Covid-19 Belum Usai, Virus Nipah Muncul, Ada Sejak 2001 dan Sudah Memakan Korban, Begini Gejalanya

Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam kesehatan manusia. Periode inkubasinya yang lama (dilaporkan hingga 45 hari, dalam ...)

Daily Mail
Ilustrasi - virus nipah salah satunya bersumber dari kelelawar, kenali gejalanya Daging kelelawar masih dijual di pasar di Tomohon, Sulawesi Utara meskipun ada permintaan pemerintah untuk menghentikan produk dampak penyebaran coronavirus yang menakutkan. 

Covid-19 Belum Usai, Virus Nipah Muncul, Ada Sejak 2001 dan Sudah Memakan Korban, Begini Gejalanya

BANGKAPOS.COM, JAKARTA -- Belum lagi selesai pandemi Covid-19, kini muncul lagi virus baru bernama virus nipah.

Penyakit ini pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1998, menyebabkan wabah respirasi pada babi, yang kemudian menyerang manusia.

Tingkat kematian virus Nipah mencapai 75% dan sampai saat ini belum ada vaksinnya.

Karenanya, tak hanya para ilmuwan yang khawatir dengan adanya virus Nipah ini.

Organisasi kesehatan dunia, WHO, setiap tahun selalu meninjau daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat untuk memutuskan prioritas anggaran riset dan pengembangan mereka.

Baca juga: Sosok Perempuan yang Videonya Viral saat Menghadang Mobil Ternyata Seorang Dokter Cantik Berprestasi

Baca juga: Para Dokter Buat Pengakuan, Ungkap Efek yang Dirasakan Pasca Seminggu Disuntik Vaksin Covid-19

Mereka fokus pada patogen yang mengancam kesehatan manusia yang berpotensi menjadi pandemi, dan yang ada belum ada vaksinnya.

Virus Nipah masuk di 10. Dan, dengan sejumlah wabah yang sudah terjadi di Asia, kemungkinan besar kita masih akan menemuinya di masa depan.

Dari riset yang dirilis WHO dengan judul “Nipah virus outbreaks in Bangladesh: a deadly infectious disease”, selama tahun 2001 hingga 2011 virus Nipah sudah terjadi sebanyak 196 kasus di Bangladesh. Dan 150 kasusnya menyebabkan kematian dengan persentase 77%.

Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam kesehatan manusia.

Periode inkubasinya yang lama (dilaporkan hingga 45 hari, dalam satu kasus) berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit, untuk menyebarkannya.

Ia bahkan dapat menginfeksi banyak jenis hewan, menambah kemungkinan penyebarannya. Dan ia dapat menular baik melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu, dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian.

Baca juga: Musa Sopir yang Baik Hati, Ikhlas Dibayar Penumpang Rp 200, Namun Mendadak Kecewa Karena Orang Ini

Baca juga: Aksi Kakek Ini Bikin Jantungan, Bawa Motor Ugal-Ugalan & Lepas Kedua Tangan Hingga di Tikungan Jalan

Singkatnya, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tersebar.

Maka dari itu, manusia harus mengurangi kontak dengan kelelawar yang berpotensi menyebarkan virus Nipah.

Karena selain virus Nipah, kelelawar juga kita ketahui membawa penyakit berbahaya seperti Covid-19, Ebola, dan Sars.

Kalau begitu, perlukah kita membasmi kelelawar? Tidak, kecuali kita ingin memperburuk keadaan, kata Tracey Goldstein, direktur Laboratorium One Health Institute dan laboratorium Proyek Prediktik.

"Kelelawar memainkan peran ekologis yang sangat penting," ujarnya.

Kelelawar menyerbuki lebih dari 500 spesies tanaman. Mereka juga membantu mengendalikan populasi serangga - peran yang sangat penting dalam mengendalikan penyakit pada manusia dengan, misalnya, mengurangi risiko malaria dengan memakan nyamuk-nyamuk yang menjadi vektornya, kata Goldstein.

Baca juga: Tubuh Sugiarti Ditemukan di Dalam Mulut Buaya Berukuran 4 Meter Setelah Dicari Berjam-jam

"Mereka memainkan peran yang sangat penting dalam kesehatan manusia."

Dia juga menekankan bahwa memusnahkan kelelawar telah terbukti merugikan dari sudut pandang penyakit.

"Yang dilakukan suatu populasi saat Anda mengurangi jumlahnya ialah membuat lebih banyak anak - itu akan membuat [manusia] lebih rentan. Dengan membunuh hewan, Anda meningkatkan risikonya, karena Anda meningkatkan jumlah hewan yang menyebarkan virus," ujarnya.

(*)

Artikel ini telah tayang di kompas.tv dengan judul Virus Nipah: Ada Sejak 2001 dan Sudah Memakan Korban, Bagaimana Gejalanya?

Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved