Nasib Persipura Dulu Mentereng Kini Terancam Degradasi, Ini yang Diduga Jadi Kesalahan Fatal

Dulu Persipura merupakan klub mentereng Indonesia yang hampir tiap musim sukses merengkuh trofi liga domestik, tapi kini terancam degradasi

Editor: Dedy Qurniawan
Istimewa via Tribun-Papua.com
Pemain Persipura Jayapura saat merayakan gol ke gawang lawan pada pertandingan Liga 1. Tim berjuluk Mutiara Hitam dari Papua ini masuk daftar zona degradasi. 

BANGKAPAOS.COM - Persipura yang dulu tampil mentereng di hampir tiap musimnya, kini malah teancam terdegradasi dari Liga 1 ke Liga 2.

Persipura termasuk dalam 7 tim yang saat ini posisinya tidak aman alias berada di zona degradasi.

Ketujuh tim tersebut, yaitu Persipura Jayapura, Madura United, Persikabo 1973, PSM Makassar, PSS Sleman, Barito Putera, dan Persela Lamongan.

Kiprah Persipura di Liga 1 kian nestapa setelah mereka mendapatkan sanksi WO dan denda senilai 250 juta lantaran tak menghadiri laga tunda melawan Madura United yang dijadwalkan digelar pada Senin, (21/02/2022).

Tak hanya itu, Mutiara Hitam juga mendapatkan sanksi yang lebih berat, yaitu mendapatkan kurangan poin sebanyak tiga angka di BRI Liga 1.

Kasus yang dialami Persipura dan sanksi berat yang diberikan oleh pihak PSSI seakan menambah beban Mutiara Hitam yang saat ini berada dalam zona degradasi.

Performa Persipura saat ini begitu mengejutkan.

Maklum, dulu Persipura merupakan klub mentereng Indonesia yang hampir tiap musim sukses merengkuh trofi liga domestik.

Baca juga: dr Aisah Dahlan Ungkap Wanita Usia di Atas 45 Tahun Kesetiaannya Menurun dan Ingin Ganti Suami

Mereka juga menjadi langganan wakil Indonesia untuk berkompetisi di ajang kontinental, baik Liga Champions Asia, ataupun AFC Cup.

Padahal, di awal musim Persipura masih dilatih oleh juru taktik asal Brasil, Jackson F. Tiago yang kualitasnya tak perlu dipertanyakan lagi.

Ia adalah sosok kunci dibalik kejayaan persipura dari musim ke musim.

Persipura Jayapura merupakan tim dengan torehan gelar liga domestik terbanyak di Indonesia dalam dekade ini.

Terhitung, sejak tahun 2009, Persipura yang saat itu sudah dilatih oleh Jackson F. Tiago telah menjuarai Liga Indonesia sebanyak tiga kali.

Tiga prestasi tersebut berhasil Persipura raih di tahun 2009, 2011, dan 2013.

Meski tak menjadi juara di musim-musim setelahnya, Persipura selalu berhasil finish di papan atas klasemen.

Menjadi tim dengan pemain lokal terbanyak, serta penyumbang nama-nama besar untuk Timnas Indonesia.

Di kancah kontinental, Persipura Jayapura juga merupakan wakil Indonesia yang paling mentereng.

Bersama Jackson F. Tiago, Mutiara Hitam pernah melaju sampai babak perempat final AFC Cup di tahun 2011.

Tiga tahun berselang, catatan lebih impresif mampu mereka ukir, Mutiara Hitam berhasil mencapai babak semi final AFC Cup 2014.

Baca juga: Ceramah Buya Yahya: Istri Tidak Akan Mencium Bau Surga Jika Minta Ini Pada Suami

Bahkan, Kuwait FC sebagai sang juara bertahan turnamen kasta kedua benua Asia itu berhasil dibantai dengan skor 6-1 oleh superiornya permainan Mutiara Hitam di Stadion Mandala, Jayapura.

Namun, itu hanya menjadi kenangan masa lalu.

Bisa dibilang musim ini adalah musim terburuk yang dijalani Persipura bersama tongkat kepelatihan Jackson F. Tiago.

Hingga akhirnya, pelatih asal Brasil pun dipecat pada pertengahan musim dan digantikan oleh Angel Alfredo Vera.

Pelatih baru sudah didatangkan, namun Persipura Jayapura tetap saja tak mampu menunjukkan penampilan mentereng yang menyelamatkan mereka dari ancaman jurang degradasi.

Skuat Mutiara Hitam musim ini sebenarnya tidaklah begitu buruk, mereka masih memiliki nama-nama pemain lokal besar seperti Ian Kabes, Ricky Kayame, hingga Ramai Rumakiek.

Nama yang disebutkan terakhir merupakan punggawa andalan lini depan Timnas Indonesia yang berhasil mencetak gol di laga debutnya bersama Garuda saat melawan China Taipei.

Lalu apa yang membuat performa Persipura musim ini begitu merosot?

Pemilihan Pemain Asing dan Ketidakhadiran Boaz Diduga Blunder

Pemilihan pemain asing bisa dibilang menjadi blunder Persipura musim ini.

Striker asing mereka, Yevhen Bokhashvili hanya mampu mencatatkan 4 gol dari 22 bagi  Mutiara Hitam di BRI Liga 1 musim ini.

Alhasil, Persipura hanya mampu mencetak 19 gol selama kompetisi bergulir.

Itu di lini depan, lini belakang Persipura juga patut disorot, mereka sudah kebobolan sebanyak 135 kali, menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling banyak bersama dua tim lainnya, Persiraja dan Persela.

Pemain asing yang direkrut pun tak mampu menunjukan performa apik, justru sebaliknya.

Henrique Marcelino Motta seringkali kalah ketika beradu kecepatan melawan barisan lini depan lawan.

Tinggi badannya yang mencapai 188 cm juga tak berhasil mencegah persipura kebobolan lewat bola udara, seringkali gol yang bersarang ke gawang Persipura berawal dari bola-bola set piece.

Baca juga: Luna Maya Heran Afiliator Binary Option Raup Rp 100 Miliar, Artis Kelas Kakap Saja Nggak Dapet

Lalu, dapat dikatakan faktor utama merosotnya penampilan Mutiara Hitam adalah ketiadaan Boaz Solossa yang sudah menjadi ikon klub selama bertahun-taun.

Secara mengejutkan nama Boaz Solossa dikeluarkan dalam skuat Persipura lantaran kasus indisipliner yang Boaz lakukan karena tak menghadiri beberapa jadwal latihan tim kebanggan masyarakat Papua tersebut.

Boaz adalah mesin pencetak gol ulung Mutiara Hitam, total dirinya sudah mencetak 225 gol dari 359 penampilan bersama Persipura.

Dirinya pun sukses menjadi top skor Liga Indonesia di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013.

Ketidakhadiran Boaz di lapangan jelas berpengaruh pada ketajaman lini serang Mutiara Hitam musim ini.

Tapi tak hanya itu, sosok kepemimpinan Boaz sebagai seorang kapten juga mempengaruhi mental para pemain Persipura.

Tak ada lagi yang mampu memberi rasa nyaman dan tanggung jawab di ruang ganti ataupun lapangan.

Mental juara yang dibangun sang kapten telah hilang dalam skuat Persipura 2021/2022.

Mereka lebih sering menunduk ketika telah tertinggal, alih-alih membalikkan keadaan justru mereka kebobolan lebih banyak dan tersulut emosi.

Di pertandingan saat menghadapi Persebaya Surabaya pada putaran pertama adalah yang paling mencolok, saat itu bek Persipura, Israel Wamiau diusir wasit dari lapangan.

Kartu merah yang ia terima memang selayaknya diberikan, ia menyerang pemain asing Persebaya, Bruno Moreira dari belakang dan terjadilah perkelahian.

Persipura pun harus bermain dengan 10 orang, dan menerima kekalahan dengan skor telak 3-1 dari tim besutan Aji Santoso tersebut.

Kini, di sisa empat laga BRI Liga 1, mau tak mau Persipura harus selalu meraih poin penuh untuk menggeser Barito Putera yang berada tepat di atas mereka pada pada papan klasemen.

Asa bertahan di Liga tertinggi di Indonesia masih ada, mental dan etos kerja yang lebih harus diperlihatkan para penggawa Mutiara Hitam untuk menyelamatkan mereka dari degradasi.

Tantangan Langkah Persipura Selanjutnya

Melansir Bolasport.com, Persipura Jayapura saat ini berada di posisi ke-16 dengan koleksi 24 poin.

Sementara Persela Lamongan di posisi ke-17 punya koleksi poin 20.

Jika keduanya meraih hasil maksimal di sisa empat laga Liga 1, maka catatan Persipura dan Persela Lamongan adalah 36 dan 32 poin.

Maka, Madura United, Persikabo 1973, dan PSM Makassar hanya butuh satu kemenangan saja untuk memastikan satu tempat di Liga 1 musim depan.

Hal ini dikarenakan, Madura United, Persikabo 1973, dan PSM Makassar bakal mempunyai poin 38, 37, dan 37 jika ketiganya menang di laga berikutnya.

Baca juga: Heboh Ritual Kendi di Acara IKN Nusantara, Mbah Mijan Buka Suara Air dan Tanah Dicampur

Sementara itu, PSS Sleman masih punya peluang besar untuk lolos dari zona degradasi jika saja bisa mengamankan tiga poin dalam empat laga.

Namun syaratnya, minimal satu kemenangan tersebut harus didapatkan saat melawan Persipura Jayapura pada tanggal 20 Maret 2022.

Cara lainnya adalah PSS Sleman mengamankan tiga hasil seri dalam empat laga, namun di laga lawan Persipura, PSS Sleman harus mengamankan hasil imbang minimal 2-2, karena di pertemuan pertama keduanya berakhir imbang 1-1.

Alangkah lebih aman, PSS Sleman setidaknya mengamankan empat poin dari empat laga agar tidak bergantung dengan hasil lawan Persipura.

Sementara itu, Barito Putera yang ada di posisi ke-15 atau zona aman terakhir sudah mengkoleksi 28 poin.

Barito Putera juga diuntungkan dengan rekor head to head melawan Persipura Jayapura di Liga 1 musim ini.

Barito Putera menang 3-0 dan 1-0 dalam dua pertemuannya lawan tim Mutiara Hitam.

Karena itu, Barito Putera minimal wajib meraih 8 poin dalam empat pertandingan terakhir, asumsi jika Persipura memenangkan semua pertandingan tersisa.

Sementara itu, kesempatan Persipura dan Persela bergantung pada langkah Barito Putera, meskipun keduanya menyapu bersih empat laga tersisa.

Persipura bisa lolos dari degradasi jika Barito Putera kehilangan 6 poin dalam 4 pertandingan.

Langkah paling berat jelas ada di kubu Persela Lamongan, karena Barito Putera sebagai satu-satunya tim yang realistis untuk dikejar harus kehilangan 9 poin dalam 4 pertandingan untuk bisa lolos dari zona degradasi.

Diadang calon jawara Liga 1

Dengan catatan di atas, harapan Persipura untuk tetap tampil di Liga 1 musim depan kian tipis.

Apalagi dua hari lagi Persipura mendapat tantangan berat di saat mereka berjuang keras untuk keluar dari zona degradasi.

Tim Mutiara Hitam dari Papua akan menjalani laga berat menghadapi calon juara Liga 1 musim ini.

Bertekad menggeser Barito Putera di posisi aman, Mutiara Hitam justri dihadang Bhayangkara FC.

Skuad Bhayangkara FC tentunya tak akan dengan mudah memberikan poin untuk anak-anak Papua ditengah persaingan puncak klasemen.

The Guardian dipastikan akan tampil ngotot demi jaga asah mengejar Bali United diperingkat teratas.

Secara kualitas, Persipura Jayapura harus mengakui kalah dalam materi pemain dengan sang lawan.

Hal tersebut dipertegas pada pertemuan diputaran pertama, Bhayangkara FC sukses mempecundangi skuad Merah Hitam dengan dua gol tanpa balas.

Baca juga: Biang Kerok Aplikasi Binomo Hilang bak Ditelan Bumi, Perjanjian Kramat ini Beredar

Pertandingan yang berlangsung di bulan Desember 2021 itu menempatkan Adam Alis sebagai pahlawan brace The Guardian.

Kini, keduanya kembali melakoni laga panas di Stadion Dipta, Bali pada Rabu, (16/3/2022).

Baca juga: Juragan 99 & Istri Ternyata Pernah Jadi Tersangka, Kini Kasus Presiden Arema Diungkit Nikita Mirzani

Baca juga: Rp 60 Miliar Aset Doni Salmanan Disita Polisi, Ada Porsche, Rumah, Jam Tangan Hermes hingga Moge

Tentunya skuad Mutiara Hitam harus mengambil pelajaran atas kegagalannya diputaran perdana lalu.

Sebab, kemenangan adalah harga mati yang harus dicapai jika ingin tetap eksis di Liga 1.

Mutiara Hitam tak boleh membuang peluang, sebab sekali saja kalah maka jalan menuju Liga 2 kian terbuka lebar. (Bolasport.com/Tribun-Papua.com/Tribunnews)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved