Tribunners
Teknik Dasar Proses Produksi pada Industri Desain Komunikasi Visual
Konsep kreatif perlu dimengerti sejak dini agar nantinya menjadi suatu sikap budaya kreatif dalam bekerja di dunia industri kreati
Oleh: Aries Martin, S.T. - Guru/Kaprodi SMKN 1 Kelapa, Bangka Barat
PADA saat ini hampir seluruh sekolah mulai dari SD, SMP, SMA, dan SMK telah menerapkan atau menggunakan Kurikulum Merdeka (Kurma ) sebagai acuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
SMKN 1 Kelapa, khususnya di Kompetensi Keahliannya Multimedia yang pada awalnya berubah menjadi Kompetensi Keahlian Desain Komunikasi Visual (DKV ), perubahan yang terjadi sangat signifikan pada proses pembelajarannya, mulai dari berubahnya perangkat pembelajaran atau RPP pada awalnya, berubah menjadi Modul Ajar pada Kurikulum Merdeka ini jam pertemuan (JP). Waktu masih menggunakan Kurikulum 2013 (K13) bisa mencapai 20 JP, sekarang di Kurikulum Merdeka dipangkas menjadi 12 JP, jumlah mata pelajaran produktif yang diampu di kelas X awalnya ada 4 mapel Produktif di Kurikulum Merdeka ini menjadi 1 mapel.
Dengan perubahan yang terjadi saat ini, penulis sebagai salah satu guru pengampu pelajaran Produktif di kelas X DKV di mana Kurikulum Merdeka ini diterapkan di SMKN 1 Kelapa, akan membahas elemen keempat, yaitu dengan tujuan agar peserta didik memahami teknik dasar proses produksi pada industri desain komunikasi visual. Dalam pembelajarannya, peserta didik memahami beberapa teori dasar tentang menjadi seorang desainer kreatif agar produk yang dihasilkan dari berpikir kreatif oleh tim desainer melalui banyak proses kreatif.
Konsep kreatif perlu dimengerti sejak dini agar nantinya menjadi suatu sikap budaya kreatif dalam bekerja di dunia industri kreatif, dan selalu bisa menghadapi dan menyelesaikan tantangan permasalahan yang ada.
Beberapa hal yang harus dipahami dan dimiliki oleh peserta didik agar bisa menjadi seorang desainer yang kreatif, di antaranya adalah konsep kreativitas, berpikir kreatif, kreativitas dalam industri kreatif, kreativitas proses produksi dan teknologi, budaya kerja desainer komunikasi visual.
Modal untuk menjadi desainer komunikasi visual yang kreatif adalah memahami kebutuhan khalayak. Apa yang akan disampaikan harus bisa tersampaikan secara tepat kepada khalayak. Secara gambaran suatu pesan visual adalah:
a. What to say (apa yang akan disampaikan). Pesan yang akan disampaikan apakah bersifat: ajakan, perintah, larangan, imbauan, informasi.
b. Who to say (kepada siapa yang akan disampaikan). Kepada siapa yang akan disampaikan, di antaranya secara demografis (usia, tingkatan pendidikan, tingkatan ekonomi). Secara geografis (wilayah dimana tempat tinggalnya).
c. How to say (bagaimana cara menyampaikan): media konvensional, media nonkonvensional.
Setelah peserta didik memahami kebutuhan untuk menjadi seorang desainer yang kreatif maka peserta didik dapat memahami suatu proses berpikir kreatif. Dengan melakukan proses berpikir kreatif diharapkan hasilnya akan menjadi suatu hasil yang kreatif dan inovatif sehingga bisa memberikan solusi kepada peserta didik secara tepat dan penuh dengan pembaruan ide.
Selanjutnya, penulis sebagai guru pengampu mapel Dasar-dasar Komunikasi Visual (DKV) memberikan pemahaman kepada peserta didik bagaimana proses mendesain komunikasi visual yang baik. Desainer bukanlah pesulap yang bisa dalam sekejap merancang karya komunikasi visual. Untuk menghasilkan karya desain yang tepat sasaran dan estetis dibutuhkan sebuah proses yang baik. Ada beragam proses yang dijalani mulai dari awal mendapatkan brief sampai ke karya final. Berikut ragam proses yang dapat dijalani dan dipahami oleh peserta didik:
a. Memahami brief
Desainer merancang karya untuk mengomunikasikan pesan tertentu kepada khalayaknya. Oleh karena itu, sebelum mulai proses merancang desain, biasanya ada sebuah brief yang diterima. Brief ini berisi problem komunikasi yang harus diselesaikan, objektif, target khalayak, dan preposisi atau pesan yang ditawarkan. Yang harus diingat adalah sebagus apa pun karya kalau tidak sesuai dengan brief yang diberikan akan sia-sia.
b. Melakukan riset/analisis/pengamatan
Setelah menerima dan memahami tujuan brief, yang harus kita lakukan adalah melakukan riset untuk mendalami brief tersebut. Apa saja sih yang harus kita riset? Pendalaman tentang produk/jasa atau isu yang mau dikomunikasikan, target khalayak, desain yang sudah ada sebagai referensi atau titik tolak. Riset itu bentuknya macam-macam, di antaranya bisa dilakukan langsung di lapangan melalui wawancara atau pengamatan, bisa juga di belakang komputer melalui penelusuran data online.
c. Brainstorming untuk mencari ide
Data-data riset yang telah dikumpulkan merupakan bahan untuk brainstorm mencari ide. Biasanya brainstorm memang dilakukan secara berkelompok, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan seorang diri. Yang harus diingat dalam proses ini adalah jangan terlalu cepat membunuh ide. Kumpulkan sebanyak mungkin ide yang terlintas sebelum akhirnya merumuskan ide terbaik.
d. Mencari referensi visual
Setelah merumuskan ide, tentukan tone and manner serta teknik visual yang akan digunakan di desain kita. Buatlah kumpulan referensi-referensi visual yang membantu kita mengingat target visual yang ingin diciptakan.
e. Merancang sketsa dan rough layout
Walau sudah ada ide dan referensi visual, jangan terburu-buru merancang karya final. Kenapa? Dari sebuah ide bisa diterjemahkan ke beragam visual. Itu dia yang harus peserta didik eksplorasi. Cara tercepat untuk mengeksplorasi penerjemahan ide ke visual adalah dengan merancang sketsa sebanyak mungkin.
Setelah mempunyai banyak alternatif, lihat ulang semuanya dan tentukan sketsa mana yang terbaik. Cobalah wujudkan sketsa itu menjadi beberapa alternatif rough layout. Rough layout adalah Desain yang sudah dieksekusi menuju karya final, tetapi secara teknis belum sempurna. Kalian bisa mengeksplorasi elemen dan komposisinya di tahap ini.