Berita Pangkalpinang
Pemkot Pangkalpinang Jalin Kerja Sama dengan PLN, Olah Sampah Jadi BBJP Bahan Baku Co-firing PLTU
Sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat bakal, diubah jadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) untuk bahan baku co-firing PLTU Air Anyir.
Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Novita
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Setelah melewati beberapa rangkaian, akhirnya Pemerintah Kota Pangkalpinang resmi menjalin kerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Wilayah Induk (UIW) Bangka Belitung, untuk mengolah sampah menjadi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak di Aula Kolaboratif Kantor PLN UIW Bangka Belitung, Selasa (12/7/2022) sore.
Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil, mengatakan, pihaknya memang tengah serius berupaya menangani kelestarian lingkungan, terutama yang diakibatkan oleh sampah.
Sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat bakal, diubah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) untuk dijadikan bahan baku co-firing PLTU Air Anyir.
Sebelumnya, PLN telah melakukan pemaparan pada 20 April 2022 lalu.
"Dengan tawaran kerja sama ini, kami menyambut baik program gratis permasalahan sampah yang diberikan oleh PLN. Kenapa tidak kita ambil kesempatan ini," kata Maulan Aklil kepada Bangkapos.com, Selasa (12/7/2022).
Pria yang kerap disapa Molen ini menyebut, pemerintah kota memang sedang mengalami krisis lahan untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan akhir (TPA) Parit Enam saat ini dianggap overload karena tak mampu menampung produksi sampah.
Pihaknya memang memiliki rencana untuk memindahkan TPA ke tempat yang semestinya. Seperti diketahui, TPA Parit Enam saat ini kondisinya sangat dekat dengan permukiman masyarakat.
Berdasarkan regulasi yang ada, seharusnya tempat akhir harus berjarak minimal 10 kilometer dari kawasan perumahan atau rumah penduduk setempat
Maka dari itu, pihaknya telah siap untuk menyiapkan lahan hingga sumber daya manusia. Pemerintah kota telah menyediakan lahan sebesar 400 meter persegi yang ada di TPA Parit Enam untuk program tersebut.
"Kami telah mencoba bagaimana menutupi bau busuk agar tidak menyebar. Kami mencoba mencari tempat TPA yang baru tapi aturannya harus berjarak 10 kilometer dari rumah penduduk," beber Molen.
Sampah yang masuk ke TPA Parit Enam per harinya mencapai sekitar 150 ton. Sedangkan untuk kerja sama ini PLN, hanya membutuhkan sekitar lima ton sampah basah dan 1,3 ton BBJP.
Bahkan Molen memperkirakan, pada momen tertentu, sampah di Pangkalpinang dapat melebihi dari jumlah tersebut. Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan iti adalah bagaimana mengelola sampah menjadi anugerah, agar penumpukan sampah dapat teratasi.
"Sampah Kota Pangkalpinang masuk TPA Parit Enam 120-150 ton per hari, belum perayaan hari-hari besar. Kemudian jarak TPA ke PLTU hanya sekitar 12,6 kilometer," sebutnya.
Walaupun begitu, kata Molen, perihal permasalahan sumber daya manusia dan edukasi masyarakat perihal sampah. Hal itu nantinya akan diselesaikan secara bersama-sama. Ia menegaskan, pihaknya berupaya menciptakan Kota Pangkalpinang sebagai kota yang bersih.