Berita Pangkalpinang

Dewan Pendidikan Miris Dengar Siswi di Pangkalpinang Terlibat Open BO, Ibarat Fenomena Gunung Es  

Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Bustami Rahman mengaku prihatin setelah mengetahui sejumlah siswi Open BO

Penulis: Cepi Marlianto |
bangkapos.com
Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Bustami Rahman. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Bustami Rahman mengaku prihatin setelah mengetahui sejumlah siswi sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA) di Pangkalpinang, diduga terindikasi membuka layanan open booking order alias Open BO.

Kasus pemesanan dan penawaran terbuka prostitusi online (Open BO) tersebut menurutnya harus segera ditangani supaya para oknum peserta didik tidak lagi melakukan perilaku menyimpang.

“Kita tidak tahu, mungkin itu seperti gunung es gitu, hanya mungkin dapat dua atau orang saja. Tetapi saya khawatir bahwa di dalam laut itu masih sekian besar mereka yang terlibat. Jadi ini menjadi keprihatinan kita,” kata Bustami kepada Bangkapos.com, Minggu (28/8/2022) petang.

Fenomena seperti ini katanya harus dicermati secara seksama. Dalam usia sekolah perilaku hubungan intim para siswa masih dalam tahap gonjang-ganjing. Tahap ini merupakan masa yang paling rapuh bagi para siswa.

Moralitas atau standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok sangat diperlukan. Bercermin pada kehidupan masyarakat barat yang lebih terbuka, orang tua, guru hingga masyarakat lebih terbuka edukasi hubungan intim. 

Sementara itu peran keluarga dalam menanggulangi hal ini sangat dibutuhkan. Keluarga yang menerapkan gaya hidup hedonisme atau serba mewah dapat berdampak buruk bagi anak-anaknya. Uang dianggap lebih penting daripada moralitas menyebabkan para peserta didik terjerumus dalam lubang prostitusi.

“Jadi anggapan anak-anak miskin yang open BO ini tidak mesti, terkadang malah dilakukan oleh mereka yang biasa hidup hedonis,” urainya.

Dia menilai, close society atau masyarakat tertutup lebih rentan dari open society alias masyarakat terbuka. Maka dari itu diperlukan perhatian dari empat pilar mulai dari orang tua, sekolah, pemerintah dan lingkungan sosial.

Pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan harus ikut serta melibatkan semua pihak tokoh agama, tokoh masyarakat hingga tokoh pendidikan menanggulangi hal ini agar data lebih jelas. Begitu pula dengan para guru bimbingan konseling (BK) semakin lama semakin kendor kinerjanya.

“Misalnya katakanlah bahwa dulu pernah ada razia handphone, tetapi sekarang ini semakin kendor saja. Kalau bisa tidak hanya razia membawa handphone, tetapi juga isi handphone itu,” sebutnya.

Kendati demikian kata Bustami, meminta kepada pemerintah untuk segera menindaklanjuti permasalahan ini. Dewan Pendidikan menyatakan siap untuk menerapkan program yang akan diambil nantinya. Seperti diketahui pihaknya rutin untuk turun ke sekolah-sekolah.

Perihal edukasi hubungan intim yang dianggap masih tabu karena adat istiadat, hal ini bisa dilakukan oleh pihak sekolah. Di mana satuan pendidikan lingkungan lebih modern sebenarnya, bisa melepaskan diri dari adat istiadat, bersikap objektif kemudian menggunakan nalar. Anak-anak usia SMP-SMA ini sendiri sudah dewasa dalam ukuran seksual. Maka dari itu jangan takut, penyampaian harus dilakukan dengan apa narasi yang tidak vulgar.

“Mumpung kita masih menerapkan kurikulum merdeka belajar, jangan sampai kemudian merdeka juga kita dalam open BO ini. Segera saja kita lakukan tindak lanjut, kami dewan pendidikan siap membantu program,” imbaunya. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved