Update Kabar Penyesuaian Harga BBM Pertalite dan Solar, Ini Penjelasan Menteri ESDM dan Menkeu

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan penyesuaian harga BBM

Editor: Iwan Satriawan
ekonomibisnis.com
ilustrasi BBM 

BANGKAPOS.COM--Isu tentang kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi perhatian publik dalam beberapa hari belakangan.

Bagaimanakah kepastian kabar tersebut?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan kuota BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite yang ditargetkan dalam APBN tahun ini akan habis pada bulan Oktober.

Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan penyesuaian harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi belum akan diumumkan dalam pekan ini.

Arifin mengungkapkan, proses evaluasi lintas kementerian masih dilakukan.

"Belum Minggu ini. Kita lakukan exercise kalau (penyesuaian) begini (dampaknya) berapa. Kalau revisi ini dampaknya apa. Ini dihitung secara keseluruhan dan selalu diingatkan untuk menghitung hati-hati dulu," ungkap Arifin ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (26/8) seperti dikutip dari kontan.id.

Arifin melanjutkan, saat ini kontribusi sektor energi pada inflasi mencapai 1,6 persen.

Adapun, peningkatan konsumsi BBM Subsidi disebut terus terjadi.

Selain itu, realisasi konsumsi yang terjadi pun justru tidak tepat sasaran.

Menurut Arifin, berdasarkan data survei, 80 % dari realisasi konsumsi Pertalite dinikmati oleh 60 % kelompok masyarakat mampu.

Sementara itu sisa 20 % Pertalite dikonsumsi oleh 40 % kelompok masyarakat tidak mampu.

"Masyarakat mampu mengkonsumsi 33,3 liter per rumah tangga per bulan. Rumah tangga tidak mampu mengkonsumsi 17,1 liter per rumah tangga per bulan," jelas Arifin.

Arifin menjelaskan saat ini konsumsi Pertalite sudah mencapai sekitar 80 % hingga 81 % dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23,05 juta kl.

Arifin menegaskan, selain tetap mengupayakan untuk penambahan kuota, pemerintah juga menjamin untuk tetap menjaga ketersediaan BBM subsidi.

"Pemerintah akan selalu memperhatikan kebutuhan," pungkas Arifin.

Kuota Pertalite Habis

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan kuota BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite yang ditargetkan dalam APBN tahun ini akan habis pada bulan Oktober.

"Kalau kita asumsikan volume konsumsi (BBM) mengikuti selama delapan bulan terakhir, kuota akan habis di bulan Oktober, kalau konsumsinya tetap sama" ujar Sri Mulyani dikutip dari kompas.com, Sabtu (27/8/2022).

"Setiap bulan (konsumsinya) 2,4 juta KL. Kalau ini diikuti, bahkan akhir September ini habis untuk (kuota) Pertalite," kata dia lagi. 

Menurut dia, bersamaan dengan itu, anggaran subsidi dan kompensasi energi yang mencapai Rp 502 triliun tahun ini, juga akan habis pada bulan Oktober.

Sehingga, tentunya akan diperlukan anggaran subsidi dan kompensasi energi tambahan untuk menambal sisa waktu yang ada hingga akhir tahun.

"Yang terjadi sekarang, dengan pemulihan ekonomi, konsumsi dan subsidi yang masih tinggi, konsumsi Solar dan Pertalite diperkirakan jauh melampaui apa yang ada di APBN," ujar Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut perkiraan ini didasarkan pada data realisasi konsumsi bahan bakar jenis ini selama tujuh bulan awal tahun ini, dimana telah jauh melampaui separuh target APBN.

Ia menjelaskan realisasi konsumsi Solar pada bulan Januari hingga Juli tahun ini sudah mencapai 9,88 juta kiloliter atau 65 persen dari kuota.

Dengan itu, Ia memproyeksi konsumsi Solar akan mencapai 17,44 juta kiloliter atau 115 persen dari kuota hingga akhir tahun.

Seperti diketahui, kuota penyaluran Solar bersubsidi dalam target APBN tahun ini sebesar 15,10 juta kiloliter.

Ia melanjutkan realisasi konsumsi Pertalite pada bulan Januari hingga Juli tahun ini sudah mencapai 16,84 juta kiloliter atau 73 persen dari kuota.

Dengan itu, Ia memproyeksi konsumsi Pertalite akan mencapai 29,07 juta kiloliter atau 126 persen dari kuota pada akhir tahun.

Kuota penyaluran pertalite bersubsidi dalam target APBN tahun ini sebesar 23,05 juta kiloliter.

Bendahara Negara itu mengatakan, pada dasarnya konsumsi Pertalite dan Solar yang sudah hampir memenuhi batas kuota itu, lebih banyak dinikmati orang kaya.

Artinya, hanya sedikit dari anggaran subsidi dan kompensasi BBM yang dinikmati oleh orang miskin.

Ia menjelaskan, dari anggaran subsidi BBM dan kompensasi energi tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 502,4 triliun, di antaranya mencakup alokasi untuk Pertalite sebesar Rp 93 triliun dan alokasi untuk Solar sebesar Rp 143 triliun.

Sayangnya, anggaran Pertalite dan Solar itu malah lebih banyak dinikmati oleh orang kaya, sebab banyak orang dengan daya ekonomi yang mampu lebih memilih mengonsumsi BBM bersubsidi.

"Solar dalam hal ini dari Rp 143 triliun itu sebanyak 89 persen atau Rp 127 triliunnya yang menikmati adalah dunia usaha dan orang kaya," ungkap dia.

Begitu pula dengan Pertalite dari anggaran Rp 93 triliun yang dialokasikan, sekitar Rp 83 triliun dinikmati oleh orang kaya.

Masyarakat yang memang berhak mendapat subsidi dan kompensasi energi hanya menikmati sedikit.

"Dari total Pertalite yang kita subsidi itu Rp 83 triliunnya dinikmati 30 persen terkaya," katanya.

Ia bilang, jika barang yang disubsidi pada akhirnya dikonsumsi oleh orang kaya, maka sama saja artinya negara malah memberikan subsidi kepada mereka yang tidak berhak, alias tidak tepat sasaran.

Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membuat kebijakan yang mendorong konsumsi Pertalite dan Solar bisa tepat sasaran.

Terlebih, anggaran subsidi dan kompensasi energi bisa bertambah Rp 198 triliun jika tidak ada kebijakan pengendalian dari pemerintah.

"Memang orang-orang yang tidak mampu dan miskin tetap juga menikmati barang itu namun porsinya kecil. Ini yang perlu untuk kita pikirkan nambah ratusan triliun, berarti kita menambah (subsidi) yang sudah mampu makin banyak lagi," tutup Sri Mulyani.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved