Berita Pangkalpinang

Berawal dari Iseng, Belasan Pemuda di Pangkalpinang Raup Cuan dari Limbah Kayu

Di mana ada kemauan, pasti disitu ada jalan. Ya, pribahasa tersebut sepertinya layak disematkan kepada sekumpulan remaja yang ada di Pangkalpinang.

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: nurhayati
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Bimbim (28) seorang penggiat kerajinan kayu saat menunjukkan hasil karya kerajinan kayu berbentuk asbak hasil polesan tangan komunitas Garis, di stand pameran di Alun-alun Taman Merdeka, Rabu (8/6/2022) malam. Selain asbak komunitas Garis juga membuat kerajinan tangan lain seperti sendok, piring dan sumpit. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Di mana ada kemauan, pasti disitu ada jalan. Ya, pribahasa tersebut sepertinya layak disematkan kepada sekumpulan remaja yang ada di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.

Bagaimana tidak, di tangan dingin para pemuda tersebut dibalut dengan sentuhan kreatifitas tanpa batas, tentunya dapat meraup keuntungan materi.

Seperti yang dilakukan Bimbim dan Dimas serta teman-temannya yang bergabung dalam Komunitas Garis asal Pangkalpinang.

Dari belasan orang tersebut limbah kayu bisa disulap menjadi kerajinan hiasan rumah yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Dengan keahlian yang dimiliki, mereka mendedikasikan diri membuat kerajinan hiasan rumah yang dijadikan karya uniknya.

Kerajinan tersebut mereka buat di kawasan Jalan Abdullah Addari, Kelurahan Batin Tikal, Kecamatan Taman Sari.

Dimas (26) seorang anggota Komunitas Garis saat tengah membuat kerajinan tangan dari limbah kayu bekas di markasnya di kawasan Jalan Abdullah Addari, Kelurahan Batin Tikal, Kecamatan Taman Sari, Pangkalpinang, Minggu (3/7/2022) siang.
Dimas (26) seorang anggota Komunitas Garis saat tengah membuat kerajinan tangan dari limbah kayu bekas di markasnya di kawasan Jalan Abdullah Addari, Kelurahan Batin Tikal, Kecamatan Taman Sari, Pangkalpinang, Minggu (3/7/2022) siang. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Dimas (26) bercerita, ide membuat kerajinan tangan dari limbah kayu tersebut muncul saat melihat banyak kayu limbah bekas mebel dan pemotongan pohon menumpuk di tempat pembuangan akhir.

Selama ini, kayu-kayu limbah itu hanya berakhir di tungku perapian.

Melihat peluang tersebut, ia bersama teman-temannya yang lain langsung mencari ide dengan berselancar di dunia maya.

Dengan didampingi beberapa orang yang memang telah berkecimpung di dunia seni, ia dan kawan-kawan tertarik mempelajari cara membuat hiasan rumah dari kayu.

Selain tren hiasan rumah dari kayu sedang naik daun, ceruk pasar kreativitas di Pangkalpinang juga dinilai masih cukup lebar.

“Awal kita membuat usaha ini pada tahun 2019 akhir. Kita pertama iseng-iseng kumpul bersama teman-teman kita yang kebetulan juga membimbing agar kita berkarya,” kata Dimas kepada Bangkapos.com, Minggu (3/7/2022).

Dimas mengakui, dirinya beserta belasan orang lain yang tergabung dalam Komunitas Garis memang tidak memiliki ilmu tentang membuat kerajinan dari kayu.

Namun hanya berbekal kemauan yang kuat dan didukung tekad bulat, mereka memberanikan diri untuk terjun ke dunia kerajinan.

Tak ayal pada proses pembuatan kerajinan itu memang tidak selalu mulus. Butuh puluhan kali percobaan agar limbah-limbah kayu tersebut dapat diolah menjadi asbak, piring, sendok, garpu, talenan, gelas, mangkok, hiasan akuarium dan beberapa perkakas lainnya.

Diakui mereka memang sempat ingin menyerah, namun dengan segala dukungan yang ada para pemuda tersebut kembali gigih belajar agar bisa menciptakan karya baru di tengah lapangan pekerjaan yang semakin sulit.

“Ini juga sebagai langkah kita untuk menyalurkan hobi dan kreativitas. Karena anak muda bukan waktunya untuk malas-malasan,” ucapnya.

Beberapa hasil kerajinan tangan dari limbah kayu bekas buatan Garis saat dipamerkan di beberapa galeri seni yang ada di Pangkalpinang, satu di antaranya di Destar Point Pangkalpinang.
Beberapa hasil kerajinan tangan dari limbah kayu bekas buatan Garis saat dipamerkan di beberapa galeri seni yang ada di Pangkalpinang, satu di antaranya di Destar Point Pangkalpinang. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Selama kurun waktu tiga tahun terakhir ungkapnya, sudah ratusan bahkan ribuan kerajinan limbah kayu yang mereka buat.

Dalam waktu sebulan, pihaknya mampu membuat kerajinan hingga 50 buah.

Jumlah produksi tergantung dari kerumitan produk.

Misalnya seperti gelas, mangkok, sendok dan garpu yang produksinya membutuhkan waktu yang lama karena keterbatasan alat.

Pasalnya, komunitas ini masih mengandalkan alat-alat pembuatan yang seadanya, namun tetap mengutamakan kualitas.

“Kendala memang ada saat ini kemampuan alat, kemampuan kita juga masih terbatas karena kita masih belajar,” sebut Dimas.

Sementara itu Kata Bimbim (27), dari memproduksi kerajinan berbahan limbah kayu tersebut ia dan kawan-kawan mampu membukukan omzet hingga jutaan rupiah per bulannya.

Bahkan setiap anggota Komunitas Garis yang merupakan pekerja paruh waktu bisa meraup penghasilan tambahan.

Harga kerajinan dari limbah kayu tersebut juga bervariasi mulai dari Rp15 ribu hingga Rp200 ribu per buah. Tergantung tingkat kerumitan dan kualitas kayu yang digunakan.

Dominan kayu yang digunakan adalah jenis kayu mahoni. Di mana kayu ini biasa diolah menjadi beberapa jenis furniture.

Pasar dari produk-produk garis sendiri saat ini dijual melalui media sosial. Selain itu juga dijual di beberapa galeri yang ada di Pangkalpinang.

Terutama galeri oleh-oleh khas asal Ibu Kota Bangka Belitung, seperti yang diketahui karya tersebut merupakan karya anak Pangkalpinang.

“Saat ini untuk produk-produk kita kita pasarkan di beberapa galeri di Pangkalpinang,” ucap Bimbim.

Namun selama pandemi Covid-19 kemarin, dengan tak adanya kegiatan seperti pameran tak dapat dipungkiri membuat pasar mereka turun. Sebab, biasanya para peminat produk Garis banyak dicari saat acara-acara besar.

Beberapa hasil kerajinan tangan dari limbah kayu bekas buatan Garis saat dipamerkan di beberapa galeri seni yang ada di Pangkalpinang, satu di antaranya di Destar Point Pangkalpinang.
Beberapa hasil kerajinan tangan dari limbah kayu bekas buatan Garis saat dipamerkan di beberapa galeri seni yang ada di Pangkalpinang, satu di antaranya di Destar Point Pangkalpinang. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Bahkan produk Garis sempat melenggang hingga ke luar daerah saat acara pameran di Belitung dan Serpong, Tangerang, Banten beberapa waktu lalu.

“Kita juga memanfaatkan adanya pameran-pameran. Karena dari sana banyak peminatnya,” bebernya.

Kendati demikian dengan hasil yang telah dicapai Bimbim Cs tak mau jumawa.

Ia dan anggota komunitas ingin terus melebarkan sayapnya, terutama memasarkan produk mereka hingga ke luar daerah sampai tingkat nasional.

Saat ini Garis sendiri tengah mengebut beberapa produk baru, seperti membuat miniatur kapal pinisi, jam tangan, jam digital serta kacamata dari kayu.

Hal itu diharapkan mampu meningkatkan branding Garis dan produk-produk lokal asal Pangkalpinang.

“Ini juga sebagai upaya kita memotivasi para pemuda-pemuda di Bangka Belitung agar terus berkreativitas. Untuk target ke pasar nasional kita memang ada ke sana, namun saat ini masih kita persiapkan,” ungkap Bimbim. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved