Berita Pangkalpinang
Pj Gubernur dan Ketua DPRD Bicara Masa Depan Babel, dari Persoalan Timah hingga Minyak Goreng
Menurutnya, tata kelola yang buruk perlu diperbaiki. Jadi, boleh menambang, tetapi tata cara sesuai regulasi, tidak di luar aturan.
Penulis: Riki Pratama | Editor: Novita
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Penjabat (Pj) Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin, bersama Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Herman Suhadi, berbicara mengenai masa depan pertimahan hingga pertanian di Bangka Belitung.
Keduanya berbicara pada Dialog Ruang Tengah Bangka Pos dengan tema Kolaborasi DPRD dan Penjabat (Pj) Gubernur untuk Babel Semakin Sejahtera, pada Jumat (3/6/2022) sore, di lobi Kantor DPRD Babel.
Acara yang dipandu oleh host Eddy Yusmanto itu, berbicara banyak terkait potensi Provinsi Bangka Belitung.
Menurutnya, selain potensi tambang dari pertimahan, sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan, hingga makanan khas Babel sama-sama memiliki potensi untuk dapat dikembangkan.
Sebagai tuan rumah, Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Herman Suhadi, mengatakan, apapaun jenis dan kekayaan alam di Babel ini dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Kita berharap apapaun bentuk dan jenis kegiatanya hanya ingin sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 apa yang terkandung dalam bumi kita ini, diinginkan untuk kesejahterakan rakyat. Apakah dengan banyak timah ini apakah Babel sudah makmur?, dibandingkan dengan hasil yang dikeluarkan dari perut bumi ini," kata Herman dalam Dialog Ruang Tengah bersama Pj Gubernur Babel, Ridwan Djamaluddin.
Selain itu, Herman yang merupakan politikus PDI Perjuangan ini, meminta kepada Pj Gubernur Babel, untuk terus tancap gas membenahi sektor pertambangan di Babel, baik dari peningkatakan royalti timah, hingga hilirisasi timah.
"Mari kita dukung Pj Gubernur Babel ini, kami sering bicara di manapun kami kumpul, agar dapat meningkatkan royalti dari timah. Sampai pada hari ini masih 3 persen. Semoga dapat naik menjadi 7 hingga 10 persen. Karena dari anggaran itu kita dapat membangun Babel," imbuhnya.
Selain hilirisasi timah, Herman pun meminta kepada Pemprov Babel dapat membangun hilarisasi lainya seperti pabrik CPO yang dapat membuat minyak goreng, sehingga Babel semakin sejahtera dan meningkat pendapatanya.
"Bila perlu ada hilarisasi untuk pabrik sawit. Bukan hanya CPO, tetapi dapat membuat minyak goreng. Bagaimana di bumi Babel ini harus ada hilarisasi pabrik pengelolan itu. Jangan hanya balok timah, sudah mending tidak pasirnya, jangan tidak ada peningkatan ketika menjual balok terus," tuturnya.
Menrut Herman, sudah seharusnya dan saatnya Babel meiliki pabrik pengelolaan timah menjadi barang jadi. Sepertk pabrik elektronik dan pabrik lainya dari bahan baku timah dan hasil perkebunan.
"Mari bersama sama DPRD bersama pemprov, mencari dan mengajak sektor hilirnya dari sumber daya alam, daeu pabrik minyak goreng, pabrik hilarisasi timah seperti elektronik dan lainnya, sehingga Babel menjadi lebih baik," tegasnya.
Sementara, Pj Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin, mengatakan, potensi besar sektor pertambangan ini merupakan esensi, bagaimana cara mensyukuri nikmat yang tuhan diberikan berupa sumber daya alam, berupa timah.
"Yang orang lain tidak banyak punya, bagaimana dengan mengelola dengan baik dan ini kita harus perbaiki. Banyak menyerang industri petambangan, merusak lingkungan. Menurut saya, itu tidak tepat. Industri tidak salah, yang salah tata kelolanya," kata Ridwan
Menurutnya, tata kelola yang buruk perlu diperbaiki. Jadi, boleh menambang, tetapi tata cara sesuai regulasi, tidak di luar aturan, sehingga tidak merusak.
Ia juga menyebut sempat jengkel dengan aktivitas ilegal tambang timah yang sering menjarag kawasan pinggir jalan hingga kawasan hutan.
"Saya pertama kali datang ke Babel sudah gemas, saya di dirjen minerba, melihat regulasi sudah jelas. Tetapi ini aktivitas tambang depan mata, pinggir jalan. Apalagi ditempat konserpasi jangankan menindak, peduli pun tidak. Jadi perlu ada kepedulian," imbuhnya.
Mengenai royalti timah, ia mejelaskan kerangka besar hasil timah dimanfaatkan secara keperluan NKRI.
Menurutnya, hasil dari timah ini diberikan untuk keperluan semua daerah di Indonesia, sehingga perlu berbesar hati untuk berbagi menikmati bersamawarga sebangsa dan senegara.
"Jadi Presiden berkali menegaskan ketidak nyamanan, karena dilihat kita tidak serius mencari nilai tambah. Karena kita terus melakukan ekspor bahan baku, tentu harus dipikirkan ini nilai tambah sehingga ada peningkatan, dari bangun pabrik kawat solder, alat elektonik. Itu kita berpikir ke depan, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilakukan," tegasnya.
Ridwan mengajak bersama-sama berpikir secara maju dan strategis ke depan, untuk bersama-sama mencarikan jalan keluar agar, sektor pertambangan dan sektor lainya dapat berkembang di Provinsi Bangka Belitung.
"Ini kampung halaman saya, saya ingin membuat Babel lebih baik. 43 tahun meninggalkan Babel secara fisik, tetapi 43 kepala saya di Babel, karena orang tua dan sudara saya ada di Bangka Barat. Jadi secara umum potensi kita sangat besar tidak kalah dengan daerah manapun. Yang perlu lakukan sekarang membesarkan yang besar ini dan menekan yang tidak perlu, karena mengurs waktu dan energi kita," kata Ridwan. (Bangkapos.com/Riki Pratama)