Konflik Rusia dan Ukraina
Inilah 6 Negara yang Terang-Terangan Berada di Pihak Rusia, Bakal Jadi Sekutu Jika Perang Dunia 3
jika perang dunia baru benar-benar terjadi, negara mana yang kemungkinan akan menawarkan dukungan mereka ke Rusia
BANGKAPOS.COM-Perang antara Rusia dan Ukraina yang kini sudah lebih dari satu bulan berlangsung, telah meningkatkan kekhawatiran bahwa perang global baru.
Berikut adalah enam negara yang kemungkinan besar akan mendukung Rusia jika terjadi konflik seperti itu, termasuk China dan India.
Sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina, Barat sangat berhati-hati dalam menangani tanggapannya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali menyerukan zona larangan terbang terhadap pesawat Rusia untuk diberlakukan di negaranya.
Namun, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menolak permohonannya karena kekhawatiran meningkatnya perang di luar perbatasan Ukraina.
Jadi, jika perang dunia baru benar-benar terjadi, negara mana yang kemungkinan akan menawarkan dukungan mereka ke Rusia.

1. Pakistan
Menjelang invasi Vladimir Putin, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan berada di Moskow dalam kunjungan kenegaraan selama dua hari.
Selama perjalanannya, dia dengan marah membalas tuntutan dari Barat untuk berbicara menentang Rusia.
"Apa pendapatmu tentang kami? Apakah kami budakmu, apa pun yang kamu katakan, kami akan lakukan?," kata Pakistan ketika diminta menekan Rusia oleh Barat.
Bulan lalu, pria berusia 69 tahun itu angkat bicara setelah 22 diplomat di Islamabad menerbitkan surat bersama yang menyerukan Pemerintah Pakistan untuk bergabung dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengutuk serangan Rusia.
Pakistan adalah salah satu dari beberapa negara yang abstain dalam pemungutan suara mengenai masalah ini.
Dia berkata, "Saya ingin bertanya kepada duta besar Uni Eropa, Apakah Anda menulis surat seperti itu ke India?"
2. China
Meskipun China telah berusaha untuk menjauhkan diri dari Rusia dalam beberapa pekan terakhir, itu tidak mengutuk invasi oleh Presiden Putin.