Kisah Eks Bos Samsung Mualaf Usai Bertemu Sahabat Pena di Aceh, Kini Sering Dipanggil 'Pak Haji'
Pria asal Negeri Ginseng Korea itu memiliki kisah yang menarik dimana membuatnya memutuskan untuk menjadi mualaf.
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Ardhina Trisila Sakti
Dia bahkan nekat mempelajari bahasa Indonesia di UI demi memiliki kecapakan berbahasa Indonesia yang lebih baik.
Baca juga: Hamil 6 Bulan, Indah Permatasari Jalan-jalan ke Gunung Bromo, Arie Kriting: Gak Bisa Diam
Baca juga: Puan Maharani Kunjungan Kerja ke Bangka Belitung, Tanam Pohon hingga Bahas Harga TBS Sawit
Baca juga: Detik-detik Denise Chariesta Datangi Konferensi Pers Razman Nasution, Bikin Kuasa Hukum Gebrak Meja
“Waktu itu saya belajar bahasa Indonesia di UI (Universitas Indonesia) Fakultas Sastra selama 23 hari. Zaman itu, Bahasa Indonesia saya lebih bagus dibanding sekarang,” kata Lee melansir dari Kompas.com.
Seiring waktu berjalan, dia mendapat kesempatan untuk berkarier di Samsung.
Setelah beberapa lama bekerja, dia pun meminta supaya ditempatkan di Indonesia.
Pada 1993, Lee akhirnya mendapat kesempatan untuk bekerja di Samsung Indonesia, pabrik Cikarang Bekasi.
Dia mengaku bersyukur karena keputusan tersebut amat jarang terjadi.
Di usianya yang masih muda Lee telah mengemban tugas serius dan dituntut untuk mempelajari lebih banyak hal soal bisnis vendor gadget tersebut.
Tak hanya itu Lee juga harus mengetahui segala bentuk kebijakan dan aturan bisnis di negara Indonesia.

Di sela-sela mengenal Indonesia, Lee menyadari bahwa bekerja di Indonesia rupanya ada korelasi antara agama dengan prestasi kerja.
Dia pun makin tertarik mendalami agama Islam dan belajar pada seseorang selaku mantan pejabat BNI berdarah Aceh.
Tak sampai disitu, dia juga melihat bagaimana agama Islam diajarkan pada anak-anak.
Lee makin terkesan ketika ibu dari temannya di Indonesia mendirikan sebuah panti asuhan.
“Jadi saya benar-benar lihat sendiri bagaimana umat muslim berperilaku, kemudian saya diajari salat,” tuturnya.
Kisah mualaf Lee Kang Hyun berlanjut ketika dia mengucapkan dua kalimat syahadat di masjid Agung Sunda Kelapa.
Akhirnya dirinya mantap menjadi mualaf pada tahun 1994.