Aksi Tanpa Belas Kasihan Jepang Capai Puncaknya di Pawai Kematian Bataan, Ribuan Tentara AS Korban
Aksi Tanpa Belas Kasihan Jepang Capai Puncaknya di Pawai Kematian Bataan, Ribuan Tentara AS Korban
BANGKAPOS.COM -- Kekejian Jepang dalam Pawai Kematian Bataan menjadi titik balik Amerika Serikat ( AS ) dalam meladeni Negeri Sakura, selain serangan mendadak di Pearl Harbor.
Negara dengan julukan Negeri Paman Sam ini seolah menyingkirkan seluruh peluang untuk berdamai dengan Jepang dalam Perang Dunia II atau Perang Asia Timur Raya bagi Jepang.
Pasukan mereka yang terbiasa berada superior, saat itu benar-benar diperlakukan dengan sangat hina.
Bahkan, bisa dibilang itulah titik terendah pasukan AS di mata lawan-lawan perangnya.
Ya, Jepang sendiri memang sudah terkenal dalam kekejamannya saat memperlakukan musuh perang.
Baca juga: Wanita ini Tak Marah saat Tahu Suaminya Selingkuh sama Guru Cantik, Tapi Lakukan Hal Tak Terduga ini
Baca juga: Setelah Dibujuk 7 Tahun, Ahli Waris Jual Rumah Kelahiran Bung Karno Rp 1,2 Miliar
Baca juga: Ketahui Penyebab dan Mengatasi Cantengan, Bisa Gunakan Kapas atau Benang Gigi untuk Menyembuhkannya
Romusha dan Jugun Ianfu tentunya yang paling terkenal sebagai wajah kekejian pasukan Jepang selama perang.
Namun, khusus yang satu ini, kekejian Jepang dilakukan terhadap sekelompok pasukan dari negara adidaya yang memiliki kekuatan tempur tak kalah superior dari mereka.
Bom 'maut' yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki disebut-sebut diputuskan untuk diambil setelah melihat perlakukan tentara Jepang di Bataan, Filipina.
Peristiwa ini berawal pada musim semi 1942, menyusul kejutan dan kekalahan di Pearl Harbor, Guam, Pulau Wake, Laut Jawa, dan Singapura.
AS yang tak siap dengan serangan Jepang di Filipina akhirnya memutuskan untuk menyerah.
Para pemimpin militer Amerika memahami bahwa jika terjadi perang dengan Jepang, pertahanan Filipina yang paling bermasalah.
Dengan pengecualian satu divisi pelanggan tetap Amerika dan beberapa formasi Filipina yang cakap, wilayah tersebut kekurangan kekuatan militer yang terlatih dan lengkap yang dapat menangkis invasi yang didukung oleh kekuatan angkatan laut dan udara yang kuat.
Baca juga: Sempat Minta Model Pangkas Cepak, Deny Siregar Meninggal Dunia di Kios Pangkas
Baca juga: Nenek Sekarat Kena Covid-19 Sampaikan Pesan Terakhir, Lepas Masker Oksigen, 5 Menit Ajal Menjemput

Para pemimpin militer AS lalu menyusun War Plan Orange dengan mempertimbangkan batasan-batasan ini.
Jika terjadi perang dengan Jepang, pasukan AS di Filipina akan mundur ke Semenanjung Bataan dekat Manila dan menunggu bantuan, mungkin dari satuan tugas angkatan laut yang akan mengalahkan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di sepanjang jalan.
Tentu saja, perencana militer tidak memperhitungkan hilangnya delapan kapal perang pada permulaan konflik, empat di antaranya sekarang bertumpu di dasar Pearl Harbor di Kepulauan Hawaii.