GeNose C19 Alat Deteksi Virus Covid-19 Kalahkan PCR dan Antigen, 3 Kali Bernafas Hasilnya Ketahuan

Kehebatan GeNose C19 bisa mendeteksi covid-19 dengan cepat. Hanya dalam waktu 50 detik, bisa langsung mendeteksi seseorang terkena covid-19 atau tidak

Editor: Hendra
ugm.ac.id
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptakan inovasi sebuah alat pendeteksi pasien positif Covid-19 melalui hembusan napas bernama GeNose. 

BANGKAPOS.COM, JAKARTAUniversitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan alat pendeteksi Covid-19 yang diberi nama GeNose C19.

Faktanya alat ini lebih hebat dari buatan negara lain.

Hanya dalam waktu 50 detik, bisa langsung mendeteksi seseorang terkena covid-19 atau tidak.

Kepala Produksi GeNose C19 Eko Fajar menyebutkan, cara kerja alat ini adalah dengan mengambil sampel nafas.

Di nafas ketiga yang nantinya dapat mendeteksi seseorang terpapar Covid-19 atau tidak.

"Hasil pengambilan sampel nafas ini, nantinya akan muncul di layar dengan keterangan yang dapat dilihat dalam waktu 50 detik," ujar Eko di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (24/1/2021).

BACA JUGA:

--> Anak Kandung Perkarakan Ibunya ke Pengadilan Minta Sebagian Tanah untuk Bikin Rumah

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sempat mencoba alat GeNose C19 ini, dan hasil yang ditampilkan menunjukkan negatif Covid-19.

Menurut Budi Karya, alat pendeteksi buatan UGM ini nantinya akan didistribusikan ke stasiun kereta api di beberapa wilayah dan untuk tahap pertama diuji coba di Pulau Jawa.

"Selanjutnya, nanti alat ini juga akan didistribusikan ke terminal-terminal secara bertahap agar dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19 penumpang bus," ujar Budi Karya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (24/1/2021).

Ia juga menjelaskan, apabila penggunaan alat GeNose C19 ini di stasiun kereta api bersifat mandatory.

Jadi penumpang yang akan melakukan perjalanan, wajib melakukan tes Covid-19 menggunakan alat ini.

Grafis cara kerja GeNose C19, alat pendeteksi Covid-19 buatan Indonesia, yang diinisiasi oleh tim peneliti dari
UGM ini akan disebar di sejumlah titik di stasiun Jawa hingga Sumatera.
Grafis cara kerja GeNose C19, alat pendeteksi Covid-19 buatan Indonesia, yang diinisiasi oleh tim peneliti dari UGM ini akan disebar di sejumlah titik di stasiun Jawa hingga Sumatera. (Grafis Bangka Pos)

"Tujuannya tentu untuk meyakinkan bahwa penumpang kereta api, benar tidak terpapar Covid-19 sebelum melakukan perjalanan. Tetapi, penumpang masih diwajibkan membawa surat hasil tes negatif Covid-19 dari fasilitas kesehatan," kata Budi Karya.

Sementara itu untuk di transportasi bus, Budi Karya mengungkapkan, tidak bersifat mandatory tetapi akan dilakukan random sampling kepada penumpang.

"Jadi tidak bersifat wajib sebelum naik bus melakukan tes dengan GeNose, tetapi akan dilakukan tes secara acak sebelum bus melakukan perjalanan," ujar Budi Karya

Izin Edar

GeNose alat tes Covid-19 buatan tim Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah mendapat izin edar.

Alat seharga sekitar Rp 60 juta ini memiliki keakuratan di atas 90 persen.

Biaya untuk satu kali tes tidak melebihi Rp 20 ribu, jauh lebih murah dari tes swab PCR maupun rapid antigen.

Hasilnya dapat diketahui sekitar tiga menit, setelah orang yang diperiksa menghembuskan napas ke dalam kantong plastik GeNose.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mencoba GeNose, alat deteksi Covid-19 buatan anak bangsa, di Stasiun KA Pasar Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (23/1/2021).

Hasilnya, Menko Luhut dinyatakan negatif Covid-19 dari hasil alat deteksi virus corona itu.

“Alat GeNose ini telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)."

"Kelebihan dari alat ini bisa mendeteksi lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah dengan akurasi di atas 90 persen,” jelas Luhut.

Pemerintah, kata Luhut, mendorong penggunaan alat inovasi dari tim Universitas Gajah Mada (UGM) ini, di simpul-simpul transportasi umum seperti di stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, dan terminal.

Tujunnya, membantu pemerintah dalam melakukan upaya 4 T (Tracking, Tracing, Testing, dan Treatment).

Menko Luhut juga menyarankan agar plastik yang digunakan pada alat ini dapat menggunakan bahan yang dapat didaur ulang agar lebih ramah lingkungan.

“Ke depannya kita akan gunakan ini di semua area publik seperti di hotel, mal, di lingkungan masyarakat RT/RW."

"Alatnya hanya seharga Rp 62 juta, dan harga per orangnya hanya dikenakan sekitar 20 ribu rupiah,” beber Luhut.

Jika pemakaian lebih banyak, tentunya harga akan semakin turun, dan nantinya alat ini akan terus dikembangkan sehingga mempunyai akurasi yang akan lebih tajam.

"Dan tentunya kita harus bangga karena ini buatan Indonesia,” sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyaksikan langsung penggunaan GeNose.

Menhub Budi menjelaskan, sesuai arahan Menkomarvest untuk mendorong penggunaan alat GeNose pada transportasi umum, Kemenhub pun telah berkoordinasi dengan Kemenkes, UGM, dan Satgas Penanganan Covid-19 terkait hal tersebut.

“Kami sudah berkomunikasi dengan Satgas Penanganan Covid-19."

"Dan akan segera ditindaklanjuti dengan surat persetujuan untuk penggunaan di simpul-simpul transportasi umum,” jelas Menhub.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menunjukkan kantong nafas untuk dites dengan alat pendeteksi Covid-19, GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (24/1/2021). Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi akan mengimplementasikan penggunaan GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai alat pendeteksi Covid-19 pada calon penumpang di seluruh moda transportasi.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menunjukkan kantong nafas untuk dites dengan alat pendeteksi Covid-19, GeNose C19 di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu (24/1/2021). Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi akan mengimplementasikan penggunaan GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai alat pendeteksi Covid-19 pada calon penumpang di seluruh moda transportasi. (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Kemenhub juga akan membuat surat edaran kepada para operator transportasi.

“Kita rencanakan penggunaannya sudah dimulai pada 5 Februari 2021 pada Stasiun KA terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di bandara,” terangnya.

Harga 1 unit alat deteksi Covid-19 lewat saluran pernapasan diperkirakan Rp 60 juta, untuk 100 ribu pemeriksaan.

Jika habis masa pakai, bisa diperbaiki untuk pemakaian ulang.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan besaran harga tersebut, maka biaya tes menjadi hanya Rp 15 ribu.

"Perkiraan biaya pemeriksaan dengan menghitung adanya operator."

"Kemudian plastik untuk menampung napas yang punya mereka, sekira Rp 7 ribu atau Rp 8 ribu per plastik sekali pakai."

"Itu maka perkiraannya per tes itu Rp 15 ribu."

"Jadi, menurut saya ini satu alat deteksi yang termurah, tetapi akurat," ujarnya melalui webinar, Jumat (11/12/2020).

Bambang menjelaskan, peserta tes Covid-19 via napas tersebut juga tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui hasilnya, karena hanya butuh 3 menit.

"Waktu pemeriksaannya juga relatif cepat, saya mencobanya sendiri di bawah 3 menit."

"Kemudian tingkat akurasinya sejauh ini dalam validasi yang mereka lakukan di berbagai rumah sakit, ternyata mencapai di atas 90 persen," bebernya.

Jadi, 90 persen yang mencoba alat deteksi ini hasilnya konsisten dengan hasil yang dilakukan dengan metode tes lain, yakni swab atau PCR.

"Jadi, kita punya harapan ini bisa menjadi pelengkap rapid dan swab."

"Bisa menjadi alternatif untuk menyeimbangkan antara pemulihan ekonomi dengan penanganan kesehatan," beber Bambang.

Sebelumnya, Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengungkapkan, Indonesia sebentar lagi akan punya alat pendeteksi Covid-19 melalui saluran pernapasan.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, alat tersebut merupakan inovasi anak bangsa.

"Semangat berinovasi belum berhenti."

"Peneliti di UGM melahirkan yang mudah-mudahan sebentar lagi bisa kita pakai secara massal."

"Adalah pendeteksi virus Covid-19 dengan embusan napas."

"Ini menurut kami inovasi yang luar biasa," ujarnya dalam webinar, Jumat (11/12/2020).

Bambang menjelaskan, para peneliti itu pertama kalinya mendeteksi Covid-19 ada di saluran pernapasan.

"Karena penyakit ini menyerang saluran pernapasan."

"Artinya, di situ mengandung suatu senyawa yang bisa diindikasikan terpapar oleh virus Covid-19," jelasnya.

Alat deteksi ini siap diproduksi massal, maupun dipakai sesegera mungkin.

Karena, tinggal mengurus tahap akhir perizinan di Kementerian Kesehatan.

"Dari pembicaraan terakhir dengan pengembang di UGM, masih ada 1 final report."

"Di-submit ke Kementerian Kesehatan untuk dapat izin edar," papar Bambang. (Reynas Abdila)

Artikel ini sebagian telah tayang di Wartakotalive dengan judul Coba GeNose dan Negatif Covid-19, Luhut Minta Bahannya Diganti dengan yang Bisa Didaur Ulang danTribunnews.com dengan judul GeNose C19 Diklaim Bisa Deteksi Covid-19 Hanya dalam 50 Detik

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved