Kisah Sukses

Bermula dari Jual Pecel Lele, Pria Hanya Lulusan SMP Pulang Kampung Bawa Mobil Lamborghini

Bermula dari Jual Pecel Lele, Pria Hanya Lulusan SMP Pulang Kampung Bawa Mobil Lamborghini

Editor: M Zulkodri
Ist Kompas.com
Syaiful penjual pecel lele naik mobil mewah Lambhorgini di kampung halamannya di Lamongan Jatim. (IST) 

"Saya merantau tahun 1992. Karena orangtua kan sudah ke Jakarta sejak tahun 1988, jualan sea food, pecel lele, gitu-gitu di daerah Sunter," terangnya, Minggu (23/5).

Waktu itu Syaiful turut membantu orangtuanya dalam berjualan, misalnya seperti mencuci piring, belajar memasak, dan lain sebagainya.

Hingga akhirnya, Syaiful muda sedikit demi sedikit mulai memahami tentang teknik berjualan seperti yang diturunkan orangtuanya.

"Sampai akhirnya bisa bikin warung pecel lele sendiri di Kelapa Gading sekitar tahun 1994, sejarahnya seperti itu, awalnya usaha kecil-kecilan di pinggir jalan, kaki lima," kata dia.

Pecel Lele dan Sepatu

Tak lama setelah berhasil mendirikan warung sendiri, Syaiful punya banyak langganan.

Tak tanggung-tanggung, mereka berasal dari klub-klub sepeda motor.

Berangkat dari situ, Syaiful mencoba menaruh sepasang hingga dua pasang sepatu di atas meja warungnya untuk dijual.

"Kebetulan mereka itu dari orang-orang yang lumayan lah, ada yang pesen, saya beliin sembari jualan di warung," lanjut dia.

Singkat cerita, pada 2002, Syaiful memutuskan untuk lebih fokus menggeluti dunia fashion dan meninggalkan usaha pecel lelenya.

Pada tahun itu, ia bertolak ke China, untuk berbelanja sejumlah barang selanjutnya dijual di Indonesia.

"Saya pergi ke China buat belanja-belanja, seperti baju, topi, sepatu, dan lainnya, lalu saya jual lagi di Indonesia," papar Syaiful.

Seiring berjalannya waktu, Syaiful mulai bisa menjalankan roda bisnisnya hingga kemudian berhasil membuka pabrik di Tangerang pada 2013 silam.

Hingga saat ini, ia telah memiliki empat perusahaan, tiga di bidang sepatu, satu lagi adalah pengolahan karet.

"Jadi saya itu lama impor barang-barang apa saja dari China, ya gelanglah, ya topilah, ya kaos, ya celana, ya sepatu. Itu bertahun-tahun. Ya jatuh bangun, namanya dari nol enggak punya modal," tutur Syaiful.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved