Ini Pesan Terakhir Mahasiswa S2 ITB yang Akhiri Hidup Secara Tragis di Kamar Kos

Mahasiswa bernama Ardian itu sebenarnya sedang menyelesaikan tesis dan bisa lulus tahun ini.

Editor: Alza Munzi
ZEENEWS.INDIA.COM
Ilustrasi mahasiswa pascasarjana ITB tewas dalam kondisi mengenaskan 

BANGKAPOS.COM -- Seorang mahasiswa pascasarjana ITB mengakhiri hidup dengan cara tragis.

Dia memilih gantung diri di kamar kosnya menggunakan tali.

Mahasiswa bernama Ardian itu sebenarnya sedang menyelesaikan tesis dan bisa lulus tahun ini.

Entah apa penyebab Ardian nekat melakukan perbuatan itu pada Minggu (22/8/2021) pagi.

Dia hanya membuat pesan terakhir melalui surat untuk keluarganya, isinya meminta maaf.

Baca juga: Istri Belum Sempat Asyik-asyikan dengan Mantan Pacar di Hotel, Digerebek Saat Suami Merantau

Sedang Menempuh Pendidikan S2

Dia diketahui bernama Ardian Nur Hidayatullah Rifai (27), mahasiswa Pascasarjana pada Prodi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB angkatan 2018.

Berdasarkan catatan akademiknya, almarhum saat ini menginjak semester enam, dan diketahui tengah menempuh tesis sebagai syarat kelulusannya.

Baca juga: PPKM Diperpanjang Sampai Tanggal Berapa, Lanjut Tidak Setelah 23 Agustus? Luhut Tegaskan Begini

Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP Rudy Trihandoyo mengatakan, menurut keterangan para saksi di lokasi tempat

kejadian kepada tim Inafis, sebelum di evakuasi, korban ditemukan dalam kondisi tubuh tergantung dengan seutas tali tambang di kamar kosnya.

Baca juga: WOW Penampilan Tika Panggabean Bikin Pangling Dulu Gemuk, Kini Pamer Tubuh Langsing Berbalut Bikini

"Di lokasi, ditemukan KTP atas nama Ardian Nur Hidayatullah Rifai, yang diketahui merupakan mahasiswa S2 Teknik Sipil ITB.

Ada tiga saksi yang menemukan korban. Kronologinya saksi pertama keluar mengambil motor jam enam pagi, kemudian saat saksi melihat ke kamar korban, korban terlihat sudah gantung diri dengan tali tambang.

Saksi pertama kemudian melaporkan kepada dua temannya yang berada di kosan yang sama," ujar Rudy saat dihubungi melalui telepon, Minggu (22/8/2021).

Rudy menuturkan, kemungkinan korban melakukan aksi nekatnya tersebut, pada dini hari.

Sekitar pukul 04.00- 05.00 WIB. Pasalnya, ketika malam hari, para saksi masih melihat korban melakukan beberapa aktivitasnya.

"Menurut keterangan saksi, terakhir jam 21.00 korban masih kelihatan beraktivitas," ucapnya.

Surat permintaan maaf

Selain kartu identitas diri korban, ditemukan juga secarik kertas berupa surat, yang berisikan permintaan maaf dalam bahasa Inggris, dan ditujukan kepada saudara dan keluarga korban.

"Sejauh ini motif kematiannya belum diketahui, tapi kita menemukan secarik surat yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang

terjemahannya itu kurang lebih berisi permohonan maaf kepada saudara dan keluarga," katanya.

Tanggapan ITB

Saat dikonfirmasi terkait hal tersebut, Direktur Kemahasiswaan ITB, G Prasetyo Adhitama, mengatakan identitas korban merujuk pada mahasiswa pascasarjana Prodi Struktur Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, bernama Ardian Nur Hidayatullah Rifai (27).

Berdasarkan data akademik kemahasiswaan ITB, mahasiswa pascasarjana kelahiran Pamekasan, 10 Desember 1994, tersebut masuk angkatan 2018 dan sedang mengerjakan tesis.

"Hingga saat ini kami masih menunggu informasi resmi dari kepolisian terkait korban.

Informasi yang kami terima, sejauh ini, baru dari rekan satu kos dengan korban yang juga mahasiswa ITB dan berada pada fakultas yang sama," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Minggu (22/8/2021).

Sesuai catatan akademiknya, ucap Prasetyo, yang bersangkutan dapat lulus tahun ini.

Meskipun, umumnya, untuk masa pendidikan pascasarjana dapat ditempuh selama dua tahun.

"Kalau dari akademiknya sebetulnya tidak ada masalah, hanya umumnya program pascasarjana dapat ditempuh dua tahun.

Namun yang bersangkutan sepertinya melakukan perpanjangan, yang saat ini memasuki tahun ketiga dan sedang menyelesaikan tesis atau tugas akhirnya," ucapnya.

"Sejauh ini, dari informasi rekan-rekan korban, tidak ada yang mengetahui apakah korban memiliki masalah psikologis yang berpotensi menuntunnya berbuat sejauh ini.

"Persoalan psikologis ini bisa bersumber dari berbagai sebab,seperti masalah pribadi, proses belajar, sosial dan lain sebagainya serta bisa terjadi pada siapa saja.

Kami (ITB) menyediakan sarana konsultasi bagi para sivitas akademika ITB melalui program bimbingan konseling, yang seharusnya bisa dimanfaatkan, untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya," ujar Prasetyo.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling,

Anda bisa simak website Into the Light Indonesia ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/. 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved