Wisata Bangka
Berburu Kuliner Muntok, Nikmatnya Mie Ayam Kho Atet Mualaf, Digemari Wisatawan, Bikin Ketagihan
Saat berkunjung ke Kabupaten Bangka Barat tepatnya di Kota Tua Muntok tak lengkap rasanya kalau tidak menyicip kulinernya.
Penulis: Yuranda | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Saat berkunjung ke Kabupaten Bangka Barat tepatnya di Kota Tua Muntok tak lengkap rasanya kalau tidak menyicip kulinernya.
Satu di antara kuliner yang wajib dikunjungi yakni Mie Ayam Kho Atet Mualaf.
Warung yang terletak di Jalan Mayor Syafrie Rahman, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ini buka mulai pukul 06.30 WIB dan biasanya sudah tutup sebelum pukul 11.00 WIB.
Dari Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkalpinang untuk menuju ke lokasi memakan waktu sekitar dua jam perjalanan, pengunjung bisa langsung menunju ke arah Barat, Pulau Bangka.
Mie Ayam Kho Atet Mualaf ini sangat digemari oleh wisatawan maupun penduduk lokal lantaran mie yang dibuat sendiri menambah rasa yang berbeda.

Bahkan ada kalanya pukul 09.00 WIB pun sudah tutup karena memang pengunjung yang datang banyak.
Harga mie ayam yang dijajakan di warung Mie Ayam Kho Atet Mualaf ini tidak menguras kantong atau terjangkau bagi semua kalangan.
Untuk mie ayam pangsit dibandrol Rp15.000 per porsi.
Selain mie ayam, warung ini juga menjual kwetiau dengan harga Rp15.000, pantiau Rp15.000, bihun Rp15.000, bubur ayam Rp 10.000, dan otak-otak Rp2.000 per buah.
"Mie dan kuahnya sangat terasa gurih dan enak. Beda dengan yang lain. Selain enak rasanya harganya pun terjangkau. Sangat sukalah dan tempatnya pun bersih," kata Ramadhan (25) warga Keranggan Atas, Kecamatan Muntok, usai menyantap Mie Ayam Kho Atet, Jumat (28/10/2022).
Pemilik Warung Muhammad Teddy Cahyadi alias Bong Kong Ted atau Kho Atet (60) mengatakan, berjualan mie ayam sejak 1998, tempatnya pun berpindah-pindah sebelum berada di pasar.
"Kenapa nama warung kantin mulalaf, karena saya masuk muslim pada umum 15 tahun. Penamaan warung ini diberikan teman-teman saya," kata Kho Atet Mualaf sapaannya sehari-hari.
Perbedaan mie ayam yang dijualnya dengan warung yang lainnya, bahan baku mie yang dibuat sendiri dan disesuaikan dengan takaran sebelumnya, sehingga menghasilkan mie yang tidak terlalu keras dan lembut.

Selain itu, untuk ayamnya mereka merebusnya dengan cara yang berbeda, dan untuk menyeduh minyak pun berbeda.
Air rebusan harus mendidih dengan sempurna, mie diangkat sebelum mengapung artinya masih mengambang di tengah.
Di hari biasa, Senin sampai Kamis warungnya habiskan sebanyak 8 kilogram atau sekitar 80 porsi.
Sementara untuk akhir pekan Jumat, Sabtu dan Minggu bisa menghabiskan dua kali lipat.
"Kalau hari biasa minya habis 8 kilogram, sekitar 80 mangkok itu hanya mi ayam saja belum lagi kwetiau, pantiau, bubur ayam, pangsit, bihun dan otak-otak. Kurang lebih 120 mangkok per hari untuk hari biasa," kata Kho Atet.
"Kalau hari Sabtu Minggu bisa dua kali lipat dan terkadang lebih untuk bahan mi ayam sampai menghabiskan 13 kilogram," ungkap Kho Atet.
(Bangkapos.com/Yuranda)