IRT Tewas Diterkam Buaya

Pesan Leluhur, Ini Pantangan saat Berada di Kolong Desa Ranggi, Jika Dibawa Mengundang Buaya

Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dibawa saat berada disekitar, Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat.

Penulis: Antoni Ramli | Editor: nurhayati
Darwinsyah/BangkaPos
Ilustrasi buaya di Bangka Belitung 

BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dibawa saat berada disekitar, Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat.

Konon katanya, benda tersebut bisa mengundang kehadiran reptil buaya disekitar kolong Desa  Ranggi Asam.

Ayam dan telur, menjadi benda yang  pantang dibawa saat berada di Kolong Desa Ranggi Asam.  Pasalnya, benda tersebut konon dipercaya bisa mengundang kawanan buaya.

"Kalau warga sini (Ranggi Asam)  ada pantangan juga,  salah satu tidak boleh membawa ayam, atau telor. itu pesan leluhur kami dulu jangan bawak ayam telur di sekitar kolong," ungkap  Sekdes Ranggi Asam, Asnan, Senin (18/1/2021)

Asnan menilai, musibah serangan buaya yang menewaskan Yati, pendatang asal Selapan Palembang, Minggu (17/1/2021) juga dikaitkan dengan pantangan tersebut.

Di mana informasi yang diterima Asnan, mendiang Yati diketahui memelihara sejumlah ayam di sekitar camp tempat tinggal dan bekerja sementara dirinya.

"Jelas ada kaitanya, karena informasi yang saya terima yang bersangkutan ada melihara ayam di camp sekitar kolong. Korban tinggalnya di Desa Sekar Biru,  cuma camp tempat bekerjanya saja di Kolong Ranggi Asam," bebernya.

Banyaknya kasus serangan buaya yang terjadi di Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat,  membuat warga cemas.

Beberapa warga yang menjadi korban hingga ada yang tewas akibat diserang buaya juga membuat  Sekdes Ranggi Asam, Asnan khawatir.

Kendati kerap mengancam keselamatan warga, namun belum ada satupun buaya kolong Ranggi Asam, yang berhasil ditangkap.

Pasalnya, aliran kolong desa Ranggi Asam, Kolong Telak,  satu aliran menuju sungai Antan. 

Berbagai upaya telah dilakukan warga dan perangkat desa.  Termasuk mencari pawang yang sanggup menangkap sang reptil.

"Buaya yang tertangkap belum ada,  karena menyatu satu sumber aliran air ke sungai Antan. Kami juga bingung belum tahu bagaimana cara menangkap buaya itu,  dan siapa pawang buaya yang tangguh," ungkap Asnan, Senin (18/1/2021) kepada Bangkapos.com.

Menurut Asnan, jarak dari lokasi  hilangnya Yati (Kolong Ranggi Asam Jebus ) ke lokasi jasadnya ditemukan (Kolong Desa Telak Parittiga), kurang lebih sekitar 2 kilometer.

"Kolong itu perbatasan Desa Ranggi dan Telak,  lewatnya tembusnya ke sungai antan,  kurang lebih sekitar 2 kilo dari tempat Yati diterkam dan tempat ditemukan mayatnya. Jauh juga itu diseretnya. Buaya itu  nerkamnya di hilir terus di bawa ke hulu sungai," kata Asnan.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved