G30S PKI
Kisah Pierre Tendean, Ajudan AH Nasution yang Gugur Dalam Peristiwa G30S PKI
Pierre Tendean yang sedang bertugas di kediaman sang jenderal diculik, dibawa paksa ke Lubang Buaya, lalu dibunuh oleh satu kompi militer bersenjata
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: Teddy Malaka
Pada tahun 1963, ia berkesempatan masuk ke Sekolah Intelijen di Bogor, dan kemudian menjalankan tugas intelijen di berbagai daerah.
Pierre Tendean sangat menikmati aktivitasnya di garis depan, sementara kedua orang tuanya begitu khawatir dengan keselamatan putra semata wayangnya.
Atas usaha orang tuanya, ia kemudian ditarik ke garis belakang dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal A.H. Nasution.
Pierre Tendean diangkat sebagai ajudan termuda Jenderal A.H. Nasution untuk menggantikan Kapten Manulang yang gugur dalam menjalankan tugasnya di Kongo.
Jabatan itulah yang diemban Kapten Pierre Tendean dengan penuh tanggung jawab hingga akhir hayatnya.
Kisah cinta sang Kapten
Pierre Tendean dan Rukmini Salah satu kisah yang menarik perhatian publik adalah cerita cinta antara Kapten Pierre Tendean dan Rukmini.
Kapten Pierre Tendean bertemu Rukmini di rumah orang tuanya saat hendak bertemu Pak Chaimin.
Hubungan antara keduanya terus terjalin di sela kesibukan tugas Kapten Pierre Tendean meski harus berpisah jarak.
Keluarga Pierre Tendean sempat ragu kepada pilihan sang anak, terlebih karena adanya perbedaan keyakinan.
Pierre Tendean lahir di keluarga Kristen sementara Rukmini menganut agama Islam.
Namun melihat kesungguhan sang putra yang rela berpindah agama demi Rukmini, pada akhirnya keluarga bisa menerima pilihan sang putra dengan tangan terbuka.
Demi bisa mempersunting pujaan hatinya, Pierre Tendean bahkan bekerja mengemudikan traktor di pengerjaan jalan Silang Monas untuk menambah penghasilannya.
Tak lama berselang pada tanggal 31 Juli 1965, ia menyempatkan untuk menemui keluarga Rukmini untuk melamar.
Dari pertemuan itu diputuskan bahwa keduanya akan menikah pada bulan November 1965.