Jawaban Pertamina Soal Pertalite Boros Usai Harganya Naik hingga Warna yang Berbeda
Jawaban Pertamina Soal Pertalite Disebut Boros Usai Harganya Naik hingga Warna yang Berbeda
BANGKAPOS.COM - Jawaban Pertamina Soal Pertalite Disebut Boros Usai Harganya Naik hingga Warna yang Berbeda.
Sejak harganya naik, pertalite banyak dikeluhkan konsumen karena dirasa sangat boros.
Tak hanya itu, warnanya juga berbeda dari pertalite sebelumnya hingga memunculkan kecurigaan.
Unggahan foto disebut perbandingan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite lama dengan yang baru viral di media sosial.
Foto itu diunggah akun ini di grup Facebook Motuba, Sabtu (24/9/2022).
Pengunggah mengklaim, wajar saja jika Pertalite sangat boros.
"Perbandingan #Pertalite Yg Lama Dgn Yg Baru. Pantas #Boros Bangeettz," demikian keterangan yang dituliskan pemilik akun.

Dalam foto yang diunggah, tampak dua botol air mineral berukuran 1,5 liter berisi cairan yang dimaksud pengunggah sebagai Pertalite.
Hingga Sabtu siang, unggahan foto tersebut telah disukai lebih dari 1.100 kali, dikomentari 805 kali, dan dibagikan 68 kali pengguna Facebook.
Bagaimana penjelasan dari Pertamina terkait hal ini?
Penjelasan Pertamina
Saat dikonfirmasi, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, warna bukan parameter boros tidaknya Pertalite.
Ia menyampaikan, pihaknya menjamin seluruh produk BBM yang disalurkan melalui lembaga penyalur resmi seperti SPBU dan Pertashop sesuai dengan spesifikasi.
"Warna bukanlah menjadi tolak ukur. BBM yang disalurkan sudah melalui quality control dan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan Pemerintah," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu siang.
Beberapa waktu sebelumnya, Pertamina juga telah menegaskan kualitas BBM jenis Pertalite (RON 90) tidak berubah, sebagaimana dikutip dari laman pertamina.com.
Pertalite yang dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri.
Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar, di antaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP).
Saat ini, beber Irto, hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal).
Pengawasan kualitas BBM secara ketat
Pertamina juga menjamin seluruh produk BBM yang disalurkan melalui lembaga penyalur resmi seperti SPBU dan Pertashop telah melalui pengawasan kualitas yang ketat.
Sedangkan produk BBM yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan tidak akan disalurkan ke masyarakat.
Pertamina mengimbau agar konsumen melakukan pembelian BBM di lembaga penyalur resmi, seperti SPBU dan Pertashop, agar produk BBM yang didapatkan terjamin kualitas dan keamanannya.
Masyarakat pun diimbau untuk mengisi BBM sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam buku panduan kendaraan bermotor karena pabrikan telah menyesuaikan bahan bakar yang cocok sesuai jenis kendaraan.
Pergantian isi jenis BBM dengan kadar oktan (RON) yang berbeda juga tidak direkomendasikan.
Dirasa Lebih Boros
Setelah dinaikan, banyak keluhan dari masyarakat soal Pertalite.
Tak hanya soal harga tapi juga karena pemakaian lebih boros dari biasanya dan sangat cepat habis.
Hal ini dirasakan banyak orang, mereka menilai BBM jenis pertalite saat ini setelah mengalmi kenaikan harga jauh lebih boros.
Bahkan sejumlah warganet menyampaikan hal ini di media sosial Twitter hingga TikTok.
Adapun di Twitter, hal ini disampaikan salah satunya oleh akun @RomitsuT.
“Mohon maaf, terpaksa saya harus katakan apa yg saya alami soal BBM Partalite setelah kenaikan harga jadi 10.000. Bukan saja beban biaya bertambah 200-300 rb/bln namun ada yg terasa aneh dimana partalite nya kok cepat habis? Bahkan sekarang 1 hari saya harus isi 2x,” tulis akun tersebut.
Dalam unggahan ini terdapat tangkapan layar percakapan WhatsApp yang menanyakan hal serupa dan mendapatkan jawaban yang sama-sama menyetujui anggapan tersebut.
Adapun postingan ini telah disukai lebih dari 7.355 kali dan dibagikan lebih dari 2.274 kali.
Beragam tanggapan juga muncul terkait unggahan tersebut: Beberapa warganet setuju dengan unggahan yang ada.
“Iya saya juga merasakan hal yang sama. Pertalite ini Ron 90 tapi kok kayak Ron 88?” tulis salah satu akun.
“Kyknya nilai Oktan/RON nya diturunin. Jadi pembakaran tidak sempurna, tenaga mesin turun, akhirnya ngegas makin dalam biar tenaganya kayak pertalite waktu belum naik. Mungkin loh ya, bisa saja salah.” ujar akun yang lain.
“Cepet habis ya, biasa 10rb dapet 1,4 ltr sekarang cuma 1 liter, jarak yg ditempuh tetap sama, ya iyalah cepet habis biasanya 10rb dapet 1,4 sekarang 10rb dapet 1ltr..” ujar salah satu akun.
Pendapat ahli
Terkait hal ini, Kompas.com menghubungi Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Jayan Sentanuhady.
Saat dihubungi, Jayan menilai ada sejumlah penyebab mengapa beberapa pengguna kendaraan merasa Pertalite lebih boros daripada sebelumnya.
Di antaranya, jika seseorang sebelumnya menggunakan bahan bakar Pertamax dan kemudian berganti Pertalite, maka hal ini akan terasa.
Perbandingan secara umum, Pertamax memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dibanding yang lain, selain itu ia juga memiliki nilai oktan yang juga lebih tinggi.
Sehingga, jika kemudian menggunakan nilai oktan yang lebih rendah maka akan menimbulkan masalah.
“Nilai oktan yang rendah berpotensi membuat mesin auto ignition, bahkan knocking. Nah auto ignition dan knocking ini membuat tenaga mesin drop. Sehingga untuk mendapatkan power yang sama dengan power BB pertamax sangat wajar oktan yang rendah akan lebih boros,” ujar dia.
Adapun jika seseorang sebelumnya menggunakan Pertalite dan sekarang tetap memakai Pertalite, maka seharusnya tidak ada perbedaan.
“Mestinya ya sama saja kan? Kan bahan bakarnya masih sama, Pertalite dengan spesifikasi yang sama,” ucapnya.
Untuk memastikan apakah memang pengonsumsian Pertalite lebih boros atau tidak, perlu dilakukan engine test bed.
“Sebenarnya cara menguji biar valid harus dengan engine test bed di laboratorium. Kalau di jalan sering nggak valid,” ujarnya.
Hal ini menurutnya bisa digambarkan seperti menguji seseorang dalam kondisi lapar dan kenyang di mana hasilnya akan berbeda.
“Nguji dalam kondisi lapar dan kenyang hasilnya beda, ada macet atau nggak hasilnya beda,” ucapnya.
Terkait dengan adanya dugaan sejumlah warganet yang menyebut Pertamina menurunkan oktan Pertalite, ia menyarankan untuk berpikir positif.
“Kita positif saja terhadap produsennya,” katanya.
“(Diturunkan) bisa.. diproses blending di pabrik. Cuma apa ya perusahaan besar dan terkenal melakukan kecurangan? Saya kira kok nggak ya. Reputasinya bisa habis kalau melakukan itu,” pungkasnya.