Waspada! Hampir 1000 Warga Bangka Belitung Kena DBD Sepanjang 2022 Ini, 11 Meninggal Dunia

Sepanjang 2022 ini, hampir 1000 warga Bangka Belitung terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). 11 di antaranya meninggal dunia.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Bangkapos.com/Yuranda
Para pasien DBD sedang menjalani perawatan intensif di Ruang Tulip RSUD Sejiran Setason, Bangka Barat, Rabu (20/7/2022). 

BANGKAPOS.COM - Sepanjang 2022 ini, hampir 1000 warga Bangka Belitung terkena Demam Berdarah Dengue (DBD).

Data tersebut berasal dari Pemerintah Provinsi Bangka Belitung selama enam bulan terakhir.

Dari jumlah itu, 11 di antaranya meninggal dunia.

Banyaknya kasus DBD di Bangka Belitung ini pun jadi sorotan.

Demikian disampaikan Penjabat (Pj) Gubernur Bangka Belitung Ridwan Djamaludin, Senin (25/7/2022)

Menurut dia, perlu ada penanganan fokus dan masif menghadapi kasus DBD di Babel pada tahun ini.

"Itu salah satu yang kami perhatikan, tadi saya bicara dengan kepala dinas kesehatan, kami melakukan rakor teknis dengan dinas-dinas, itu menjadi perhatian kita," ujar Ridwan, Senin (25/7/2022).

Ridwan menilai pemerintah daerah sudah memberikan perhatian yang baik dalam hal mengatasi DBD di daerahnya.

"Tadi dari pak bupati Bangka Barat, hari ini sedang ada kegiatan khusus untuk menangani demam berdarah di Bangka Barat.

Jadi perhatian pemerintah cukup baik," katanya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Evaluasi mengatakan pencegahan terbaik DBD adalah dengan menjaga kebersihan dan menghilangkan jentik nyamuk.

"Jadi, untuk menghindari serangan DBD, disarankan agar setiap warga melakukan 3M plus yang sebenarnya sangat sederhana," katanya beberapa waktu lalu.

Adapun 3M. Pertama, menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air, seperti bak mandi, ember, dan lain-lain.

Kedua, menutup rapat tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti kendi, vas, toren air dan lain-lain.

Ketiga, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Baca juga: Ekspor Timah Akan Distop, Bagaimana dengan PT Timah?

Upaya Antisipasi DBD

Sementara itu, Ahli Epidemiologi sekaligus Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Pangkalpinang, dr Bangun Cahyo Utomo mengatakan masyarakat perlu memahami gejala DBD, sebagai upaya mengantisipasi keparahan infeksi virus dengue ini.

Apalagi kasus DBD ini dominan dialami anak-anak.

Penanganannya mesti tepat.

"Kalau penanganan bagus dan tepat maka tidak berbahaya, cuma waktu ditangani harus tepat. Penularan pun lewat nyamuk, banyak air yang tergenang maka mudah berkembangbiak, ini mesti jadi perhatian.

Kalau demam berdarah itu gejala demam tinggi, kadang kita tidak tahu pendarahan dimana, biasa di bawah kulit  ada bercak-cak merah, kadang tidak tahu kadang terjadi pendarahan internal juga di pencernaan misalnya, maka masyarakat harus tahu gejala dari DBD ini," ujar dr Bangun, Rabu (20/7/2022).

Dia menjelaskan gejala DBD itu biasanya demam.

Kemudian pada hari ketiga terjadi penurunan deman, pada hari kelima terjadi demam lagi.

Penderitanya merasakan nyeri perut dan kalau ada bercak merah maka sudah terjadi pendarahan.

"Masyarakat harus paham gejalanya, kalau tidak segera ditangani, dan pertolongan pertama dikhawatirkan berbahaya. Orangtua juga harus peduli dan paham gejala demam pada anak, apalagi musim DBD, maka perlu segera diperiksa ke puskesmas dan rumah sakit," katanya.

Mengenai penanganan penderita DBD, dia menyebutkan akan sesuai gejala dialami oleh pasien, terpenting perbaiki nutrisi menjadi penunjang kesembuhan.

"Virus itu ditangani dengan pemberian terapi, kekurangan kalori dan nutri supaya meningkatkan daya tubuh sehingga bisa melawan virus. Pemberian nutrisi jambu bisa saja karena nutrisi tinggi tapi diberi terapi cairan yang paling utama," katanya.

Disingung terjadi banyak kasus DBD, dr Bangun mengatakan faktor lingkungan perlu menjadi perhatian, agar menghalau tempat berkembangbiak nyamuk sebagai vektor virus dengue ini.

"Banyak kasus karena penularan dari nyamuk, jadi pengendalian DBD, ada vektor maka ada perkembangbiakan. Ditangani harus dengan nyamuk dewasa ditekan dan tempat perindukan harus dibersihkan maka genangan tidak ada.

Maka pengamatan tidak hanya yang sakit tapi juga kualitas lingkungan harus dilihat juga," pesannya. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved