GIGOLO Jadi Buruan Tante-tante Dibayar Mahal Cuma Modal Rayuan dan Layanan, Ini Kode Rahasianya

Gigolo diartikan laki-laki bayaran yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih atau laki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa

Penulis: Edy Yusmanto |
Vebma.com
Ilustrasi 

BANGKAPOS.COM -- Gigolo adalah kata yang sebenarnya sudah sangat familiar sejak lama.

Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI) gigolo diartikan laki-laki bayaran yang dipelihara seorang wanita sebagai kekasih atau laki-laki sewaan yang pekerjaannya menjadi pasangan berdansa.

Di tanah air, ada banyak kisah tentang gigolo.

Ada yang menyebut gigolo itu bukan soal sosok lelaki semata.

Namun gigolo lebih indentik pada profesi yang konon dituding tak jauh berbeda dengan pekerja seks tapi versi laki-laki.

Bangkapos.com merangkum sejumlah cerita tentang yang berkaitan dengan gigolo. 

Mulai dari cerita emosi dan membunuh kliennya hingga jadi buruan tante-tante kaya yang haus rayuan dan layanan.

Dibayar Rp2 Juta

Lelaki bernama Hd (23) itu tak berkutik saat diciduk Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan tahun lalu.

Dia terekam CCTV keluar dari kamar hotel tempat jasad seorang wanita bernama Ska (34) ditemukan tak bernyawa.

Ada banyak luka tusuk di tubuh Ska yang tidak mengenakan pakaian di atas kasur.

Ska ditemukan di unit 19A Tower A, Apartemen Kebagusan City di Jalan Baung Raya Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan tahun lalu.

Dari rekaman CCTV dan keterangan sahabat korban yaitu IR (35). Ada seorang pria yang masuk kamar kala itu.

Cukup waktu dua hari, polisi pun berhasil meringkus pria bernama Hd yang berprofesi sebagai cleaning service (pelayanan kebersihan).

"Pelaku bernama Hidayat dan bekerja sebagai cleaning service. Kami tangkap dia di kediamannya," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Andi Sinjaya. 

Pelaku mengaku sebagai seorang gigolo atau pria pemuas nafsu yang dijanjikan akan dibayar Rp 2 juta jika bersedia menemani korban.

Kompol Andi Sinjaya menjelaskan kronologi peristiwa itu berdasarkan pengakuan awal pelaku.

Korban dan pelaku sebenarnya janjian untuk kencan di tempat dan lokasi kejadian melalui aplikasi percakapan.

"Korban sejak pagi hari menghubungi pelaku melalui aplikasi tersebut dan meminta pelaku untuk menemani korban dan menjanjikan uang Rp 2.000.000," kata Andi.

Sekitar pukul 17.30, pelaku tiba di apartemen dan menunggu dijemput korban di kolam renang.

Tak lama korban pun datang, lalu mereka bersama-sama masuk ke kamar korban.

Tiba di dalam kamar, korban berusaha untuk meminta layanan yang telah disepakati.

Akan tetapi, pelaku meminta uang yang dijanjikan korban diberikan dahulu.

Korban tidak mau dan sempat mengancam akan mengadukan kejadian ini ke istri pelaku.

Keduanya terlibat cekcok dan perdebatan. 

Hingga akhirnya terjadinya pembunuhan.

Pelaku yang menyadari kesalahannya pergi meninggalkan kamar hotel.

"Setelah korban tak berdaya kemudian pelaku meninggalkan korban dengan membawa dompet korban, dua handphone korban, dan pisau," beber Andi.

"Jaket pelaku, dompet korban, pisau yang digunakan pelaku membunuh korban di Kali Tempe dekat sekolah JIS. Handphone disembunyikan di kuburan Poncol dan perhiasan korban dijual di Pasar Mede Fatmawati," sambung Andi.

Dibooking Tante-tante

Seorang lelaki bernama EA (29) menceritakan kisahnya menjalani profesi sebagai gigolo.

Gaya hidup dan kebutuhan ekonomi jadi pemicu melakoni pekerjaan ini.

"Khususnya aktor atau model pria yang 'tanggung' alias tidak begitu terkenal tapi mereka punya modal tampang. Panggilan syuting jarang-jarang. Sekalinya ada honornya juga kadang lambat dibayar. Sementara dia punya kebutuhan dan harus memenuhi gaya hidup dalam pergaulan," jelas EA. 

EA beberapa kali mengajak rekan media menemui sejumlah wanita yang kerap bergaul dengan para aktor muda.

Para wanita tersebut umumnya berusia di atas 40 tahun bahkan ada yang di atas lima tahun.

Mereka berasal dari kalangan mapan dari sisi finansial.

Ada yang istri pengusaha, istri orang asing atau dia adalah seorang pengusaha.

Dari sekadar nongkrong bersama di cafe atau resto hingga berujung ke ranjang, bisa diatur hanya dengan kesepakatan singkat.

Jika si tante merasa cocok dan nyaman, guyuran materi akan dengan mudah didapatkan si pria.

EA menjelaskan, profesi sebagai model, aktor atau bintang iklan menambah pesona tersendiri bagi para tante.

Di kalangan komunitasnya, hal itu menjadi kebanggan tersendiri.

Pernah suatu ketika EA mengajak Warta Kota ke sebuah pesta kecil puluhan tante di sebuah rumah mewah di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan.

Kedatangan EA yang memang berwajah tampan dan bertubuh atletis, jadi perbincangan para wanita di sana.

Sedangkan seorang tante yang mengundang EA ke pesta itu, tampak bangga ketika mengenalkan EA kepada rekan-rekannya.

"Memang bukan hal tabu lagi seperti ini. Para tante ini kadang malah saling tikam di belakang, berebut berondong," ujar EA.

Di kesempatan lain, EA ingin kembali membuktikan bahwa para tante peminat aktor muda rela melakukan apa saja.

Termasuk mengeluarkan materi dalam jumlah cukup besar, demi bisa memacari aktor muda.

EA menghubungi tante kenalannya di Bali dan meminta akomodasi untuk dia dan beberapa temen untuk menemuinya dan permintaannya itu dikabulkan.

EA mengajak Warta Kota ke pulau dewata untuk melihat kehidupan komunitas para tante di sana.

Saat di Bali, segala fasilitas diberikan. Villa dengan layanan ekslusif, kendaraan termasuk dalam urusan entertainment.

Seperti yang diduga sebelumnya, si tante tersebut mengundang sejumlah rekannya untuk sekadar "memamerkan" EA yang ia sebut sebagai pacar barunya.

Tante tersebut memang mengaku sudah beberapa kali memiliki "simpanan" aktor muda.

"Memang tidak semua aktor tanggung yang seperti itu. Tapi kenyataan ini menjadi rahasia umum. Kenalannya, ya biasanya dari sesama rekan. Malah kadang gue ditawari layanan seks singkat kalau ada tante yang cuma butuh, tapi kalau itu gue nolak. Tarifnya ya bervariasi. Sekitar lima juta sekali kencan," katanya.

Kode Rahasia

Cara gigolo berkomunikasi dengan target pun dilakukan dengan bahasa isyarat atau kode tertentu.

Seperti bahasa menaruh lipatan koran di saku celana, bagi para tante atau wanita pemburu gigolo tentu dapat memahami isyarat seperti itu.

Tetapi saat ini isyarat memasukkan lipatan koran ke dalam saku itu sudah dianggap kurang praktis, mengingat zaman kini koran nyaris punah sehingga muncul kode baru lebih praktis.

Gigolo dikenal hampir tak pernah menjalankan aktivitasnya di sembarang tempat.

Layaknya ayam kampus kelas elite, target mereka mencari mangsa berada pada pusat belanja kelas tinggi. yaitu para tante kesepian yang tajir tentunya.

Turut sedikit keterangan di sampaikan oleh seseorang yang tergabung dalam satu komunitas gigolo di ibu kota jakarta.

Pria berusia 29 tahun inisial AI, mengatakan, bahasa isyarat atau kode khusus dalam mencari tante kesepian bisa dengan kedipan mata, atau memainkan sendok, bisa juga dengan puntung rokok, (Tegesan)

“Bisa dengan kedipan mata untuk memberi kode nakal,” kata AI.

Disebut tante tentu mereka para wanita yang berusia lebih matang dan juga kaya alias berduit.

Selain dengan kedipkan mata juga sering menggunakan kode lama lain, yaitu dengan sepasang sendok dan garpu, dengan menyilangkan sepasang sendok dengan posisi berlawanan arah, sambari memutar-mutar.

Pelacur Laki

Hidup sebagai seorang pelacur laki-laki atau gigolo ternyata tidak hanya mengenai perkara seks dan uang saja.

Menurut salah seorang gigolo yang tinggal di Inggris, hidup sebagai gigolo berurusan lebih dari pada itu.

Dilansir dari Essex Live, seperti dikutip pada laman Tribunjambi.com, seorang pria berusia 30 tahun yang tidak bersedia disebut namanya mengaku sering memberikan layanannya kepada para pelanggan di London dan Essex, Inggris.

Ia mengaku bahwa klien yang pernah ditanganinya paling muda berusia 24 tahun.

Sementara itu, klien paling tua yang pernah mendapat jasanya adalah seorang wanita berusia 60 tahun.

Dalam melayani para kliennya, ia mematok tarif Rp 1,7 juta.

Kemudian, apabila tambah, ia akan meminta tambahan bayaran mulai dari Rp 178 ribu hingga Rp 534 ribu.

Ia tengah menjalani pekerjaan di dunia lendir ini sejak dua tahun terakhir.

Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan bahwa ia memutuskan untuk menjadi seorang gigolo setelah ia melihat sebuah film dokumenter yang bercerita tentang seorang gigolo.

Namun, ia menegaskan bahwa pekerja seks bukan hanya sekadar seks. 

Menjadi gigolo kadang hanya sebatas urusan bisnis.

Terkadang, beberapa pelanggan hanya ingin ditemani ke sebuah konferensi atau sebuah acara.

Para pelanggan tersebut tidak menginginkan untuk berhubungan badan. 

Dalam sehari, setidaknya ia melayani 5 klien.

Di Inggris, pekerja seksual memang dilegalkan oleh pemerintah, sepanjang pelakunya berusia lebih dari 18 tahun.

Meskipun angka pastinya sulit terungkap, tetapi sampai 2015, diperkirakan ada lebih dari 72 ribu pekerja seks di Inggris.

Dari jumlah tersebut, 88 persen berjenis kelamin wanita dan 6 persen pria. 

Sementara itu, 4 persen lainnya diduduki oleh para transgender.

Ketika ditanya mengenai teman dan keluarganya, pria yang memilih untuk dipanggil "pria ebony" ini menjawab bahwa mereka tidak tahu.

Padahal, ia mengatakan bahwa ia akan terus bekerja di industri lendir ini sampai rentang waktu yang belum diketahui. (Bangkapos.com/Edy Yusmanto/Warta Kota/sumber yang diolah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved