Ternyata Bukan Amerika Apalagi China, Negara Kelaparan Inilah yang Bisa Buat Rusia Bertekuk Lutut
AS dan sekutunya harus mencabut embargo Venezuela yang kejam, gila, dan tidak dapat dibenarkan. Venezuela mampu memompa dua juta barel minyak per...
BANGKAPOS.COM -- Hingga hari ini, Selasa (15/3/2022), perang Rusia dan Ukraina terus terjadi.
Rusia dilaporkan masih melakukan aktivitas militer di Ukraina.
Akibat dari perang Rusia dan Ukraina itu, Rusia menerima banyak sanksi.
Mulai dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Inggris, Jepang, hingga negara-negara lainnya.
Meski begitu hanya ada satu negara yang bisa membuat Rusia bertekuk lutut.
Baca juga: dr Aisah Dahlan Ungkap Wanita Usia di Atas 45 Tahun Kesetiaannya Menurun dan Ingin Ganti Suami
Baca juga: Sekolah Jepang kini Larang Siswinya Kuncir Rambut Kuda, Alasannya Bisa Timbulkan Gairah Seksual Pria
Baca juga: Ceramah Buya Yahya: Istri Tidak Akan Mencium Bau Surga Jika Minta Ini Pada Suami
Baca juga: Luna Maya Heran Afiliator Binary Option Raup Rp 100 Miliar, Artis Kelas Kakap Saja Nggak Dapet
Baca juga: Terungkap, Anies Bawa Tanah ke IKN Ternyata Hasil Cangkulan Emak-emak Kampung Akuarium, Ini Maknanya
Bahkan negara ini juga bisa menghancurkan masa depan Rusia.
Negara manakah itu? Dan apa alasannya?
Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (15/3/2022), rezim Presiden Rusia Vladimir Putin sebagian besar didanai dan dibiayai oleh penjualan bahan bakar karbon.
Bahkan 43 persen mengejutkan dari anggaran Rusia berasal dari royalti minyak dan gas.
Dana yang melimpah inilah yang memberi Putin sarana keuangan untuk mendanai kampanye militer dan agenda politiknya melawan Barat.
Perang di Ukraina telah membuat harga minyak meroket hingga lebih dari 100 Dollar AS per barel.
Hal ini tentu membantu mengisi lebih banyak mengisi pundi-pundi keuangan Kremlin.
Namun, seorang jurnalis investigasi terkemuka berpendapat ada cara sederhana untuk mematahkan upaya perang Putin dan rezimnya.
Baca juga: Rp 60 Miliar Aset Doni Salmanan Disita Polisi, Ada Porsche, Rumah, Jam Tangan Hermes hingga Moge
Baca juga: Juragan 99 & Istri Ternyata Pernah Jadi Tersangka, Kini Kasus Presiden Arema Diungkit Nikita Mirzani
Baca juga: Dibaca Setelah Sholat, ini Bacaan Doa Minta Keberuntungan hingga Rezeki Ditambah
Baca juga: Waketum MUI Kritik Label Halal Indonesia: Cuma Cerminkan Satu Suku, Bukan Keindonesiaan!
Greg Palast percaya bahwa AS dan sekutunya harus mencabut embargo Venezuela yang kejam, gila, dan tidak dapat dibenarkan.
"Venezuela mampu memompa dua juta barel minyak per hari untuk ekspor," ungkap Greg Palast.
"Jika Presiden AS Joe Biden mengumumkan berakhirnya embargo, harga minyak akan menukik dalam 20 menit."
"Namun, AS dan Eropa telah mengepung Venezuela, menghentikan segalanya mulai dari makanan hingga pasokan suku cadang untuk membuat industri minyaknya kembali beroperasi."
Mantan jurnalis BBC itu menambahkan: "Berhenti membuat ekonomi Venezuela dan membuat rakyat Venezuela kelaparan."
"Venezuela bukanlah musuh Amerika. Juga tidak menginvasi negara manapun."
"Namun dengan begitu, harga minyak akan jatuh."
Donald Trump pertama kali menjatuhkan sanksi terhadap industri perminyakan Venezuela pada tahun 2017.
Baca juga: Lucy Dibawa Kabur Orang Dekat, Pria Tanjung Priok Ini Galau Berhari-hari, Melebihi Putus dari Pacar
Baca juga: Ketika Gubernur Sulteng Pingsan saat Ikut Ritual di IKN Bersama Jokowi, Ini Penyebabnya
Baca juga: Amira, Dulu Diselingkuhi Karena Penampilan, Kini Cantik Jadi Perwira Polisi, Bikin Mantannya Nyesal
Baca juga: Luna Maya Bosan Ditanya Soal Balikan Lagi sama Ariel NOAH, Beri Tantangan: Kalau Dia Jawab, Gue. . .
Selama krisis presiden 2019, AS menargetkan perusahaan minyak dan gas alam milik negara Venezuela PDVSA dengan sanksi lebih lanjut.
Langkah itu dipandang sebagai upaya untuk menekan Presiden petahana Nicolas Maduro untuk mengundurkan diri demi penantangnya Juam Guaido.
Palast menuduh Barat munafik sehubungan dengan posisinya saat ini terhadap Venezuela.
Dia berkata: "Alasan yang saya dengar dari Partai Republik dan Demokrat adalah bahwa Venezuela bukan negara demokratis."
"Apakah mereka berbeda dengan Arab Saudi, Kazakhstan, Qatar, dan Rusia?"
“Sangat menarik bagi saya bahwa Uni Eropa memblokade minyak dari Venezuela, tetapi terus mengambil minyak dari Rusia.”
Dia menyimpulkan: "Akhiri embargo Venezuela dan kapal tanker penuh LNG (Gas Alam Cair) dari negara Amerika Selatan dapat memotong tali pipa Putin dari sekitar leher Eropa."
Saat ini, UE menghabiskan sebanyak 1 miliar Dollar AS per hari untuk membayar batu bara, gas, dan minyak yang diimpor dari Rusia.
Salah satu pelanggan energi terbesar Rusia di Eropa adalah Jerman.
Jerman menerima 55 persen gas alamnya, 52 persen batu baranya, dan 34 persen minyak mineralnya dari Rusia.
(*/ BangkaPos.com)
Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dan SerambiNews.com