Berita Pangkalpinang
Cegah Gangguan Mental pada Remaja, Guru BK SMKN 1 Pangkalpinang Ingatkan Pola Asuh yang Tepat
Tri Puspita menilai, kondisi remaja yang memiliki gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan lainnya, dapat dideteksi sejak awal.
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Jumlah pasien dengan gangguan kejiwaan kategori skizofrenia paranoid, menjadi yang terbanyak di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Bangka Belitung (RSJD Provinsi Bangka Belitung).
Sedikitnya, lebih dari 50 persen pasien yang menjalani rawat jalan dan rawat inap mengidap skizofrenia.
Menyikapi hal tersebut, Guru Bimbingan Konseling (BK) SMKN 1 Pangkalpinang Tri Puspita mengungkapkan pentingnya peran keluarga, khususnya dalam memberikan pola asuh yang baik terhadap tumbuh kembang remaja.
Peran keluarga sebagai lingkungan terdekat para remaja, lanjut dia, berperan penting membentuk karakter, terlebih usia remaja merupakan peralihan menuju dewasa.
"Masa remaja ini adalah masa mencari jati diri, sehingga mereka sikapnya masih labil, sehingga harus dicegah agar tumbuh kembangnya baik, emosinya stabil, dan jangan sampai terjadi gangguan kejiwaan seperi skizpfrenia paranoid," kata Tri kepada Bangkapos.com Selasa (15/11/2022) siang.
Dia juga menilai, kondisi remaja yang memiliki gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan lainnya, dapat dideteksi sejak awal.
Pendeteksian itu dapat dilihat dari perilaku remaja yang menyimpang seperti suka menyendiri, pendiam, dan takut jika bertemu orang banyak.
"Kalau dari sekolah, biasanya kami menyebarkan angket kepada siswa. Ketika sudah disebar angket itu, maka akan diketahui mana saja remaja yang bermasalah dan kita akan panggil untuk konseling," bebernya.
Berdasarkan pengamatan karakter siswa di sekolah dan angket yang disebarkan, lanjutnya, ternyata keluarga broken home sangat memengaruhi karakter siswa menjadi pendiam, dan jarang bercerita.
Permasalahan ini berangkat dari keluarga yang kurang harmonis, pola asuh yang kurang tepat dan lainnya imbuhnya.
Oleh karena itu, para remaja mesti diberikan kasih sayang tulus dari keluarga sehingga tumbuh menjadi remaja yang berprestasi.
Namun di sisi lain, lanjut Tri kondisi eksternal berupa lingkungan pertemanan turut memengaruhi prilaku remaja saat ini.
Apalagi remaja tumbuh di era perkembangan teknologi yang kian pesat, sehingga mudah tergerus arus negatif sosial media.
Hal itu memunculkan permasalahan baru yang mengkerucut pada proses belajar dan hasil belajar terhadap siswa yang kian menurun.
"Misalnya, yang sering dihadapi adalah bagaimana mereka menjadi siswa yang disiplin itu sulit sekali, pola pikir yang dewasa itu masih sedikit, karena kecemasan yang terjadi pada mereka cukup berpengaruh," imbuhnya