Mahfud MD Ungkap Ada Hal Menjijikkan di Balik Kisah Pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo Cs
Mahfud MD mengungkap sejumlah fakta tentang Ferdy Sambo dan peristiwa kematian Brigadir J. Fakta-fakta itu didapatkan tidak hanya dari Polri
Penulis: Teddy Malaka CC | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Mahfud MD mengungkap sejumlah fakta tentang Ferdy Sambo dan peristiwa kematian Brigadir J. Fakta-fakta itu didapatkan tidak hanya dari Polri, tetapi juga sejumlah intelejen.
Mahfud MD mengatakan isu pelecehan seksual awalnya diumbar ke publik.
Namun belakangan tuduhan pelecehan seksual tersebut tak terbukti.
Sejumlah kejanggalan pun diungkapkan Mahfud MD saat podcast dengan Deddy Corbuzier.
Baca juga: Pendidikan Minimal SMA dan Butuh 6.179 Orang, Kemenag Buka Lowongan Pendamping Proses Produk Halal
"Apa yang terjadi di hari Jumat sore, sampai Senin sore, di tempat itu dan orang-orang itu ke mana. Belum ada yang tahu, nanti diungkap di pengadilan.,
Komnas Ham saya tanya tidak tahu, Sulit memeriksa Sambo, memeriksa istrinya," kata Mahfud MD.
Ia juga mengtakan ada yang mengerikan sekaligus menggelikkan dari keajadian pembunuhan Brigadir J.
"Cerita-cerita laporan pemeriksaan itu yang mengerikan campur menjijikkan juga. Makanya saya bilang sensitif gitu," kata Mahfud MD.
Baca juga: Sangup Janjikan Rp2 Miliar, Segini Harta Kekayaan Irjen Ferdy Sambo Rp30 Juta Lebih Per bulan
Kisah mencekam pembunuhan Brigadir J akhirnya pelan-pelan terungkap. Brigadir J sempat berlutut di depan Ferdy Sambo.
Kejadian itu diungkapkan mantan pengacara Bharada E, Deolipa Yumara.
Baca juga: Kisah Brigjen Krishna Murti, Mantan Atasan Ferdy Sambo yang Pangkatnya Tersalip, Gini Nasibnya Kini
Ia mengungkapkan Bharada E yang menembak Brigadir J atas intruksi Ferdy Sambo.
Kasus tewasnya Brigadir J dikediaman Ferdy Sambo perlahan menemui titik terang.
Titik terang kasus tewasnya Brigadir J itu tak terlepas dari desakan publik agar keadilan menemui jalan benarnya.
Kini, Ferdy Sambo resmi menjadi tersangka karena dinilai menjadi otak pembunuhan teehadap Brigadir J.
Belakangan, kisah kekejaman Ferdy Sambo yang menyebabkan Brigadir J muncul kepermukaan.
Hal itu diungkapkan mantan kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara.
Bharada E sempat menceritakan saat itu mereka sedang berada di rumah Dinas Jalan Saguling, Duren Tiga Barat, Pancoran, Jakarta Selatan.
Mulanya, Brigadir J diminta untuk naik ke lantai atas, namun dia menolak.
Tapi karena perintah itu datang dari Ferdy Sambo, akhirnya Brigadir J menurut.
Kala itu, Bharada E juga naik ke lantai atas, dia menyaksikan Brigadir J yang sudah berlutut di depan Ferdy Sambo yang sedang memegang pistol sambil memakai sarung tangan.
“Di atas itu sudah ada kejadian, si Yoshua berlutut di depan Sambo. Kalau menurut keterangan Richard, kan Richard pegang pistol. Sambo juga pegang pistol. Tapi Sambo pakai sarung tangan. Biasa kan, namanya mafia kan, suka pakai sarung tangan,” kata Deolipa Yumara.
Situasi menjadi panas ketika Irjen Ferdy Sambo memberikan perintah kepada Bharada E untuk menembak rekannya.
Perintah itu tak dapat ditolak oleh Bharada E, maka terjadilah penembakan terhadap Brigadir J.
“Dalam posisi itu, ada perintah dari Sambo untuk si Richard, ‘woy sekarang woy.. tembak, tembak woy. Ya namanya perintah kan Richard ketakutan," papar Seolipa.
"Karena kalau Richard nggak nembak, mungkin dia ditembak. Karena sama-sama pegang pistol kan. Akhirnya atas perintah, Richard langsung tembaklah, ‘dor.. dor.. dor..’,” kata Deolipa, menirukan ucapan yang disampaikan Bharada E.
Pelecehan Seksual
Sementara itu, terkait dugaan pelecehan seksual, Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian Djajadi angkat bicara.
Brigjen Andi Rian mengatakan, dalam pendalaman tidak ditemukan tindak pidana dalam laporan pelecehan seksual.
"Berdasarkan hasil gelar perkara tadi sore, dua perkara ini kita hentikan penyidikannya karena tidak ditemukan peristiwa pidana," kata Brigjen Andi Rian Djajadi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jumat (12/8/2022).
Lebih lanjut, Brigjen Andi Rian menjelaskan pihaknya melakukan gelar perkara dua laporan, yakni dugaan percobaan pembunuhan yang dilaporkan Briptu Martin Gabe dengan korban Bharada Richard Eliezer atau E dan terlapornya Brigadir J.
Gelar perkara itu juga membahas dugaan kekerasan seksual dengan korban Putri Candrawathi.
Banyak yang menyakini Irjen Ferdy Sambo suami Putri Candrawathi memiliki banyak bekingan yang kuat.
Hal tersebut diyakini jadi penyebab sang Jenderal Polri ini berani menutupi kasus pembunuhan ajudannya sendiri.
Polri sampai bersikeras menutupi motif pembunuhan Brigadir J yang dilakukan Bharada E atas perintah Ferdy Sambo.
Padahal sudah 31 oknum polisi yang diduga terlibat membantu Irjen Ferdy Sambo dalam kasus Brigadir J.
Dari perbuatannya tersebut kini Irjen Ferdy Sambo terancam hukuman mati.
Setelah Irjen Ferdy Sambo tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir J, muncul isu adanya perlawanan di Internal Polri.
Beredarnya isu ini pun langsung ditanggapi Kadiv Humas Polri Dedi Prasetyo.
Ia mengatakan bahwa semua anggota Polri tetap setia dan taat pada Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
"Sejauh ini 460 ribu anggota Polri semuanya Satya Haprabu pada Kapolri, jadi kita tetap tunduk, taat dan setia
Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa semua anggota secara menyeluruh berada di bawah pengawasan Kapolri.
"Semuanya full under control bapak Kapolri sampai dengan hari ini dan ini merupakan komitmen bapak Kapolri dalam rangka mengevaluasi secara menyeluruh dampak daripada kasus ini," ujarnya. (kompas.tv/tribunbogor/tribuntimur)