resah karena buaya sering naik ke daratan," kata Holidi.

Diakui Holidi, banyak buaya di Sungai Upang Desa Tanah Bawah. Namun buaya di sungai ini tak pernah mengganggu. Hanya buaya tertentu saja yang nakal, suka menyerang manusia.

"Nah buaya satu ini yang nakal, panjangnya sekitar 3,9 meter dan lebar sekitar 50 centimeter. Ini buaya nakal,
sering makan umpan tajur pancing warga yang sering nyari ikan di sungai. Buaya ini berasal dari luar, buaya muara, makanya ditangkap, karena meresahkan," kata Holidi seraya menyebut, buaya sudah dibawa ke penangkaran buaya di Airjangkang Merawang Bangka pasca penangkapan, Senin (17/8/2020).

Nah, apakah anda para pemacing mania masih tetap akan memancing di dua sungai itu, Sungai Jeruk dan Sungai Upang ? Yang jelas pilihan ada pada anda. Hati-hati, wapada harus tetap diutamakan jika ingin tetap mengadu nasib di dua sungai ini. Selamat mencoba. (*)

 
 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved