Berita Sungailiat
Keran Ekspor CPO Sudah Dibuka, Harga TBS Kelapa Sawit Malah Semakin Anjlok
Perkembangan harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka saat ini cenderung semakin turun, meskipun pemerintah sudah membuka kran ekspor.
Penulis: edwardi |
BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Perkembangan harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka saat ini cenderung semakin turun, meskipun pemerintah sudah membuka keran ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya.
Bahkan pemerintah akan mempercepat proses ekspor CPO, sehingga perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) juga bisa segera menyerap TBS kelapa sawit para petani, karena saat ini kebanyakan tangki penyimpanan CPO hampir penuh, sehingga perusahaan tidak lagi membeli TBS kelapa sawit petani.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kabupaten Bangka, Jamaludin alias Tipek mengatakan perkembangan harga TBS kelapa sawit tingkat perusahaan PKS di Kabupaten Bangka dalam satu Minggu terakhir ini cenderung terus menurun.
"Hasil pantauan kita di beberapa perusahaan PKS harga TBS kelapa sawit di kisaran Rp2.050 hingga Rp1.770 per kg TBS kelapa sawit, harga ini cenderung semakin menurun dibanding pekan sebelumnya. Sedangkan di tingkat petani sekitar Rp1.400-1.600 per kg TBS tergantung jarak lokasi kebun ke pabrik," kata Jamaludin, Minggu (12/06/2022) di Sungailiat.
Sedangkan pekan lalu, harga TBS kelapa sawit di tingkat perusahaan PKS masih di kisaran Rp2.100-Rp2.200 per kg TBS kelapa sawit.
Diungkapkannya, meskipun pemerintah sudah mengeluarkan izin ekspor CPO, namun kenyataan untuk perusahaan PKS di Kabupaten Bangka hingga saat ini belum ada yang bisa melakukan ekspor sebab hal ini membutuhkan waktu dan proses administrasi birokrasi yang panjang dan tidak mudah.
"Rata-rata tangki CPO perusahaan PKS di Kabupaten Bangka hampir penuh dan belum ada yang bisa ekspor, karena itu harga TBS kelapa sawit petani mandiri cenderung semakin turun," ujar Jamaludin.
Diakuinya dengan kondisi seperti ini sangat memukul kehidupan para petani kelapa sawit rakyat, karena biaya operasional perawatan kebun kelapa sawit sangat tinggi.
"Harga pupuk nonsubsidi seperti KCL saat ini mencapai Rp960.000 per karung 50 kg, sedangkan pohon kelapa sawit bila tidak dipupuk dengan KCL bisa jadi ngetrek atau tidak mau berbuah," imbuhnya.
Dilanjutkannya, belum lagi biaya upah panen kelapa sawit saat ini juga tidak turun, yakni Rp200 per kg TBS dan juga biaya transportasi angkutan kelapa sawit ke pabrik juga tidak turun.
"Kalau kondisi seperti ini terlalu lama, bisa jadi petani kelapa sawit rakyat gulung tikar dan tidak mampu lagi merawat kebun kelapa sawitnya, sehingga tidak mampu lagi membiayai sekolah atau kuliah anak-anaknya," tukas Jamaludin.
Diungkapkannya, sementara itu harga TBS kelapa sawit rakyat di Malaysia saat ini masih di atas Rp5.000 an, artinya harga TBS kelapa sawit secara internasional masih tinggi, karena harga CPO dan turunannya di internasional juga masih tinggi.
"Kami mohon kepada pemerintah segera mengatasi permasalahan ini, tolong segera selamatkan nasib petani kelapa sawit rakyat Indonesia," harap Jamaludin.
Sementara itu Roni, petani kelapa sawit Desa Air Duren Kecamatan Pemali mengaku harga beli TBS kelapa sawit rakyat di tingkat petani saat ini sekitar Rp1.400-1.500 per kg.
"Iya pak harga TBS kelapa sawit semakin hari semakin anjlok di tingkat petani, apalagi kalau kebun kita agak jauh dari jalan raya dan jalan jelek maka harga semakin anjlok," katanya. (Bangkapos.com/Edwardi)