Bangka Pos Hari Ini
Dominasi 10 Penyakit Teratas, Setiap Tahun 100 Ribuan Warga Bangka Belitung Terserang ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) saat ini mendominasi penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Bangka Belitung (Babel).
BANGKAPOS.COM, PANGKALPINANG - Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) saat ini mendominasi penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat Bangka Belitung (Babel).
Sedikitnya 100 ribuan warga Babel terserang penyakit ISPA setiap tahunnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Babel, sejak 2016 hingga 2020 dari 10 penyakit, ISPA selalu berada pada urutan pertama, disusul penyakit hipertensi pada urutan kedua.
Pada tahun 2016, penderita penyakit ISPA terdata ada 101.031 orang, tahun 2017 ada 105.783 orang, tahun 2018 ada 130.014 orang, tahun 2019 ada 128.922 orang dan tahun 2020 ada 129.552 orang.
Data terakhir 2020, 10 penyakit dominan terjadi adalah ISPA, hipertensi, hypercholestrol, diabetes melitus, penyakit pada sistem otot, penyakit kulit, gastritis, penyakit pulpa, diare dan myalgia.
Untuk data 2021 dan 2022, 10 penyakit paling dominan belum ada sebab belum dilakukan validasi, masih dalam proses.
“Di antara 10 penyakit terbanyak yang dikhawatirkan saat ini adalah ISPA, terutama jika ada indikasi Covid-19. Selain itu, hipertensi, hypercolesterolemi dan diabetes militus,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bangka Belitung, dr Ira Ajeng Astried kepada, Kamis (10/11/2022).
dr Ira menjelaskan ISPA merupakan penyakit yang terjadi di saluran pernapasan atas atau bawah.
Saluran pernapasan atas biasanya sinus, hidung, faring dan laring, misalnya penyakit flu biasa, radang tenggorokan, faringitis dan sinusitis.
Dibeberkannya penyebab 10 penyakit tersebut bermacam-macam tergantung penyakitnya.
“Umumnya karena faktor gaya hidup dan lingkungan,” lanjutnya.
Selain itu, dia menambahkan seseorang menderita penyakit juga bisa karena faktor pikiran, cuaca, makanan dan lingkungan.
Untuk meminimalisir masyarakat menderita penyakit-penyakit yang tercatat dominan terjadi ini, Dinkes
Babel melakukan beberapa upaya pencegahan.
“Dinkes selalu melalukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan berbagai penyakit,” katanya.
6.360 Kasus di Babar
Sementara Dinkes Kabupaten Bangka Barat mencatat sepanjang bulan Januari hingga September 2022, tercatat ada 6.360 kasus penyakit ISPA yang terjadi.
Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Bangka Barat, Asrul Sani Sulaiman membenarkan sepanjang tahun 2022, penyakit ISPA mendominasi dari 10 penyakit lainnya yang ada di Kabupaten Bangka Barat.
“Penyakit ISPA mendominasi atau paling banyak, dari Januari hingga September ada 6.360 kasus. Kondisi cuaca yang sudah memasuki musim penghujan menyebabkan penyakit ini mudah muncul. Apalagi kita di daerah tropis,” ujar Asrul di ruangan kerjanya, Kamis (10/11/2022).
Ia megatakan sejak pandemi Covid-19 sudah mereda, ISPA bukan penyakit yang berbahaya dan mematikan.
“Namun dengan kondisi sekarang ini, masyarakat harus meningkatkan daya tahan tubuh seperti mengkonsumsi vitamin, berolahraga dan istirahat teratur,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Asrul mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, tetap menggunakan masker walaupun Covid-19 sudah mereda.
“Paling tidak jika kita batuk dan pilek tidak menular ke orang lain,” imbuhnya.
Selain ISPA, kata Asrul, DBD dan malaria juga rawan timbul saat musim penghujan.
“Kasus DBD ini sudah mulai pada bulan September, Oktober, November dan Desember, nanti bulan Maret 2023, DBD dan malaria ini turun sendiri. Dan setiap tahun karakternya seperti itu,” jelasnya.
Guna mengantisipasinya, dia mengimbau masyarakat menerapkan 3M (menguras, mengubur dan menutup) dan membersihkan lingkungan.
Tertinggi di Basel
Selain di Bangka Barat, penyakit ISPA juga menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bangka Selatan (Basel) pada tahun 2022.
Sejak awal tahun hingga akhir September 2022, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Basel mendata, 10 penyakit terbanyak yang terjangkit di masyarakat adalah ISPA, hipertensi, penyakit pada sendi otot, diabetes melitus, dispepsia, gastritis, penyakit kulit alergi, diare, chepalgia, dan penyakit pada rongga mulut.
Plt. Kepala Dinas DKPPKB Basel Agus Pranawa, melalui Kabid Pelayanan dan SDK, Eddial Bustamil kepada Bangka Pos mengatakan, penyakit ISPA masih tertinggi sejak beberapa tahun terakhir.
“Kalau kita lihat laporan dan rekapan bulanan dari setiap Pukesmas di Basel, memang penyakit ISPA masih tertinggi. Apalagi saat ini cuaca yang sedang tidak stabil,” kata Eddiak, Kamis (10/11/2022).
Eddial menjelaskan semua penyakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan manusia, seperti batuk, flu,
demam tinggi, dan penyakit lainnya termasuk dalam penyakit ISPA.
Ia menambahkan dari 10 penyakit yang terbanyak di Basel, ada dua jenis penyakit yang mengkhawatirkan dan bisa mengancam jiwa, yaitu hipertensi dan diabetes melitus.
Eddial pun mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan, agar terhindar dari penyakit yang dapat mengancam jiwa tersebut.
“Jaga kesehatan, khususnya pola makan, pola hidup, jaga lingkungan sekitar. Apalagi saat ini musim hujan sudah mulai datang, serta sedang tidak stabil dapat menimbulkan penyakit,” imbau Eddial.
Menurun di Bateng
Berbeda dengan Bangka Barat dan Basel, berdasarkan catatan Dinkes Bangka Tengah (Babteng) dari 10 penyakit yang paling banyak di daerah itu sepanjang tahun 2022, ISPA menduduki peringkat ketiga.
Penyakit di urutan teratas adalah hipertensi dengan total kasus per September lalu sebanyak 526 kasus.
Sementara Diabetes Melitus (DM) berada di urutan kedua dengan jumlah kasus sebanyak 389 dan ISPA di urutan ketiga dengan 297 kasus.
Menurut Nila, tingginya penderita penyakit hipertensi di Bangka Tengah tersebut mulai terjadi sejak tahun 2022 ini.
Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, termasuk sebelum pandemi Covid-19, ISPA menjadi penyakit yang paling banyak penderitanya.
“Yang paling tinggi saat ini memang hipertensi, tapi penyakit ISPA akhir-akhir ini juga terus meningkat, jadi enggak bisa dianggap sepele,” pungkasnya.
Di Kabupaten Bangka juga menurun.
Namun ISPA masih masuk dalam lima penyakit terbanyak sepanjang tahun 2022.
Dinkes Bangka mencatat hingga Oktober ada 157 kasus.
Jumlahnya di bawah DBD dengan 272 kasus, 4 pasien di antaranya meninggal dunia yaitu dari Kecamatan
Sungailiat, Riau Silip, Puding Besar dan Belinyu.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Bangka (P2PL) Anggia Murni mengatakan selain DBD, ISPA menjadi penyakit paling banyak di mana kasusnya mencapai ribuan.
“Untuk ISPA itu kategorinya ada yang balita sama dewasa, kalau untuk rekapan lebih rinci kita belum update lagi, namun kalau terakhir di bulan Oktober itu ada 157 kasus,” bebernya.
Penyakit ISPA saat merebak di wilayah Kabupaten Bangka lantaran faktor cuaca yang tidak menentu saat ini dan mudah berubah sehingga daya tahan tubuh menjadi lemah.
Kemudian, kata Anggia penyakit malaria dan campak juga menjadi ancaman yang mengkhawatirkan masyarakat.
Namun, untuk malaria kasus yang terjadi berasal dari warga luar daerah.
Kemudian untuk campak baru dinyatakan suspect saja.
“Malaria itu ada 4 kasus tapi itu bukan berasal dari dalam daerah, kemudian untuk campak itu baru 11 orang suspect setelah dites hasilnya negatif,” beber Anggia.
Anggia melanjutkan TBC juga menjadi penyakit ancaman di Kabupaten Bangka di mana total kasus hingga saat ini
mencapai di angka 300 an.
Selanjutnya untuk diare Dinkes Bangka mencatat sebanyak 3.477 kasus telah terjadi.
“Kalau untuk diare ini tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi kita jangan menganggap remeh, kita harus selalu waspada,” ucapnya.
Kondisi Cuaca Jadi Faktor
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menempati posisi paling atas sebagai penyakit dengan kasus terbanyak di Bangka Belitung.
Pada tahun 2016 penyakit ISPA terdata ada 101.031 orang, tahun 2017 ada 105.783 orang, tahun 2018 ada 130.014 orang, tahun 2019 ada 128.922 orang dan tahun 2020 ada 129.552.
Dokter Umum RSUD Depati Hamzah dr Eva Lestari mengakui kondisi tersebut memang benar adanya.
“Terutama pada tahun ini meningkat drastis ISPA di Bangka Belitung, kita akui hal tersebut,” ucap dr Eva kepada Bangka Pos, Jumat (11/10/2022) sore.
Menurutnya hal tersebut disebabkan kondisi cuaca di Bangka Belitung yang hampir diguyur hujan setiap hari
sepanjang tahun 2022.
“Biasanya Pulau Bangka itu identik dengan panas, tapi saat ini hampir setiap hari hujan, karena kita terbiasa dengan suhu panas maka tubuh tidak terbiasa,” jelasnya.
Akibatnya hal tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga perubahan suhu itu mengakibatkan masyarakat mudah terkena ISPA.
dr Eva mengungkapkan ISPA merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.
Saluran pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas atau bawah.
“Meski demikian, ISPA paling sering disebabkan oleh infeksi virus dan paling sering terjadi di saluran pernapasan bagian atas,” bebernya.
Lebih lanjut kata dia, infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah.
Infeksi ini selanjutnya dapat menimbulkan gejala batuk, pilek, dan demam.
Di samping itu dewasa ini, ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja.
“Balita, remaja, dewasa hingga lansia semua potensi bisa terkena sehingga tetap waspada,” lanjut dr Eva.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar masyarakat semakin meningkatkan pola hidup sehatnya, baik itu melalui nutrisi makan ataupun dengan olahraga.
“Minum yang banyak ,dan jaga terus kebersihan lingkungannya,” harapnya.
Menyerang Siapa Saja
Sementara itu Dokter Umum Puskesmas Petaling dr. Nanky Probo Ayu mengungkapkan ISPA memang berpotensi menyerang siapa saja.
Namun balita dan lansia adalah kelompok yang paling rentan terkena lantaran daya tahan tubuhnya yang lemah.
“Karena sifatnya musiman apalagi saat ini sedang musim hujan, cuaca ekstrem sehingga semakin banyak yang mudah terkena ISPA,” jelasnya.
Dirinya mengakui, sebelum pandemi Covid-19 ISPA telah menduduki 10 penyakit terbanyak daripada penyakit lain.
“Ketika pandemi kita menerapkan prokes seperti mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan namun seiring berjalannya waktu prokes itu mulai kendor sehingga tahun ini semakin banyak,” bebernya.
Apalagi ISPA merupakan penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh virus dan bakteri sehingga penyebaran virus ini sangat mudah, maka dengan kendornya prokes, semakin meningkat pola penyakitnya.
Dirinya mengungkapkan ISPA sendiri merupakan infeksi yang menyerang saluran pernapasan baik itu saluran pernapasan atas dan bawah.
“Saluran pernapasan atas di mulai dari bagian lubang hidung, pita suara, laring, dan lainnya kemudian pernapasan bawah meliputi trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli,” pungkasnya.
Infeksi ini lanjut dia diartikan sebagai masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit.
“ISPA juga sering didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia,” ucapnya.
dr. Nanky melanjutkan tanda gejala ISPA biasanya akan muncul dengan cepat dalam beberapa jam sampai beberapa hari misalnya seperti batuk, sulit bernapas, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.
Untuk itu jika terkena ISPA apabila dalam kondisi demam makan diatasi dengan memberikan obat penurun panas seperti paracetamol , berikan makanan yang cukup dan bergizi, pemberian air putih yang banyak.
“Untuk pecegahan diperlukannya program penyehatan lingkungan pemukiman, penyuluhan oleh tenaga kesehatan dan penerapan prilaku hidup bersih dan sehat oleh semua lapisan masyarakat,” pungkasnya. (s2/ynr/u2/v1/v2)