Raja Zulu Gelar Tradisi Tes Keperawanan, Ratusan Gadis Menari Telanjang Dada Sambil Bawa Buluh

Semasa hidupnya terkenal sebagai sosok yang flamboyan, gemar membelikan barang-barang mewah untuk enam istrinya, dan menggelar festival gadis ...

AFP PHOTO/RAJESH JANTILAL
Raja Zulu Goodwill Zwelithini (tengah) dan Pangeran Senior sekaligus mantan pemimpin Partai Kemerdekaan Inkatha (IFP) Mangosuthu Buthelezi (kanan) bergabung bersama ribuan orang untuk mengenang Perayaan Raja Shaka, di dekat kuburan Raja Shaka di Kwadukuza, sekitar 98 kilometer dari Durban, pada 24 September 2019. Raja berusia 72 tahun itu dilaporkan meninggal setelah dirawat akibat diabetes. 

Raja Zulu di Afrika Selatan, Goodwill Zwelithini, dilaporkan meninggal di usia 72 tahun.

Raja yang berasal dari Nongoma, kota kecil di Provinsi Kwa-Zulu Natal, wafat setelah dirawat akibat penyakit diabetes.

Berdasarkan keterangan istana, penguasa suku Zulu itu kondisinya memburuk dan wafat pada Jumat waktu setempat(12/3/2021).

Raja Goodwill Zwelithini dikenal sebagai penguasa yang flamboyan, yang sering membelikan barang mewah bagi enam istrinya.

Selain itu, dia juga menghabiskan 155.000 poundsterling (Rp 3,1 miliar) untuk seragam militer bagi 28 anaknya.

Selama 49 tahun kekuasaannya, Raja Goodwill menggelar festival di mana gadis perawan harus menari di hadapannya sambil bertelanjang dada.

Istri keenamya, Zola Mafu dari Swaziland (kini eSwatini), diambil pada 2003 saat dia berusia 18 tahun.

Meski posisinya hanya seremonial, tidak punya kekuasaan di Afrika Selatan, Raja Goodwill menuai kemarahan aktivis perempuan dan HIV/AIDS karena tes keperawanannya.

Dia memutuskan tetap menggelar tes keperawanan, meski ditentang oposisi, dengan dalih membantu negara memerangi HIV/AIDS.

Tesnya adalah si gadis menari telanjang dada sambil membawa buluh. Jika buluh itu patah di hadapan raja, berarti dia tak perawan.

Menurut klaimnya, seorang perempuan tidak boleh melakukan hubungan seks sebelum terikat tali pernikahan.

Selain itu, dia juga menuai kontroversi lain karena menyebut pria gay itu "busuk", menyebut hubungan seks sesama jenis tak bisa diterima.

Dilansir Daily Mail, sikap raja yang bertakhta pada 1968 terhadap imigrasi juga menuai kontroversi lain.

Dia menggulirkan xenofobia karena menyebut para migran menciptakan kekacauan, dan harus ditendang dari Afrika Selatan.

Pernyataan meninggalnya raja dirilis dan diteken oleh Mangosuthu Buthelezi, pangeran Zulu yang juga politisi veteran Afrika Selatan.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved