Ustadz Abdul Somad Ingatkan Tak Menunda Waktu Sholat, Ini Dampaknya Jika Sengaja Menunda
Ustadz Abdul Somad Ingatkan Tak Menunda Waktu Sholat, Ini Dampaknya Jika Sengaja Menunda
Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
Untuk itu ia berpesan untuk Istiqomah dalam urusan sholat terlebih sholat subuh.
Sebab lanjutnya, sholat subuh menjadi satu di antara sholat yang terberat karena memiliki keutamaan.
"Subuh, kalau subuhnya istiqomah berjamaah insya Allah yang lain daripada itu zuhur, asar, maqrib dan isya itu ringan, oh berat juga pak ustaz? subuh paling berat, sangking beratnya sampai dikatakan nabi "Andai mereka tahu keutamaan sholat berjamaah isya dan subuh, mereka akan datang walau merangkak"
Dulu kalian lawan kantuk kalian, kalian lawan capek padahal lembur tadi malam, sanggup kalian datang sholat berjamaah, ini keutamaan. Ku siapkan sudah balasan bagi hamba-hambaku yang soleh," jelas Ustaz Abdul Somad.
Sosok Ustadz Abdul Somad
Dilansir dari Wikipedia, Ustaz H. Abdul Somad Batubara, Lc., D.E.S.A., Ph.D., Datuk Seri Ulama Setia Negara, atau lebih dikenal dengan Ustaz Abdul Somad lahir 18 Mei 1977 adalah seorang da'i atau penceramah agama Islam dari Indonesia yang terutama berfokus dalam bidang ilmu hadis dan fikih.
Ia juga berprofesi sebagai dosen dan pernah mengajar di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau pada tahun 2009–2019.
Abdul Somad merupakan putra pasangan Bakhtiar dan Rohana. Dari pihak ibu, garis keturunannya bersambung kepada Syekh Abdurrahman atau dijuluki Tuan Syekh Silau Laut I, seorang ulama sufi beraliran Tarekat Syattariyah kelahiran Rao, Batu Bara.
Tuan Syekh Silau Laut I merupakan keturunan perantau Minangkabau yang moyangnya berasal dari Mudik Tampang, Rao, Pasaman.
Sejak dari bangku sekolah dasar, Abdul Somad dididik melalui sekolah yang berbasis pada Tahfiz Alquran. Tamat dari SD Al-Washliyah Medan pada 1990, ia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Al-Washliyah Medan.
Setelah lulus pada 1993, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Darularafah Deliserdang, Sumatra Utara selama satu tahun. Pada 1994, ia pindah ke Riau untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu dan menyelesaikannya pada 1996.
Tahun-tahun berikutnya antara 1996–1998, ia sempat berkuliah di UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Pada 1998, ketika pemerintah Mesir membuka beasiswa kepada 100 orang Indonesia untuk belajar di Universitas Al-Azhar, ia pun mengikuti tes dan merupakan salah satu dari 100 orang yang berhak menerima beasiswa, mengalahkan 900-an orang lainnya yang mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Kemudian ia akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar Kairo dan berhasil mendapatkan gelar Lc-nya dalam waktu tiga tahun 10 bulan pada pertengahan tahun 2002.
Setelahnya ia pun melanjutkan program pendidikan S2-nya di Universiti Kebangsaan Malaysia, namun hanya sempat berkuliah selama dua semester.