Inilah Cheget, Tas Putin yang Berisi Tombol Nuklir, Begini Cara Kerjanya
Cheget adalah tas yang selalu dibawa Presiden Rusia ke mana-mana dan didalamnya terdapat tombol pengaktif rudal nuklir
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan selalu membawa tas berisi tombol nuklir.
Tas Putin itu diberi nama Cheget.
Menarik membahas cara kerjanya di tengah isu penggunaan senjata pemusnah massal yang mencuat di saat perang Rusia dan Ukraina berlangsung.
Apalagi, oada Maret 2022 lalu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB mengatakan negaranya tetap memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir jika "diprovokasi" oleh NATO.
Dmitry Polyanskiy, salah satu diplomat top Rusia di Amerika Serikat, berbicara mengenai itu setelah juru bicara Vladimir Putin mengatakan bosnya dapat menekan tombol nuklir jika negara itu merasa menghadapi ancaman "eksistensial".
Nah, tombol nuklir itulah yang disimpan dalam sebuah tas yang dinamakan Cheget.
Cheget adalah tas nuklir yang selalu dibawa Presiden Rusia ke mana-mana.
Tombol di dalam tas nuklir Cheget siap ditekan kapan saja.
Ketika ditanya apakah Putin benar untuk mempertahankan prospek perang nuklir di seluruh dunia?
Polyanskiy mengatakan: "Jika Rusia diprovokasi oleh NATO, jika Rusia diserang oleh NATO, mengapa tidak, kami adalah kekuatan nuklir."
“Saya tidak berpikir itu hal yang benar untuk dikatakan. Tapi itu bukan hal yang benar untuk mengancam Rusia, dan mencoba untuk mengganggu. Jadi ketika Anda berurusan dengan tenaga nuklir, tentu saja, Anda harus menghitung semua kemungkinan hasil dari perilaku Anda."
Presiden Vladimir Putin dikabarkan memang menyiapkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir taktis.
Ini bukan perang nuklir habis-habisan, tetapi tetap merupakan perang yang mengerikan.
Senjata nuklir taktis ini adalah bom yang dapat diluncurkan oleh AS dan Rusia dari jarak jauh di tanah air masing-masing.
Baca juga: Inilah 6 Negara yang Terang-Terangan Berada di Pihak Rusia, Bakal Jadi Sekutu Jika Perang Dunia 3
Dilaporkan BBC, berdasarkan data intelijen, diperkirakan Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis.
Rusia diketahui memiliki jumlah bom nuklir terbesar di dunia, yakni sebanyak 6.257 yang dapat menghancurkan sebuah negara dalam sekejap, dan itu bisa dilakukan hanya lewat koper.
Laporan Morning Express pada Selasa (1/3/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin disebut bisa memerintahkan untuk menembakkan senjata nuklir dengan bantuan koper ini.
Koper atau tas nuklir ini terlihat seperti koper biasa.
Meskipun tas nuklir Putin ini sangat rahasia, tetapi untuk pertama kalinya 2019 lalu, dunia melihat sekilas isi tas kerja Putin ini.
Tas kerja ini, memiliki tombol merah dan putih.

Putin dapat memerintahkan serangan nuklir dengan bantuan tombol-tombol ini.
Menurut media Rusia, koper ini hanya bisa dibuka melalui kode.
Tidak hanya itu, koper juga tetap di bawah perlindungan keamanan yang ketat selama 24 jam.
Melalui koper ini, lebih dari 6 ribu bom nuklir Rusia bisa dikendalikan.
Ke mana pun Putin pergi, petugas keamanan selalu membawa koper ini bersamanya.
Selalu ada perwira yang dilatih untuk mendampingi Putin jika terjadi serangan nuklir.
Dalam bahasa Rusia, tas kerja ini disebut Cheget yang diambil dari nama sebuah gunung.
Koper ini dikembangkan sekitar tahun 1980-an.
Hanya satu koper yang muncul bersama Putin, tetapi jumlah totalnya adalah tiga.
Ketiga koper ini, hanya dapat dibuka oleh pejabat tinggi Rusia.
Para perwira yang punya akses diyakini termasuk Menteri Pertahanan Rusia, dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata.
Jauh sebelum konflik Rusia vs Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa dikabarkan turut membawa tas nuklir saat berlibur ke Taiga, Siberia.
Baca juga: Doyan Ribut dengan Tetangga, Zelensky Kini Resmi Bikin Ukraina dapat Musuh Baru
Kepastian Putin membawa tas nuklirnya ke Taiga Siberia ini dipastikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Ia memastikan ini setelah dikabarkan hubungan Rusia dan AS memanas.
Dmytry Peskov memastikan Putin selalu memiliki alat komunikasi yang diperlukan, termasuk yang strategis, di mana pun dia berada.
"Semua alat komunikasi yang diperlukan, termasuk komunikasi strategis, selalu bersama Presiden di mana pun dia berada, baik di Rusia ataupun negara lain mana pun di dunia," katanya ketika ditanya apakah Putin membawa tas nuklirnya selama liburan di taiga Siberia, seperti dikutip TASS.
Alat komunikasi strategis mengacu pada tas nuklir Putin.
Dia menambahkan, hal yang sama berlaku untuk Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.
"Bagaimana lagi? Tentu saja," ujar Peskov.
Dia menegaskan pernyataan bermusuhan baru-baru ini dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kepada Putin tidak memengaruhi rencana Presiden Rusia.
"Tidak ada alasan untuk menjadwal ulang (liburan ke taiga)," tegasnya.
Tas nuklir Putin atau Cheget ini dikabarkan memiliki kode kunci yang dipersonalisasi, kartu flash, dan di bawah pengawasan sepanjang waktu.
Presiden Putin dapat mengirim kode izin kepada Pasukan Rudal Strategis Rusia untuk memberi perintah guna meluncurkan serangan senjata nuklir terhadap musuh.
Total ada tiga koper seukuran laptop yang memungkinkan Putin dan dua pejabat tinggi Rusia lainnya untuk mengoperasikan dan melakukan serangan nuklir.
Dua pejabat yang memegang kunci dua koper lainnya kabarnya adalah Menteri Pertahanan Sergey Shoygu dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Valeriy Gerasimov.
Cara Kerja Cheget
Fungsi tas nuklir Cheget hampir sama dengan tas nuklir yang ditenteng ke mana pun Presiden AS Pergi: agar presiden mengendalikan operasi nuklir dari manapun ia berada.
Karena itu Cheget selalu dibawa ke mana pun Presiden Rusia pergi.
Ya, sebagai salah satu negara superpower dunia, Rusia memang memerlukan sistem pertahanan kuat.

Tak heran jika negeri Beruang itu membuat berbagai macam senjata canggih demi mendukung pertahanan negaranya.
Dengan adanya berbagai senjata canggih dan dahsyat, Rusia dapat menekan jalannya diplomasi kepada negara lain untuk memuluskan tujuannya.
Salah satu senjata andalan Rusia tentunya adalah Misil Balistik berhulu ledak nuklir.
Tak sembarangan orang memiliki akses untuk mengaktifkan misil-misil balistik itu, hanya presiden Rusia-lah yang mempunyai wewenang.
Maka dibuatlah sebuah koper bernama 'Cheget.'
Cheget adalah sebuah koper yang didalamnya berisi perangkat pengakif peluncuran misil balistik nuklir.
Sejarah dibuatnya Cheget bermula pada tahun 1970.
Saat itu Rusia yang masih bernama Uni Soviet sangat khawatir akan serangan mendadak ke negaranya.
Kekhawatiran mereka bertambah ketika bertemu Amerika Serikat dalam meja perundingan Perang Dingin dan melihat delegasi Amerika membawa sebuah koper.
Koper itu ternyata berisi perangkat elektronik sebagai sarana pengaktifan misil balistik nuklir sebagai 'gertakan' jika perundingan menemui jalan buntu.
Maka Uni Soviet pun mulai ikut-ikutan membuat hal serupa.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Diundang ke Papua, Gubernur Lukas Enembe Ingin Bahas Masalah Ini
Pada tahun 1984-1985 Sekretaris Jenderal Partai Komunis Soviet Konstantin Chernenko mendapat 'Tugas mulia' membawa Cheget untuk pertama kalinya.
Kemanapun Chernenko pergi, ia bersama ajudannya selalu bersama Cheget.
Menurut seorang kolonel Soviet bernama Mikhail Timoshenko, Cheget diciptakan untuk mengaktifkan peluncuran rudal balistik nuklir milik Soviet.
Didalamnya terdapat tombol pengaktifan misil nuklir dan jalur komunikasi aman ke markas besar Uni Soviet di Kremlin, Moskow.
Hal itu berguna jika Soviet mendapat serangan mendadak misil nuklir dari musuhnya dan dengan adanya Cheget maka serangan balasan dapat segera dilakukan.
Jika tombol pengaktif ditekan maka situs-situs misil nuklir Soviet akan segera meluncurkan rudalnya secara serentak.
Cheget juga menghubungkan pemegangnya kepada Pusat Komando dan Kontrol Pasukan Nuklir Strategis Soviet.
Cheget pernah sekali diaktifkan dalam kondisi siaga saat terjadi insiden roket Norwegia karena meluncur ke teritori Rusia pada tanggal 25 Januari 1995.
Bayangkan jika Cheget jatuh ke tangan orang yang salah, yang ada terjadi Perang Nuklir dunia.
Selain Sekjen Partai Komunis, saat itu Cheget juga 'diberikan' kepada Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Umum Soviet.
Saat ini presiden Rusia, Vladimir Putin juga selalu membawa Cheget kemanapun ia pergi sebagai unsur penekan dalam diplomasi Rusia kepada negara lain.
Koper Nuklir Amerika Serikat
Selain Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Amerika Serikat juga selalu membawa tas atau koper nuklir saat bepergian ke mana-mana.
Koper nuklir yang biasa disebut Nuclear Football ini dikabarkan selalu dibawa ajudan presiden ke mana-mana, termasuk ketika pemipinnya sedang tamasya sekalipun.
Ada banyak kisah mengenai koper nuklir Amerika Serikat.
Benda tersebut adalah sebuah tas hitam misterius yang terlihat ditenteng oleh asisten Trump.
Tas hitam misterius itu konon bukan benda sembarangan.
Karena isinya konon senjata pemusnah massal.
Gambar itu terekam menunjukkan seorang asisten menentengnya, setelah helikopter mendarat di rumah sakit tersebut.
Menurut sebuah laporan benda misterius itu adalah 'koper nuklir' yang juga disebut sebagai bola nuklir.
Adalah koper titanium tahan lama dengan berat 18 kg, ukurannya 45x35x25cm dengan kunci kriptografi.
Koper itu konon dipegang oleh lima orang pembantu militer Presiden AS.
Namun, semengerikan apakah tas nuklir ini sebenarnya?
Apakah ada tombol di dalamnya sehingga bisa ditekan kapan saja oleh sang presiden ketika keamanan nasional Amerika Serikat terancam?
Melangsir BBC Indonesia, kenyataannya menembakkan senjata nuklir lebih rumit ketimbang menekan tombol pengendali jarak jauh untuk memindah saluran televisi.
Koper itu dikenal dengan sebutan 'bola sepak nuklir' alias perangkat penembakan senjata nuklir. Karena sangat sensitif, koper itu terus melekat di sisi presiden AS.

Pada Agustus tahun lalu, seorang pakar mengungkap kepada CNN bahwa ketika Trump bermain golf, 'bola sepak' itu turut bersamanya di sebuah mobil golf.
Kalaupun khalayak bisa mengintip isi koper Nuclear Footbal, mereka akan kecewa.
Pasalnya tak ada tombol dan jam yang berdetak seperti bayangan Anda.
Yang ada hanyalah perangkat komunikasi dan buku berisi rencana perang.
Rencana perang itu disusun untuk membantu menghasilkan keputusan secara cepat.
Pada 1980, Bill Guley yang saat itu menjabat direktur Kantor Keamanan Gedung Putih, mengatakan opsi penembakan balasan mencakup "mentah, setengah matang, atau matang".
Lalu apa yang dimaksud dengan biskuit?
'Biskuit' merujuk pada sebutan secarik kartu berisi kode yang semestinya dibawa oleh presiden setiap saat.
Biskuit terpisah dengan Nuclear Football.
Jika presiden memerintahkan penembakan senjata nuklir, dia akan menggunakan kode untuk memastikan identitas dirinya kepada militer.
Bagaimana mekanisme peluncuran senjata nuklir?
Hanya presiden yang bisa meluncurkan serangan senjata nuklir.
Begitu dia memastikan identitasnya, dia memberikan perintah bersiap kepada Kepala Staf Gabungan—perwira tertinggi kedua dalam tubuh militer AS setelah presiden.
Perintah kemudian diteruskan ke Markas Komando Stratregis AS di Pangkalan Udara Offutt, Negara Bagian Nebraska.
Pangkalan itu kemudian meneruskannya lagi ke 'tim lapangan' yang bisa berada di daratan, laut atau bawah laut.
Instruksi peluncuran dikemukakan menggunakan serangkaian kode yang harus sesuai dengan kode tim peluncuran—yang disimpan secara aman.
Bisakah perintah presiden ditolak?
Presiden adalah panglima tertinggi di tubuh militer AS. Dengan kata lain, apa yang dititahkannya merupakan perintah.
Namun, kemungkinan ada celah untuk menolak perintah tersebut.
Pada November 2017, untuk pertama kali dalam 40 tahun, Kongres meninjau kewenangan presiden untuk meluncurkan serangan nuklir.
Salah seorang pakar yang dihadirkan adalah C Robert Kehler, komandan Komando Strategis AS pada kurun 2011-2013.
Kepada Kongres, dia mengatakan bakal mengikuti perintah presiden untuk melancarkan serangan nuklir—tapi hanya jika perintah itu sah secara hukum.
Dalam kondisi-kondisi tertentu, menurutnya, "Saya akan mengatakan 'Saya tidak siap melanjutkan'."
Lalu seorang senator bertanya: "Lalu apa yang akan terjadi setelah itu?" Kehler membalas, "Saya tidak tahu."
Para anggota Kongres AS lantas tertawa beramai-ramai.
(bangkapos.com/DedyQurniawan/kontan)