Pria Idap HIV Dulu Disumpah Guru Jadi Sampah Masyarakat, Kini Sukses Kuliah S2 di Eropa
Berkat kegigihannya, pria ini justru sukses balas cibiran sang guru dengan kesuksesan yang mencengangkan
BANGKAPOS.COM - Perjuangan pria yang idap HIV, sempat disumpahi guru hanya akan jadi sampah masyarakat, kini malah sukses kuliah S2 di Eropa.
Takdir orang tak ada yang tahu, itulah yang dialami pemilik akun TikTok @scotchansoba.
Bagaimana tidak, sempat terpuruk lantaran mengidap HIV, pria ini malah disumpahi gurunya hanya akan menjadi sampah masyarakat.
Namun siapa sangka, berkat kegigihannya, pria ini justru sukses balas cibiran sang guru dengan kesuksesan yang mencengangkan.
Baca juga: Aldebaran Tahu Reyna Bukan Anak Roy, Nino Dapat Bukti Anting, Bocoran Ikatan Cinta 20 April
Baca juga: PT Yamaha Indonesia Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Ada 6 Posisi Cek Syarat dan Dokumen
Mengutip dari TribunStyle.com, KISAH Pria Idap HIV, Disumpahi Guru SMP Jadi Sampah Masyarakat, Kini Sukses Lulus Kuliah S2 di Eropa
Video yang diunggah oleh pemilik akun TikTok @scotchandsoba ini, hingga Senin (19/4/2021) telah ditonton sebanyak 2,9 juta kali dan disukai oleh 416 ribu pengguna TikTok.
Dalam video, pengunggah menceritakan bagaimana perjuangannya untuk bisa mencapai kesuksesannya yang sekarang.
Dulunya pengunggah pernah disumpahi oleh guru SMP nya sendiri bakal menjadi sampah masyarakat.
Bukannya dendam, perkataan tersebut malah menjadi motivasi dan semangat untuk merubah hidup menjadi lebih baik lagi.
Pengunggah berhasil mendapatkan kesempatan berkuliah di Jurusan Hukum Universitas Gadjah Mada.
Baca juga: Zodiak Besok Selasa 20 April 2021: Virgo Ambisius, Gemini Melamar Kekasih
Baca juga: Permintaan Jasa Service Elektronik Meningkat Akibat Tersambar Petir, Ini Tips Menghindari Kerusakan
Walau diawal masa kuliahnya harus menerima kenyataan bahwa pengunggah mengidap HIV.
Pengunggah tak patah semangat hingga ia bisa mewujudkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan S2 di Eropa.
Mengidap HIV Sejak Awal Kuliah S1
Saat dikonfirmasi Tribunnews.com, pengunggah yang bernama Scott Alfaz mengatakan awalnya ia ingin melakukan donor darah di salah satu kegiatan di kampusnya pada tahun 2011.
Beberapa bulan kemudian, Alfaz mendapat panggilan dari PMI.
Awalnya ia masih berusaha berpikiran positif dan sama sekali tidak berpikir akan ada hubungannya dengan HIV.
Baca juga: Pemilik 6 Shio Beruntung Selasa 20 April 2021, Shio Anjing Seorang Teman Lama Memberikan Bantuan
Namun setelah dirujuk ke salah satu puskesmas di Jogja dan melakukan tes darah, hasilnya menunjukkan Alfaz positif HIV.
"Aku masih berusaha berpikiran positif kalau enggak ada hubungannya dengan HIV.
Sampai aku dirujuk ke salah satu puskesmas di Kota Jogja."
"Itu udah mulai curiga, karena pas aku bawa surat pengantar dari PMI aku langsung diarahkan ke salah satu dokter.
Selang 30 menit kemudian setelah aku diambil darah oleh dokter, hasilnya udah bisa ditebak emang aku positif," kata Alfaz kepada Tribunnews.com, Sabtu (17/4/2021).
Mendengar kenyataan tersebut Alfaz hanya bisa menunduk dan memikirkan jika dirinya tidak akan bisa mempunyai keluarga dan anak.
Ia juga merasa mempermalukan keluarga, karena latar belakang keluarganya memang cukup agamis.
Kenyataan bahwa Alfaz mengidap HIV ini bahkan menjadi luka batinnya hingga sekarang.
"Aku cuma bisa nunduk, yang pertama aku pikirin aku pasti enggak bisa punya keluarga, punya anak.
Yang utama selain itu bakal malu-maluin keluarga aku, karena keluarga aku cukup agamis."
"Aku berasa menjadi positif HIV pada saat itu udah malu banget, azab banget.
Masih kerasa sampe sekarang dan itu jadi luka batin aku sampe sekarang," ungkapnya.
Butuh waktu hampir dua tahun untuk Alfaz bisa menerima keadaannya yang positif HIV.
Namun lama-kelamaan Alfaz mulai bisa menerima keadaan tersebut.
"Butuh waktu satu tahun bahkan hampir dua tahun untuk aku bisa menerima. Walaupun aku belum bisa bilang aku udah menerima sepenuhnya. Tapi lambat laun aku berusaha untuk bisa hidup dengan virus aku."
"Aku berusaha hidup dengan perasaan marah, kalut, takut, sedih, khawatir, bingung.
Ya udah lah aku berusaha hidup sama perasaan-perasaan itu," ucap pria asal Jakarta ini.
Berhasil Mendapat Gelar LL M dari University of Groningen, Belanda dan Jadi Pendiri hayVee
Walaupun dengan keadaan Alfaz yang mengidap HIV, ia tetap berjuang dan berusaha mewujudkan mimpinya.
Untuk bisa berkuliah di Eropa, Alfaz berjuang mendaftar banyak kampus di berbagai negara.
Selain itu Alfaz juga harus belajar bahasa Inggris selama kurang lebih satu tahun.
"Saya benar-benar berjuang untuk mendaftar kampus di berbagai negara dan belajar bahasa Inggris selama satu tahun lebih," ujar lulusan Hukum Universitas Gadjah Mada ini.
Berkat kegigihannya, Alfaz berhasil menyandang gelar LL M (Legum Magister) atau Magister Hukum dari University of Groningen, Belanda.
Menjadi Founder Platform Digital hayVee
Dengan berbekal ilmu dan pengalamannya di bidang kesehatan seksual dan kesehatan mental, Alfaz mendirikan sebuah platform digital bernama hayVee.
hayVee adalah sebuah platform edukasi mengenai informasi seputar HIV dan platform yang memfasilitasi akses kesehatan.
Terutama di bidang kesehatan mental dan kesehatan seksual.
Alfaz pun berharap ke depannya semakin banyak orang yang sadar akan isu kesehatan seksual dan kesehatan mental.
"Berharap semakin banyak orang-orang yang aware sama isu kesehatan seksual dan kesehatan mental.
Serta mengurangi stigma atau diskriminasi yang masih cukup tinggi terkait isu tersebut," tutur Alfaz.
Meskipun dengan kesuksesannya yang ia raih sekarang, Alfaz masih memiliki mimpi lain yang ingin ia wujudkan.
Alfaz masih ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral.
Terakhir ia pun memberikan pesan kepada anak muda lainnya yang sedang berjuang mengejar mimpinya.
"Jangan terlalu jahat sama diri kamu, berikan sedikit apresiasi dan motivasi kepada diri kamu sendiri kalau kamu mampu meraih apapun yang kamu inginkan," pungkasnya. (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)