Skor Minus Poligraf Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di Persidangan, Apa Artinya?
Ahli poligraf dari Polri, Aji Febrianto Ar-Rosyid, menguak hasil tes poligraf Ferdy Sambo minus 8 sementara Putri Candrawathi minus 13.
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: Evan Saputra
BANGKAPOS.COM - Skor poligraf--uji kebohongan Ferdy Sambo hingga istrinya, Putri Candrawathi dalam persidangan telah terungkap.
Skor poligraf para terdakwa pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat pun didominasi oleh angka minus.
Ahli poligraf dari Polri, Aji Febrianto Ar-Rosyid, menguak hasil tes poligraf terhadap lima terdakwa.
Ferdy Sambo: minus 8
Putri Candrawathi: minus 25
Kuat Ma'ruf: pertama plus 9 dan kedua minus 13
Ricky Rizal: pertama plus 11 dan kedua plus 19
Richard Eliezer: plus 13.
Baca juga: Benarkah Arya Saloka dan Putri Anne Cerai? Foto Keluarga di Feeds IG Lenyap
Baca juga: Prediksi Skor Argentina vs Prancis di Final Piala Dunia 2022, Ambisi Messi Jadi Juara
Aji menuturkan, hasil plus berarti terindikasi jujur, sementara minus terindikasi bohong.
Dari hasil tes poligraf hanya kesaksian Ricky dan Richard yang dinilai jujur berdasarkan tes poligraf tersebut.
Sementara dua kali uji poligraf yang dilakukan terhadap Kuat Ma'ruf memberikan hasil berbeda.
Kuat terindikasi jujur ketika menjawab pertanyaan 'Kamu memergoki persetubuhan Ibu PC (Putri Candrawathi dan Yosua?'.
Sementara ia terindikasi berbohong saat menjawab pertanyaan 'Apakah kamu melihat Sambo menembak Yosua?' dengan jawaban tidak.
Akurasi 93 persen
Aji menuturkan, tes poligraf untuk mendekteksi kejujuran keterangan seseorang memiliki akurasi 93 persen.
"Poligraf adalah aktivitas pemeriksaan dengan menggunakan alat poligraf untuk menentukan seseorang itu apakah teridentifikasi bohong atau jujur, Yang Mulia," terang Aji dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022).
"Apakah poligraf ini mempunyai ketepatannya? Berapa persen?" tanya Hakim Wahyu.
"Sesuai jurnal yang dikeluarkan Asosiasi Poligraf Amerika, untuk teknik yang kita gunakan itu memiliki keakuratan di atas 93 persen," ujar Aji.
Menurutnya, pemeriksaan ini dilakukan karena adanya permintaan penyidik di Bareskrim Polri.
Tahapan pemeriksaan poligraf, kata Aji, ada tiga.
Tahapan ini berkaitan riwayat kesehatan, riwayat sosial dan persepsi berkaitan kronologi kejadian.
Tahapan kedua menggunakan alat-alat berupa empat sensor yaitu sensor pernapasan dada, sensor pernapasan perut, sensor elektrodermal, dan sensor kardiofaskuler.
Selanjutnya, terperiksa akan diberikan pertanyaan untuk mengonfirmasi kejujuran dari keterangan yang telah disampaikan.
Tahapan ketiga yakni menganalisa grafik.
“Semakin pandai seorang pemeriksa maka nilai keakuratan pemeriksaan ini akan semakin tinggi, untuk nilai ambang bawahnya adalah 93 persen,” jelas Ahli Poligraf Polri itu.
Alat ini menggunakan mesin poligraf yang mengukur dan mencatat indikator fisiologis, seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan konduktivitas kulit pada saat tanya jawab berlangsung.
Alat pendeteksi kebohongan ini memiliki tiga sensor utama dengan cara kerja berbeda.
Pertama sensor untuk mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung. Sensor ini ditempelkan pada bagian lengan.
Kedua, sensor skin resistance untuk melihat dan mendeteksi keringat yang ada di tangan. Sensor ini ditempel pada jari-jari tangan.
Ketiga sensor pneumograf untuk mendeteksi detak nafas di dada dan perut. Sensornya dililitkan di perut.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)