Kisah Mahsa Amini, Wanita yang Diduga Tewas Disiksa Polisi Iran Gegara Langgar Aturan Berjilbab
Belakangan ini publik dunia sedang menyoroti kasus kematian Mahsa Amini, wanita yang tewas usai ditahan polisi moral Iran
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Ardhina Trisila Sakti
BANGKAPOS.COM - Kisah Mahsa Amini, wanita yang tewas diduga disiksa polisi Iran gegara langgar aturan berjilbab.
Belakangan ini publik dunia sedang menyoroti kasus kematian Mahsa Amini, wanita yang tewas usai ditahan polisi moral Iran.
Sebelumnya wanita 22 tahun itu disebut-sebut telah melanggar aturan berjilab yang membuatnya ditangkap polisi moral Iran.
Baca juga: Susi Pudjiastuti Beri Balasan Menohok Usai Najwa Shihab Diserang Nikita Mirzani
Baca juga: Unggah Foto Ultah Anak Tanpa Enji Baskoro, Hana Kartika Sebut Sudah Cerai dari Mantan Ayu Ting Ting
Baca juga: Pegawai Honorer Kaya Mendadak, Niat Hati Urus BSU ke Bank, Eh Uang Rp14 Triliun Masuk ke Rekeningnya
Baca juga: Awal Mula Perkenalan Mawar AFI dengan Kekasih Asal Singapura, Berencana Menikah Tahun Ini
Saat itu diketahui Mahsa Amini sedang bepergian dengan keluarganya dari provinsi Kurdistan di barat Iran ke ibu kota Teheran, untuk mengunjungi kerabatnya.
Melansir dari laman Guardian pada Jumat (16/9/2022), saksi mata melaporkan bahwa Amini dipukuli di mobil polisi, tuduhan yang dibantah polisi.
Keluarga Mahsa Amini lantas diberitahu bahwa korban dibawa ke rumah sakit beberapa jam setelah penangkapannya.
Dia kemudian dipindahkan ke unit perawatan intensif di rumah sakit Kasra.
Menurut Hrana, sebuah organisasi hak asasi manusia Iran, keluarga Mahsa Amini diberitahu selama penangkapannya bahwa dia akan dibebaskan setelah "sesi pendidikan ulang".'

Polisi kemudian mengatakan bahwa Mahsa Amini menderita serangan jantung.
Namun, keluarga Mahsa Amini membantahnya, dan mengatakan dia sehat dan tidak mengalami masalah kesehatan apa pun.
Mahsa Amini mengalami koma setelah tiba di rumah sakit, kata keluarganya, menambahkan bahwa mereka diberitahu oleh staf rumah sakit bahwa wanita Iran itu mengalami mati otak.
Foto Amini terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan koma dengan perban di sekitar kepalanya dan tabung pernapasan telah beredar di media sosial.
Demo keadilan untuk Mahsa Amini
Usai kabar Mahsa Amini tewas, masyarakat beramai-ramai berdemonstrasi untuk memprotes kematian Mahsa Amini.
Aksi protes meluap di Iran berlangsung sejak sepekan lalu. itu menyebar ke 15 kota.
Kisah kematian Mahsa Amini pun menuai kecaman dari selebriti dan politisi Iran.
Mahmoud Sadeghi, seorang politisi reformis dan mantan anggota parlemen, meminta pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, untuk angkat bicara atas kasus Mahsa Amini.
“Apa yang dikatakan pemimpin tertinggi, yang secara sah mencela polisi AS atas kematian George Floyd, tentang perlakuan polisi Iran terhadap Mahsa Amini?” Sadeghi berkicau pada Jumat (16/9/2022).
Kementerian dalam negeri dan jaksa Teheran meluncurkan penyelidikan atas kasus tersebut setelah ada perintah dari Raisi, menurut laporan media pemerintah.
Serangkaian protes pecah di Iran setelah kematian Mahsa Amini.
Demonstran awalnya berkumpul di luar rumah sakit Kasra di Teheran, tempat Mahsa Amini dirawat.
Kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa pasukan keamanan mengerahkan semprotan merica terhadap pengunjuk rasa dan beberapa ditangkap.
Jenazah Amini kemudian diangkut ke provinsi asalnya di Kurdistan untuk dimakamkan, yang berlangsung pada pagi 17 September .
“Institusi keamanan memaksa keluarga Mahsa Amini untuk mengadakan pemakaman tanpa upacara apapun untuk mencegah ketegangan,” kata Soma Rostami dari Hengaw, sebuah organisasi hak asasi manusia Kurdi sebagaimana dilansir Guardian.
Terlepas dari peringatan tersebut, ratusan orang dilaporkan berkumpul di kota asal Amini, Saqqez, untuk pemakaman. Beberapa meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah seperti “matilah diktator.”
Organisasi masyarakat sipil Kurdi telah menyerukan pemogokan umum di seluruh Kurdistan.
Video pengunjuk rasa di Saqqez merobek poster pemimpin otoriter Iran Ayatollah Khamenei, menyebar di media sosial.
Mahsa Amini, 22, who died in the custody of Iran's morality police over forced hijab rules, was buried in her hometown of Saqqez, Kurdistan province, today.
Her funeral turned into a scene of large protests, violently confronted by security forces. pic.twitter.com/DqVjbSjIhE
— Shayan Sardarizadeh (@Shayan86) September 17, 2022
Insiden itu muncul beberapa minggu setelah presiden garis keras Iran Ebrahim Raisi, memerintahkan tindakan keras terhadap hak-hak perempuan dan menyerukan penegakan yang lebih ketat dari aturan berpakaian wajib negara itu sejak revolusi 1979.
Raisi menandatangani dekrit pada 15 Agustus yang mengatur pakaian wanita Iran dan menetapkan hukuman yang lebih keras karena melanggar kode ketat, baik di depan umum maupun online.
Sejumlah wanita Iran telah ditangkap di seluruh negeri setelah “hari jilbab dan kesucian” nasional diumumkan pada 12 Juli.
Salah satunya adalah Sepideh Rashno, seorang penulis dan seniman yang dilaporkan dipukuli dan disiksa dalam tahanan sebelum membuat permintaan maaf secara paksa di televisi.
Kelompok hak asasi manusia telah melaporkan bahwa pasukan keamanan tambahan telah dikerahkan di luar rumah sakit Kasra.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)